EYOOOO!!!
Siapa yang udah gak sabarrrr nungguin EVERMORE update??
YUKKK VOTE DULU SEBELUM MEMBACAAA...
Selamat membacaaa, enjoooy<3
*****
Zecapella membuka matanya. Gadis itu mengerjap beberapa kali mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk dan terasa menusuk langsung ke matanya.
"Zecapella?"
Zecapella melirik dan tersenyum tipis memandang Genzano yang menatapnya khawatir. Ia dapat merasakan tangan lelaki itu yang mengelus rambutnya.
"Ada yang sakit nggak?"
Zecapella tahu dimana ini. Di ruang kesehatan sekolahnya. Mengingat hal itu membuatnya tersenyum tipis. Seolah kembali mengulang memori-memorinya bersama Genzano.
"Pipi aku... kebas," ucap Zecapella pelan yang dibalas anggukkan oleh Genzano.
"Memar sedikit. Nggak sedikit sih, pasti ketahuan kalau orang tua kamu lihat," jawab Genzano membuat Zecapella meringis.
Ketahuan orang tuanya bukan suatu masalah besar. Ketahuan reyangnya baru sebuah masalah besar!
"Kamu nggak obatin luka kamu?" tanya Zecapella menyadari wajah Genzano masih terdapat bekas darah yang mengering.
Genzano menghembuskan napasnya. "Nunggu kamu bangun dulu. Panik banget aku tadi. Untung Bale cepat gendong dan bawa kamu ke sini,"
Bale? Kemana dia?
Zecapella berdeham. Mencoba mendudukkan tubuhnya yang dibantu oleh Genzano.
"Dimana Bale?" tanyanya membuat Genzano mengangkat kedua bahunya.
"Cuma bilang ada yang harus diurus. Mungkin dia mau nyamperin anak-anak Arraya lagi,"
"Ck! Ngapain sih cari ribut lagi," keluh Zecapella.
"Kamu. Kamu yang ngapain nimbrung kayak tadi?" pertanyaan Genzano membuat Zecapella menghembuskan napasnya. Memilih tidak menjawab karena jujur Zecapella juga tidak tahu harus menjawab apa. Sebab itu hanya nalurinya ketika mendengar ada kelompok yang menyerang Geros. Sialnya informasi yang hanya setengah itu, Zecapella tahunya Arbale kekurangan anggota.
"Besok-besok jangan kayak gini lagi, Zecapella. Kalau bukan karena Cherelle yang tadi panik ngasih tahu aku, mungkin aku nggak akan tahu kamu lagi dipukulin kayak tadi,"
Zecapella mengangguk. Menatap pacarnya itu dengan senyuman tipis. "Maaf ya," ucapnya dengan tulus.
Zecapella menunjuk pada kotak obat yang terletak pada rak di seberang tempat tidurnya. "Tolong ambilin," ucapnya membuat Genzano langsung berdiri dan mengambil kotak obat tersebut.
Genzano menyerahkannya pada Zecapella membuat gadis itu terkekeh. Zecapella menarik sedikit lengan lelaki itu. "Sini deketan," ucap gadis itu membuat Genzano menggeser tubuhnya. Memajukan wajahnya agar mudah digapai oleh Zecapella.
"Semakin dipandangin dari dekat, kamu ternyata cantik banget,"
Zecapella mendengus dan menekan luka di rahang Genzano membuat lelaki itu meringis.
"Emang nggak bisa dilembutin sedikit anaknya," keluh Genzano membuat Zecapella tertawa.
"Anak presiden dilarang ngegombal," ucap Zecapella sembari meniup luka Genzano membuat lelaki itu memejamkan matanya. Menikmati perlakuan lembut dari pacarnya itu.
"Jadi kalau bukan anak presiden, boleh?" tanya Genzano masih dengan mata tertutup.
Zecapella menegakkan tubuhnya. Matanya memandangi wajah Genzano meskipun lelaki itu masih memejamkan matanya. Zecapella menunduk. Senyumnya mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERMORE
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Kenapa? Kenapa gue harus ikut berkorban cuma karena rasa nggak enak lo sama sepupu lo?" Zecapella mengerjapkan matanya. Menatap lelaki yang menjulang tinggi di hadapannya. "Nggak ada urusannya. Hidup lo ya hidup lo. B...