36.PENGORBANAN

9 2 0
                                    

Maisya tampaknya sedang tersenyum kepada Fauzan yang berhasil menumbangkan lima orang sekaligus. Namun saat Fauzan ingin membalas senyuman yang diberikan Maisya, seseorang dengan belati datang dari sebelah kanan Maisya dan hendak menikamnya. Sementara seseorang yang melihat kejadian itu berlari dari arah kiri Maisya memutar tubuh Maisya dan mengorbankan dirinya sendiri. Tusukan itu cukup dalam hingga orang yang menerimanya menganga lebar menahan sakit, dalam kondisi yang masih memeluk Maisya sangat erat. Orang itu sama sekali tidak menjerit dan hanya memegangi perutnya dari samping memeriksa benda tajam itu tidak sampai mengenai tubuh Maisya. Ditusuk dari punggung bagian kanan hingga tembus mengenai perutnya, dia sama sekali tak terlihat kesakitan. Dia tersenyum sambil meneteskan urai air mata saat bertatap dengan orang-orang yang melihatnya dengan raut wajah terkejut dan tidak lama kemudian menutup matanya dengan rapat hingga tidak sadarkan diri.

Sementara orang-orang yang menyerang mereka semua sudah kabur kalang kabut meninggalkan semua orang karena sudah berhasil melukai seseorang.

"Skha, bangun…!" Teriak Maisya yang menahan tubuh Askha yang limbung hingga terbaring dipangkuan Maisya.

"Askha, gue bilang bangun!" seru Maisya menepuk pipi Askha.

Askha yang sedang menjelajahi jalanan untuk mengetahui titik-titik yang sepi untuk dilewati dan jalur untuk pelarian darurat. Benar adanya tugas Askha sehari-hari memang seperti itu, peranannya sebagai penghilang jejak perlu mengingat ruas jalan agar lebih efisien karena bisa di gunakan saat mereka menjalankan misi atau kabur dari musuh-musuh katulistiwa.

Namun kali ini Askha melihat jalanan yang sangat jarang dilalui membuatnya penasaran dan dirinya ingin tahu dimana jalan itu berakhir. Belum menuntaskan menyusuri jalanan, Askha malah mendapatkan pemandangan pertemuan mengesankan dari my little Queen mafia yang mengetuai dirinya. Siapa lagi kalau bukan Maisya, begitu melihat seseorang akan menusuknya Askha langsung berlari menyamai kecepatan orang yang akan mencelakai orang yang membuatnya tegar sampai saat ini.

Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Askha selain hanya rintihan kecil yang sempat terdengar oleh Maisya.

"Sialan kenapa kalian cuma diam, telepon ambulans," marah Maisya.

"Lima menit lagi sampai," ujar Erlan.

"Thanks,"ucap Maisya.
°°°°

Sebuah ruangan dengan serba putih Askha berjibaku dengan alat bantu pernapasan. Maisya gelisah sendirian di ruang tunggu, mengunggu operasi yang dijalani Askha.

Tadi sebenarnya Maisya ikut bersama dengan ambulans yang membawa Askha dan ditemani Fauzan. Saat ini Fauzan sedang membeli makanan di kantin rumah sakit karena dirinya ingat jika Maisya mengkhawatirkan seseorang, dirinya akan melupakan kondisinya sendiri. Gerry yang di minta mengurus motor Maisya langsung menghubungi Dava. Sementara Erlan dan Haris, Maisya perintahkan agar kembali ke markas Atyasa. Sementara anak buah Fauzan sudah pasti mengikuti arahan ketuanya. Azka, Saka dan Erick langsung pergi menuju markas setelah di perintahkan.

"Makan dulu Del," tawar Fauzan. Maisya menoleh melihat sorot mata Fauzan yang penuh khawatiran."Strawberry, kesukaan lo."

Maisya masih belum berpaling dari tatapan Fauzan yang begitu tulus bahkan dirinya masih ingat apa yang disukainya.

"Hey, rotinya Adel," panggil Fauzan.

"Ah, iya makasih," ucap Maisya.

Maisya sangat terlihat khawatir, Fauzan baru pertama kalinya melihat Maisya yang seperti ini. Jika dikatakan cemburu, tentu saja Fauzan cemburu. Akan tetapi, dirinya sudah tidak ada hak lagi untuk itu.

"Dia siapa Del?" tanya Fauzan.

"Temen gue, anggota geng Katulistiwa. Mungkin lo nggak akan tahu soalnya masih tergolong geng yang kecil. Dia juga temen sekelas gue," jawab Maisya.

MAISYA ADELLA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang