14.PELIPUR LARA

24 14 0
                                    

Selepas dari pemakaman Maisya masih kembali dengan mata sebab. Dirinya berniat mengunjungi rumah Mira, ibu dari Askha. Masih dengan kecepatan tinggi Maisya melaju dengan kencang, melepaskan kesedihan seakan dirinya tidak peduli pada sekitar. Mau Maisya mati saat itu juga mungkin Maisya akan senang, dirinya akan bertemu dengan Zia sahabatnya tanpa merasakan perpisahan seperti yang Maisya rasanya saat ini. Sesampainya di rumah Askha Maisya memarkirkannya motor di samping rumah Askha. Maisya turun dengan langkah pelan setelah mengendarai motornya, mengetuk pintu dan menunggu seseorang membukanya.

Begitu pintu terbuka, Maisya langsung memeluk orang di hadapannya tanpa melihatnya lebih dulu. Tentu saja orang itu merasa terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Maisya. Pelukan Maisya begitu erat hingga seseorang yang disergap Maisya merasa sedikit terhuyung.

Mau tidak mau orang itu membalas pelukan hangat dari Maisya. Dirinya mulai bisa mendengar Maisya terisak di dadanya. Maisya begitu sesak juga nyaman saat seseorang memeluk kembali tubuhnya dengan begitu erat. Maisya masih saja nyaman dalam posisinya yang seperti itu mereka tanpa sadar mengabaikan seseorang yang datang dan membuyarkan pelukan mereka.

Seseorang baru saja sampai di halaman rumah Askha, melihat pemandangan itu rasanya sangat tidak enak dipandang oleh matanya. Rasanya ada perasaan iri juga kesal namun dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Dirinya berjalan mendekati dua insan berbeda jenis kelamin yang masih berpelukan erat. Dirinya merasa datang di waktu yang kurang tepat, namun hal itu bukanlah kemauannya.

"Pelukan aja sampe lebaran monyet ada gue pun gak sama sekali di lirik. Dunia bukan milik kalian berdua, gue juga bukan orang yang ngontrak di bumi," ucap laki-laki yang menenteng plastik berisi buah jeruk.

Kedatangannya membuat Maisya sedikit terkejut dan langsung melepaskan diri dari pelukan yang sebenarnya masih dirinya butuhkan. Namun sepertinya bukan waktu untuk egois walaupun sebenernya Maisya menginginkan untuk mendapatkan pelukan lebih lama lagi. Lagi pula dirinya bukan ingin mengumbar kemesraan hanya sekedar membutuhkan sandaran setelah berduka.

"Sorry," ujar Maisya yang baru menyadari bahwa yang dirinya dekap adalah Askha.

"Iya nggak apa-apa, masuk," perintah Askha namun tak dipatuhi oleh Maisya.

"Tumben lo ke rumah gue Al?" tanya Askha menyambut kedatangan Alviar dan mengabaikan Maisya yang hanya diam mematung.

"Main aja sih," jawab Alviar.

Maisya tadinya ingin masuk lebih dulu namun sepertinya tidak sopan mendahului tuan rumah, lebih baik dirinya menunggu Askha dan Alviar ikut masuk kedalam.

Alviar hanya berkunjung untuk menemui Askha dan itu sudah biasa bagi dirinya bahkan Mira saja selalu mengizinkan Alviar datang kapan saja. Justru yang membuat Alvi terkejut adalah adanya kehadiran Maisya di rumah sahabatnya. Membuat Alviar penasaran dengan kedatangan Maisya yang sudah menjelang malam hari kerumah seorang laki-laki.

"Maaf Kha, gue tadi sembarangan meluk orang gue kira Tante Mira yang keluar," ucap Maisya yang kemudian langsung masuk dan sebelumnya menghapus jejak air mata di pipinya.

"Ya udah masuk,Sya. Lo juga Al," ajak Askha.

Rasanya melihat Maisya menangis tanpa tahu apa penyebabnya membuat Askha mengurungkan niatnya untuk memarahinya. Apa lagi kondisi Maisya seperti yang sedang tidak baik-baik saja. Apalagi matanya seperti sudah sembab sejak lama.
°°°

Ruang tamu keluarga Alkian kini begitu hangat dengan kedatangan Maisya dan Alviar secara bersamaan dan tentunya memiliki tujuannya masing-masing.  Maisya hanya diam saja di tinggal berdua dengan Alviar saat Askha berniat memanggil Mira dirinya hanya namun Alviar lebih penasaran dengan mata sembab Maisya yang menjadi pusat perhatian dirinya.

MAISYA ADELLA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang