2.REMUK

67 29 2
                                    

Dengan gelisah Maisya mengendarai sepeda motor berkecepatan tinggi, dirinya menuju ke markas Revlas. Sementara Arthur mengikutinya dengan kecepatan yang sama.

Sesampainya di sana, betapa menakjubkannya melihat Alea yang duduk dipangkuan Fauzan dan Maisya langsung menarik Alea kemudian menampar pipi Fauzan dengan keras.

"Adel, lo salah paham," tampik Fauzan.

"Gak usah munafik, gue cuma sepupu dari musuh lo. Kalo mau balas dendam sama Rayn lewat gue itu gak akan pernah terjadi karena gue gak pernah libatkan Atyasa dalam hubungan kita," jelas Maisya.

"Dia yang godain gue," sangkal Fauzan.

Alea tersenyum, dirinya sebenarnya baru saja datang karena di perintahkan kekasihnya untuk menjebak Fauzan yang sedari dulu memang orang yang Alea inginkan. Arthur meremas ponselnya dengan senyuman miring yang di sembunyikannya.

"Lo sendiri yang ajak gue ketemu di markas dan lo cuma mau buat gue remuk liat kemesraan lo bareng Alea. Gue benci lo Fauzan," lirih Maisya memegang dadanya.

"Del, lo juga tahu gue di Atyasa cuma orang yang datang jika Rayn yang minta gue jaga markas atau ada yang harus dibantai tapi cewek itu pacar gue dan gue udah memergoki mereka beberapa kali di lokasi yang berbeda. Lo gak sakit sendirian Del, ada gue," ujar Arthur memperlihatkan deretan foto yang dirinya ambil beberapa hari terakhir.

"Sialan!" Marah Maisya melempar ponsel Arthur hingga hancur lebur berhamburan di lantai.

"Gak usah teriak, jalang," maki Saka merasa kesal dengan keributan yang terjadi.

"Lo siapa berani bentak bos gue, hah?" tanya Azka.

"Aaaaa…!" teriak Maisya.

Kedua anggota inti dari Revlas itu membela ketuanya padahal mereka tahu Fauzan juga tidak menilai saat gadis itu berinteraksi dengannya.

Seorang anggota Revlas, menarik tangan Maisya menuju dapur. Sementara Fauzan malah kembali duduk dan Alea juga ikut duduk tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Gue tahu akarnya, Fauzan emang gak baik sejak awal buat lo tapi dia bukan orang yang suka berkhianat. Dia sayang sama lo tapi dia juga suka sama cewek yang sekarang di depan itu," ucap anggota Revlas namun bukan bagian penting dari inti melainkan hanya seorang pasukan yang harus bersedia untuk menumbalkan diri bila mana terjadi pertempuran. Eric lah namanya.

"Kenapa lo berpihak pada gue, bukannya gue cuma musuh di mata lo. Sejak awal bukannya lo yang gak suka gue punya hubungan sama ketua lo," ujar Maisya.

"Bukan cuma karena itu sebenernya, lo tahu kita satu sekolah dan juga gua anggota Revlas yang menjadi penghalang untuk Abang gue masuk Atyasa. Sekarang gue sadar Revlas itu busuk gue mau keluar dan menjadi mata lo yang punya kuasa di Atyasa," ucap Eric penuh harap.

"Gue bukan bagian Atyasa, gue lebih hebat dari Atyasa itu sendiri. Karena gue sakit hati sekarang bisa aja gue ratakan Revlas saat ini juga, sayangnya gue butuh Atyasa buat jadi tameng gue saat ini. Lo gak akan paham sama kondisi gue jadi saat ini gue akan jadi cewek pada umumnya yang kehilangan cinta pertamanya,"  papar Maisya memegang kenop pintu dan berbalik lagi," gue akan hubungi lo saat dimana gue butuh dan lo harus bisa memenuhinya bayarannya lo bisa minta satu permintaan yang mustahil lo wujudkan akan tetapi lebih mudah jika melalui gue."

Pintu terbuka dan tertutup kembali begitu Maisya pergi meninggalkannya. Eric merasa Maisya tahu apa masalah yang dihadapinya sehingga Maisya berkata demikian kepadanya.

"Gue suka sama lo Maisya tapi gue sadar diri lo sulit di gapai," gumam Erick.

Maisya kembali dengan uraian air mata membasahi pipinya saat ini Fauzan memeluk Alea. Bahkan Arthur hanya diam terpaku melihatnya. Sebuah pesan masuk Maisya membacanya dalam diam Erick menceritakan segalanya tentang sekarang yang terjadi dihadapannya walaupun penjelasan dibuat dengan sebuah teka-teki Maisya jauh lebih mengerti jika itu di tulis dengan kode Mafia yang lebih rumit sekalipun.

MAISYA ADELLA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang