35.MIKAILA

7 3 0
                                    

Hari telah berlalu hari ini Maisya tak mau membuang waktunya dirinya harus segera bertidak sebelumnya Mikaila mengambil langkah. Hari ini Gerry juga sedang dibebas tugaskan oleh Zeus, Maisya berencana mengajak kakaknya itu berkunjung ke rumah pamannya. Bahkan Maisya tidak ambil pusing dengan orang yang menyebarkan video dirinya yang sedang tidur di klub malam dengan Gerry. Biarkan semua orang beropini, mereka hanya tahu apa yang mereka lihat dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Dua motor berkecepatan tinggi saling mendahului layaknya mereka sedang memacunya untuk berkompetisi. Maisya dan Gerry bersenang-senang dengan saling bersinergi untuk sampai lebih dulu di rumah Pratama, dengan perjanjian yang kalah mentraktir makan siang.

Sialnya keduanya berakhir seri karena motor itu berhenti tepat didepan mobil pamannya yang hendak di keluarkan oleh supir pribadinya untuk di servis.

Pratama melihatnya kedatangan keponakannya di teras rumahnya yang sedang santai membaca koran ditemani secangkir kopi.

"Non Adel hati hati dong, kalo ketabrak siapa yang tangguh jawab," komplain pak supir.

"Mamang mah, apan ada om Pratama!" teriak Maisya dengan aksen bahasa Sunda karena supir pamannya berasal dari Bandung.

"Adel," panggil Pratama dari kejauhan.

Kedua motor itu pergi dihadapan mobil milik Pratama dan terparkir sempurna di pekarangan hijau.

"Halo om," sapa Maisya.

"Tunggu ini…," Pratama melihatnya dengan seksama memperhatikan laki-laki di samping Maisya, "wajahmu persis seperti Elia. Pasti kamu putranya."

Maisya menampilkan bingung apa maksud dari ucapan Pamannya ini. Mengapa dengan tiba-tiba berkata seperti itu, bukankah Gerry dan Maisya adik kakak dan ibu mereka bernama Marsya. Siapa Elia yang di maksud oleh Pratama.

"Maksud om apa?" tanya Maisya.

"Ayo kedalam aja dulu," ajak Pratama.

Ketiganya sudah duduk dengan banyaknya pertanyaan di benak Maisya begitu pula dengan Gerry. Namun percakapan yang dimulai bukan pada intinya, pamannya malah mengalihkannya dengan membahas Rayn putranya.

"Kau sudah tahu Rayn sedang di Singapura mungkin setelah itu dirinya akan ke Turki," ujar Pratama.

"Ah iya waktu itu setelah kelulusan, Rayn menghubungi Dedel. Adel sebenarnya yang hubungi dia dan Rayn pamit katanya mau ke Singapura," cetus Maisya.

Ah, sialan. Maisya lupa jika sepupu itu pergi ke luar negeri setelah kejadian yang rumornya Rayn kabur bersama Zia saat penusukan Anna dan setelahnya Zia meninggal dunia. Maisya benar-benar tidak menghubungi Rayn karena kesibukannya untuk membalas dendam.

"Tidak ada apa-apa, Rayn memberikan ponselnya pada om sebelum berangkat. Makanya om kasih tahu biar gak nyari-nyari, mungkin kedepannya kabar dari mereka om yang akan tangani" jawab Pratama.

"Lalu apa maksud yang tadi om maksud, bukannya bang Gerry memang kakak Adel?" tanya Maisya lagi.

"Jadi benar nama kamu Gerry, matamu seperti Carlo tapi wajahmu persis seperti Elia. Jangan kecewa Adel, Gerry memang kakak mu tapi tidak satu ibu."

"Dulu Marsya dan Elia adalah sahabat dan Elia meninggal saat melahirkan Gerry. Elia menginginkan Marsya sahabatnya untuk mengurus Gerry makanya Elia meminta Marsya menikah dengan Carlo . Namun hanya sampai beberapa tahun karena Gerry remaja memutuskan untuk tinggal bersama neneknya, Adel di bawa kesini karena Devils mulai menggencarkan aksinya,"

Penjabaran Pratama kini membuat kakak beradik itu saling pandang mereka hanya memiliki hubungan darah dari ayahnya dan itu tidak masalah bagi Maisya. Wajah Maisya tersenyum hangat membuat Gerry dengan gemas mengacak rambutnya.

MAISYA ADELLA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang