21.MENYATAKAN PERASAAN

16 6 0
                                    

Pagi ini cenderung matahari bersinar dengan cerahnya menyilaukan aspal jalanan. Penampilan Maisya tampak begitu manis jika dilihat netra. Maisya sengaja pergi mengunakan taksi untuk menjaga penampilan yang sungguh menggemaskan. Maisya mengenakan jepitan rambut di sela rambutnya bibir mungilnya tidak lepas dari lolipop kesukaannya mengerucut dengan warna merah cherry. Jadi ada apa gerangan pagi ini yang tampak begitu cerah mewarnai hari Maisya dengan begitu semangatnya.

Begitu sampai di gerbang, Maisya langsung berjalan kearah kantin. Matanya menatap keberadaan muda-mudi yang berkumpul di meja kantin, langkah kecil yang riang menandakan dirinya sedang dalam kondisi bahagia. Air yang tenang justru tanda bahaya mengancam. Maisya adalah bahaya yang tak memiliki tanda-tanda sebelumnya, karena semua orang akan tertipu dengan wajah manis dan sikap ramahnya.

Maisya melambaikan tangannya, walaupun terhalang beberapa kendaraan bermotor yang terparkir rapi, Maisya tahu jika itu adalah anak-anak Katulistiwa. Maisya berharap semua berjalan dengan baik sesuai rencana yang dirinya susun.

"Pagi semua," sapa Maisya begitu manis saat di dengar sangat lembut dari biasanya.

"Hai Del, sini duduk deket gue," ajak Farel yang tidak jauh dari tempat anak Katulistiwa berada.

Sayangnya Maisya tetap mengabaikan ucapan yang keluar dari siapa pun dan memilih fokus pada tujuannya. Rencana awal untuk membuat semua orang terkejut.

Masih menciumi lolipopnya, seperti orang kebingungan. Mata Maisya tertuju pada Kazio yang membawa nampan pesanannya anak-anak Katulistiwa yang siapa di sajikan. Maisya dengan secepat kilat mengambil nampan di tangan Kazio, bahkan lolipop miliknya dirinya buang ke tempat sampah terdekat. Agar memudahkan dirinya saat mencoba mencari perhatian pada Kazio.

"Sini gue bantu, masa ganteng-ganteng bawa nampan," sigap Maisya saat merebut nampan makanan dari Kazio.

"Eleh...,Sya itu biar gue aja. Berat, nanti lo gak kuat lagi," larang Kazio.

"Nggak apa-apa Zio, gue bisa kok," ujar Maisya.

Sedangkan Ziela, memperlihatkan raut wajah kebingungan melihat sikap manis Maisya karena tidak seperti biasanya. Maisya yang sejak awal terlihat dingin dihadapan semua orang, tiba-tiba bersikap ramah dan lebih ceria dari biasanya, itu malah membuat semua orang merasa heran.

Namun kali ini Maisya terlihat sangat berbeda juga bersemangat. Ah, mungkin dia sedang memainkan perannya. Hanya itu yang bisa Ziela simpulkan.

Maisya juga ikut membagikan pesanan makanan pada teman-temannya. Bagi Farel dan Fanya ini tidak aneh karena sejak SMP Maisya menang sangat ramah. Begitu juga Nathan dan Arthur yang sering melihat Maisya berlaku ramah terhadap anggota inti Atyasa. Bahkan mereka sudah biasa melihat perhatian sekecil apapun yang di lakukan Maisya.

Melihat Ziela duduk di sebelah Kazio, Maisya hanya bisa berdiri mematung tanpa berkutik bahkan terlihat wajah murung dan terlihat sangat kesal. Padahal di sebelah Nathan atau di meja Farel masih tersedia bangku kosong. Sebenarnya Ziela sengaja membuat Maisya merasa kesal untuk melihat tanggapan yang Maisya berikan.

"Ziela boleh gak gue duduk di bangku yang lo tempati? Gue mau duduk di situ," pinta Maisya.

Siapa juga yang berani menolak permintaan Maisya terlebih lagi Ziela adalah teman sekelasnya yang tahu jika Maisya doyan marah-marah jika tidak di turuti. Apa lagi sifat Ziela itu sangat polos jika berada di keramaian. Lagi pula ini hanya masalah tempat duduk, dan Ziela tidak keberatan untuk duduk di mana saja. Walaupun sebenarnya dirinya menunggu Maisya menaikkan suaranya sekitar satu oktaf namun sama sekali tidak terjadi.

Maisya tersenyum saat melihat Ziela berpindah kesamping Arthur dan dirinya duduk di sebelah kazio. Namun, siapa sangka ada yang kepanasan akan hal tersebut. Arthur yang tadinya menikmati semangkuk mie ayam melihat Maisya yang terus menerus melihat Kazio yang sedang menyantap baksonya sembari tersenyum membuat Arthur sedikit tak suka.

MAISYA ADELLA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang