Seminggu sudah ujian telah usah hari esok adalah hari di mana Alviar menikah dengan Fanka. Setiap tamu diharapkan menukar kartu undangan dengan sebuah gelang tanda kedatangan. Pernikahan yang sangat ketat karena hanya orang-orang tertentu saja yang mendapat undangan.
Pagi ini Maisya masih terbaring kayaknya simulasi mati, tubuhnya pun masih dililit selimut toska. Bi Rumi tampaknya tidak ingin menganggu mengingat nonanya yang sangat sibuk dengan sekolah beberapa hari terakhir dan kali ini mendapat hari libur yang lumayan panjang.
Dari sudut jendela, seseorang dengan jaket abu-abu dengan sebuah tudung yang menyembunyikan kepalanya lengkap dengan masker di wajahnya. Dirinya memaksa menerobos masuk ke dalam kamar Maisya dengan mencongkel jendela dengan linggis yang dirinya persiapan. pria itu sengaja memanjat ke balkon kamar Maisya hanya untuk menemui Maisya secara diam-diam. Sementara penghuni kamar masih nyaman dengan kasur dan selimutnya. Laki-laki itu enggan untuk membangun Maisya walaupun dirinya sudah menghubunginya Minggu lalu untuk menemui Maisya pada malam hari namun dirinya baru bisa hari ini di pagi buta untuk melancarkan aksinya.
Pesan Minggu lalu.
"Temui gue nanti malam"
Dirinya lebih memilih menyisipkan surat di bawah bantal Maisya tanpa menggangu tidur Maisya dan masuk melewati jendela dengan perlahan layaknya seorang maling yang ulung. Namun sesaat pergi laki-laki itu menutup jendela dengan keras dan membuat suara kebisingan membuat Maisya terbangun dari tidurnya.
Maisya yang mendengar itu langsung terbangun dan berlari menuju balkon melihat seseorang yang meloncat dan lari begitu saja.
"Sialan! Lo bisa jalan depan dan kasih pesannya ke BI Rumi bangsat," teriak Maisya yang kesal melihat engsel jendela yang rusak.
Maisya melihat kembali tempat tidurnya ada sebuah catatan kecil tersembunyi di balik bantalnya.
Misi selesai maaf gue baru hubungi dan gak nemuin lo malam itu. Kini saatnya berpesta, Maisya Adella.
Senyuman terlukis di wajahnya, dengan cepat Maisya meremas kertas yang baru saja dibacanya dan melemparkannya kedalam tong sampah. Maisya melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan setelahnya langsung turun untuk sarapan pagi.
"Pagi Bi Rumi, sarapan apa kita pagi ini," sapa Maisya membalikkan pirang di atas meja.
"Hari ini hanya panekuk dan susu saja Non," jawabnya.
Maisya memakannya dengan lahap, setelah selesai dirinya membuka room chat sekolah yang di katakan bahwa pelaku kebakaran perpustakaan telah di temukan dan pertemuan akan di laksanakan setelah acara kelulusan.
Maisya tersenyum ketir, sepertinya permainan akan semakin memanas setelah pernikahan Alviar dan Fanka terjadi. Maisya memiliki rencana yang cukup untuk memojokkan seseorang dan dirinya akan melakukannya.
Maisya Melihat sebuah pesan singkat dari Arthur yang mengatakan dirinya sudah berada di depan rumahnya. Sekilas Maisya tersenyum remeh, kali ini dirinya harus memasang wajah menyedihkan.
Maisya langsung keluar dengan wajah yang sedih air matanya mengalir sempurna bisa di bilang Maisya adalah aktris yang pandai menangis. Dirinya langsung berbaur kedalam pelukan Arthur dengan isak tangisnya. Arthur sedikit terhuyung namun dirinya mampu menahan berat badan Maisya.
"Arthur gue takut, semuanya udah ke bongkar mereka udah tau pelakunya, Thur. Gue dalam masalah Thur, gue gak mau di penjara." Tangis Maisya pecah Arthur hanya bisa memeluknya erat mencoba menenangkan Maisya.
"Semua akan baik ada gue di sini, Lo gak perlu khawatir. Gue tahu Lo masih butuh gue, jadi kali ini biar gue yang berkorban buat orang yang gue cinta," ucap Arthur menenangkan seraya mengusap lembut punggung Maisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAISYA ADELLA (On Going)
Short StoryJangan hanya melihat covernya sebelum mengetahui isi dari sisi baik dan buruknya seseorang. Ini kisah Maisya Adella, tentang persahabatan cinta dan penghianatan juga dunia yang di penuhi kegelapan. Misteri kematian dan kisah cinta yang sungguh memua...