BAB 1

892 87 14
                                    

Anak berumur 3 tahun itu menatap anak-anak yang sedang bermain di taman dengan tatapan yang tenang. Di umurnya yang masih sangat kecil, dia sudah begitu pandai untuk meneliti satu per satu ekspresi semua orang.

Baik anak kecil maupun orang dewasa.

Dia selalu pandai menempatkan diri. Duduk dengan anggun, matanya memperhatikan sekelompok orang yang sedang bermain dan sudut bibirnya sedikit terangkat, membentuk senyum tipis.

Kemudian, dia juga memperhatikan seorang anak yang sekiranya berumur sama dengannya. Tampak ceria sementara orang tua nya tengah menggendong bayi yang dia pikir adalah adiknya.

Menatap itu, senyumnya terlihat begitu lebar saat ini.

Eomma,” Katanya, memanggil wanita berponi yang duduk di sampingnya itu.

“Ya, nak? Ada apa?” Tanya ibunya itu sambil meletakkan tangannya di perut yang besar.

“Jika adik-adikku lahir, kita akan seperti mereka, kan?” Tanya anak itu sambil menunjuk pada salah satu keluarga yang tampak bahagia itu.

Ibunya terkekeh. Lalu dengan perutnya yang besar, dia meraih tubuhnya yang kecil, mendudukkan anak pertamanya itu di pangkuannya.

“Apakah kau senang menanti kehadiran adikmu, nak? Saat kau berulang tahun nanti, kedua adikmu akan lahir.” Kata ibunya sambil tersenyum.

“Iya, eomma. Aku sangat menanti kehadiran mereka.” Seru anak itu.

Meskipun itu artinya, dia tak bisa merayakan ulang tahunnya yang keempat tahun karena pada saat itulah ibunya berada di Rumah Sakit untuk melahirkan kedua adiknya.

“Apakah Pharita akan menyayangi kedua adikmu ini, sayang?” Tanya ibunya itu.

Pharita mengangguk dengan penuh semangat. Dia memeluk perut ibunya yang membawa dua bayi. Hanya tinggal satu bulan lagi, Pharita bisa bertemu dengan kedua adik kembarnya dan dia sangat bersemangat.

“Tentu saja, eomma!” Seru gadis kecil bernama Pharita itu. “Aku akan menyayangi mereka dengan segenap hatiku!”

Eomma senang mendengarnya. Eomma yakin, kau akan menjadi kakak yang baik untuk kedua adikmu.”

Pharita tersenyum lebar. Lepas dari pangkuan ibunya lalu berdiri di antara kedua kaki ibunya, mencium perut yang besar itu dengan penuh kasih sayang.

Sebagai seorang ibu, Han Lisa sangat senang melihat betapa putrinya itu tumbuh menjadi gadis kecil yang menyayang meski umurnya masih sangat kecil.

Lisa memiliki kekhawatiran terhadap Pharita sejak awal dia menyadari bahwa dirinya sedang mengandung. Dia begitu takut Pharita tidak akan menerima ini.

Namun Pharita berhasil mengejutkan dengan tumbuh menjadi seorang gadis kecil yang sangat tenang dan penyayang.

Bahkan sejak Lisa memberi tahu bahwa Pharita akan menjadi seorang kakak, dia telah berubah.

Dia tidak lagi merengek dan menangis setiap menginginkan sesuatu. Selalu lebih sabar dan tenang, tidak pernah merepotkan Lisa maupun ayahnya, Han Jungkook.

“Aku benar-benar akan menjaga adikku, akan bermain dengan kedua adikku, tidak akan memastikan adikku terluka sedikit pun.” Kata Pharita sambil mengusap perut ibunya sementara matanya memberi tatapan penuh kasih sayang.

Lisa tersenyum tulus dan memeluk putrinya itu. Meskipun terhalang perut yang menyulitkan pergerakannya, dia tetap berhasil memeluk tubuh kecil putrinya.

“Sekarang, ayo kita pergi karena aku yakin, appa sudah pulang.” Kata Lisa sambil mengusap rambut hitam anaknya itu.

Pharita memekik gembira. Jika ada hal paling membahagiakan, itu adalah bertemu ayahnya.

I'M NOT DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang