39.GILA SIH BUKAN DEPRESI LAGI!

4 1 0
                                    

Keesokan harinya, di ruangan yang hening bernuansa putih hanya ada seorang laki-laki yang terbaring dengan selang bantu pernapasan dan infus ditangannya.  Mira yang melihat itu langsung menghampiri putranya, sudah sekitar dua bulan Askha koma dan tidak sadarkan diri.

Sekarang dirinya membuka matanya untuk pertama kalinya, melihat Mira yang berada di sampingnya. Namun konsentrasinya tertuju pada orang yang diselamatkannya.

"Ma, apa Maisya baik-baik saja?" tanya Askha.

"Nona mengalami kecelakaan saat ini, dia berada di ruangan sebelah. Kau tak perlu khawatir mama selalu melihatnya sesekali bahkan keadaannya sekarang sudah stabil, walaupun nona masih belum sadar," jelas Mira membuat Askha terlihat shock mendengar kabar tersebut. 

"Sudah berada lama Askha disini?" tanya Askha.

"Dua bulan mungkin kurang," jawab Mira.

"Mama boleh Askha jenguk Maisya, Askha mohon," pinta Askha.

Mira dengan cekatan mengambilkan kursi roda dan mulai mendorong Askha sambil memegangi infusnya.

Saat ini ruangan Maisya hanya ada Zia dan Maisya yang masih terpejam. Jujur saja saat beberapa lalu Zia, Haris dan Erlan yang mendengar suara orang yang mengucapkan nama Zia mengira bahwa Maisya akan membuka matanya namun rupanya Maisya hanya mengigau dan setelah diperiksa itu merupakan hal wajar.

Zia saat ini sedang mengupas buah untuk mengganjal perutnya sementara Erlan dan Haris pergi ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan. Tiba-tiba seseorang datang dan langsung membuka alat bantu pernapasan Maisya. Laki-laki itu mencium Maisya rakus tanpa ampun dan Zia dengan kemampuannya dalam membela diri berhasil mendorong tubuh laki-laki yang melakukan hal brengsek dihadapannya.

"Siapa lo sialan," sentak Zia mengambil ancang-ancang.

"Bukan urusan lo," jawabannya mendorong tubuh Zia hingga tersungkur.

Mau bagaimanapun Zia melawan, dirinya hanyalah seorang gadis yang baru sembuh dari penyakitnya dan belum sepenuhnya bisa menghajar seseorang. Terlebih lagi Maisya mengalami penurunan oksigen karena laki-laki itu tak berhenti melepas ciumannya dan malah memperdalamnya semakin liar.

Erlan dan Haris masuk ke kamar rawat Maisya dengan tiga makanan yang ditentengnya. Melihat pemandangan tidak senonoh didepannya, Erlan menarik laki-laki yang usianya lebih tua darinya dan langsung memukulinya. Sementara Zia bangkit dan langsung membenahi alat bantu pernapasan Maisya . Haris yang langsung menyimpan makanan di sofa panjang dan ikut membantu Erlan menghajar laki-laki yang tadi mencium bibir Maisya.

"Sialan lo bangsat congor! Cium dulu kaki gue sebelum lo berani cium keluarga gue," marah Haris yang membabi buta memukul rahang laki-laki itu sampai mulutnya terus mengeluarkan darah segar. Sementara Erlan menendang tubuhnya tanpa ampun.

Askha masuk bersama Mira dan langsung disuguhi pemandangan kegaduhan yang terjadi, Askha langsung menghampiri Maisya yang sudah Zia jaga saat ini. Membenahi alat bantu pernapasan dan melihat kegaduhan.

"Kenapa ini? Dia Sean," tutur Askha melihat orang yang babak belur dihajar oleh Erlan dan Haris.

"Lo kenal?" tanya Erlan.

Sementara Haris masih membabi buta menghajar Sean yang sudah tidak berdaya.

"Dia Sean, orang yang menyukai Maisya. Akan tetapi, Maisya hanya menjadikan Sean mainan sebagai pion tujuannya," jelas Askha.

Zia bangkit dari kasur yang dirinya duduki, dan Askha berusaha berdiri dan meraih infusnya dari tangan Mira kemudian menggantungkan di penyangga infus Maisya.

Askha langsung memegang tangan Maisya dengan erat menumpahkan air matanya yang ikut mengalir meluncur ke pipinya.

"Apa yang di lakukan Sean sama Maisya?" tanya Askha.

MAISYA ADELLA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang