Di perjalanan Sean menepikan kendaraannya di bahu jalan. Berbagai pertanyaan memenuhi kepala Sean memikirkan kejadian yang baru saja terjadi di rumah Triksi. Terlebih lagi tentang Triksi yang berpihak kepada Maisya dan pengakuan Maisya di hadapan Triksi yang mengatakan bahwa dirinya adalah pacarnya.
Ah, rasa telinganya sangat gemas saat mendengarnya langsung dari bibir mungil merah cherry milik Maisya bahwa dirinya diklaim sebagai seorang pacar. Bagaikan seorang remaja yang baru saja merasa jauh hati, Sean sekarang malah tersenyum karena salah tingkah.
"Kenapa senyum-senyum dan berhenti di sini tuan arogan," kesal Maisya.
Menyebalkan, kenapa gadis ini terus saja memanggilnya arogan apa dia berkata terlalu pedas padanya selama ini. Kira-kira apa penyebabnya? Apa prilakunya terhadapnya yang membuatnya risih? Sean takut Maisya semakin tidak menyukainya, karena itu sangatlah tidak baik bagi dirinya dan juga hatinya.
Wajahnya mulai serius, Sean menghadapkan dirinya di hadapan Maisya. Mengatur nafas panjang guna menenangkan kegugupannya.
"Della, apa yang kau katakan di rumah Triksi itu benar?" tanya Sean membuat Sean tertunduk dan Maisya sudah bingung dengan pertanyaannya.
"Della, maksudnya? Kenapa lo manggil gue gitu? Apa maksudnya dari perkataan lo barusan," ujar Maisya.
"Itu…tidak apa-apa, hanya saja apa benar saya itu pacar kamu? Dan juga apa maksud ucapan Triksi bahwa dia akan mencincang kita itu juga mengganjal di pikirkan saya," ucap Sean ragu.
Maisya tertawa sungguh wajah laki-laki di sampingnya sangatlah lucu bibirnya mengerucut layaknya seorang anak yang meminta permen. Saat Sean ragu membuat Maisya merasa sangat gemas kepada tingkah lakunya.
"Kenapa kau tertawa, ada yang salah dengan kalimat yang saya ucapkan," ketus Sean.
"Lo boleh manggil gue Della itu terkesan dewasa cuma gue hanya terkejut aja sih. Masalah itu gue cuma coba nolong lo, Triksi gak akan pernah bunuh orang-orang yang menyangkut dengan orang -orang di kehidupan gue. Itu juga kalo gak gue suruh. Masalah Triksi yang mau bunuh kita karena dia gak bisa makan kalo tanpa daging manusia, dia seorang kanibal dan stok daging korbannya sedang menipis," jelas Maisya.
"Saya kira kamu terima cinta saya, rupanya hanya omong kosong," ujar Sean kembali termenung.
"Gila masa iya lo ngemis cinta sama anak SMA, lo lebih cocok sama kak Kai tahu," ujar Maisya terkekeh.
Bicara soal Kai seperti bukan hal buruk jika dia mengajak laki-laki ini ke rumahnya dan di sana Maisya bisa mengenalkannya. Apa lagi mereka seumuran, mungkin Maisya bisa lepas dari jeratan cinta gila laki-laki ini walaupun sebenarnya Maisya mulai merasa nyaman dan sedikit terhibur dengan tingkah lakunya.
"Tidak tertarik, hanya menginginkan mu untuk mengisi kekosongan hati," gombal Sean.
"Alay benget sumpah,"celetuk Maisya.,
Ah, lihatlah wajahnya cemberut bahka itu membuatanya semakin imut saja jika dia memasang mimik wajah dengan bibir majunya seperti itu, sangat mengenaskan rasanya ingin sekali Maisya menyambar bibir yang maju itu terlihat sangat seksi di usianya. Sial, mengapa bayangan Maisya kemana-mana. Apa dia tidak waras. Dirinya pasti hanya sedang merasa gemas saja terhadap Sean.
"Gue udah mulai suka sama lo kok, nggak usah cemberut gitu juga kali gantengnya ilang loh," goda Maisya disela Sean yang tampak merajuk.
"Nama saya Sean Kingston Gelael, kau bisa memanggilku Sean jika berkenan kau juga bisa memanggilku sayang," ucap Sean.
"Bicaramu terlalu formal tuan Ael," ucap Maisya
"Ael, aku suka mendengarnya. Terimakasih. Aku mencintaimu, Della," ucap Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAISYA ADELLA (On Going)
Short StoryJangan hanya melihat covernya sebelum mengetahui isi dari sisi baik dan buruknya seseorang. Ini kisah Maisya Adella, tentang persahabatan cinta dan penghianatan juga dunia yang di penuhi kegelapan. Misteri kematian dan kisah cinta yang sungguh memua...