Maisya menceritakan tentang kehidupannya yang dinaungi oleh kelompok mafia yang bergerak di atasnya. Dari menengah pertama dirinya dilatih fisik hingga dituntut untuk kuat mulai dari berjalan di atas es batu, mengangkat beban berat, memanah guna melatih konsentrasi juga beberapa latihan seperti berlari hingga telapak kakinya mengalami panu dan kapalan. Sungguh latihan fisik yang menguras mental.
Bukan hanya itu saja, Maisya juga dipaksa memahami materi menengah atas, maka dari itu Maisya melakukan sekolah home schooling secara bersamaan dengan dirinya yang masih menjalani sekolah menengah pertama. Lulus dalam jangka waktu dua tahun sehingga setelahnya dirinya bisa berkuliah di negara luar seperti Singapura dan Jerman.
"Gue tahu seberapa beratnya jadi seorang kepercayaannya seorang mafia besar, Del." Gerry benar-benar merasakan bagaimana rasanya ditekan, diandalkan dan di korbankan.
Menyakitkan rasanya seperti dijadikan tumbal dengan kesadaran diri. Dimana jika tidak melakukannya maka nyawa yang menjadi taruhannya. Semua dilakukan hanya dengan alasan untuk bertahan hidup dan balas dendam.
"Sorry kalo lo kecewa, gue sembunyikan semuanya supaya orang yang bergerak di bawah gue aman bang," bela Maisya.
"Siapa orang-orang dibawah lo?" tanya Gerry.
"Sekarang cuma Askha," ujar Maisya melirik ketempat di mana Askha saat ini masih enggan untuk membuka matanya.
"Bocah pahlawan itu," puji Gerry.
Maisya mengangguk,"Rara udah tidur tuh, lo tidur juga. Gue juga udah ngantuk."
"Iya lo aja duluan, gue belakangan," tukas Gerry.
Pagi harinya Maisya sudah harus pergi ke pengadilan untuk rapat koordinasi sidang perdana terdakwa Arthur dirinya menjadi pihak yang terlibat dalam proses pembebasan bersyarat yang diajukan beberapa hari lalu olehnya.
Sebetulnya Maisya bisa saja tidak menghadirinya dan menunggu surat undangan pengadilan sidang perdana. Namun dirinya ingin mengetahui secara langsung baik dari pengacara yang dirinya sewa.
Mau bagaimanapun rencana balas dendamnya harus berjalan, dimana semua musuhnya harus dilepas liarkan agar lebih mudah bagi Maisya bidik. Meskipun pelakunya adalah orang tua Arthur, tetap saja Arthur juga memiliki kesalahan fatal terhadap Atyasa karena berani Berkhianat.
Atyasa bukan geng yang kejam jika salah satu anggotanya berkhianat maka akan di keluarkan secara tidak terhormat. Akan tetapi jika berurusan dengan menghalangi langkah kaki tangan mafia Ailes, sudah dipastikan bayarannya sebuah kematian.
Seperti layaknya Willy yang tidak mempercayai bahwa Zia bukanlah pelaku penusukan Anna, dirinya sudah berkali-kali ditolak kehadirannya di markas Atyasa. Walaupun belum ada keputusan yang dikeluarkan dari mulut Rayn sendiri, anggotanya sangat paham jika Willy sudah dibuang dari kelompok geng Atyasa saat itu juga.
Maisya pada akhirnya datang ke pengadilan, hakim telah memutuskan sidang akan dilakukan di Minggu pertama. Sebagai perbandingan telah dipersiapkan oleh pihak pembela, Maisya hari ini cukup letih kerena beberapa hari menghabiskan waktunya di rumah sakit. Berniat untuk sejenak beristirahat di rumahnya, Maisya malah dihadang oleh beberapa orang yang ingin membawanya. Maisya tahu jika orang-orang itu tidak asing baginya. Dia adalah anak buah Sean yang berusaha menculik. Sehan menginginkan dirinya untuk dirinya sendiri, obsesinya telah membuatnya gelap mata karena ingin memiliki Maisya hanya untuk dirinya.
"Sialan, pedofil itu masih mengincar gadis imut seperti gue. Ah Maisya lihatlah pesona mu, Rayn saja mengatakan bahwa aku dari planet lain yang turun ke bumi hanya untuk membasmi hama. Yah walaupun dia bilang gitu waktu gue nyalain obat nyamuk yang melingkar-lingkar langsung di atas kompor sehingga asapnya nyebar dimana-mana," ujar Maisya turun dari sepeda motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAISYA ADELLA (On Going)
Short StoryJangan hanya melihat covernya sebelum mengetahui isi dari sisi baik dan buruknya seseorang. Ini kisah Maisya Adella, tentang persahabatan cinta dan penghianatan juga dunia yang di penuhi kegelapan. Misteri kematian dan kisah cinta yang sungguh memua...