Bab 5. Terbayang-Bayang

5.6K 253 5
                                    

Di kamar Risti, Fitiara tak hentinya menyunggingkan senyum membayangkan kebaikan hati seorang Abram yang tetap mau menawari nya pekerjaan meskipun telah mengetahui pendidikan terakhir nya.

Akhirnya setelah suatu hal yang tak di inginkan terjadi yang pernah menimpa nya,. Pikiran Fitiara mulai terisi lawan jenisnya. Ia beranggapan karena pria itu dewasa, bahkan sangat dewasa sehingga ia bisa mengerti keadaan nya hingga menimbulkan rasa nyaman kala berbicara dengan pria paruh baya itu.

Dan di dalam mobil yang di kendarai Abram, pria itu tersenyum-senyum sendiri membayangkan tingkah dan sikap Fitiara yang baginya terkadang tak sesuai usianya. Hal yang membuat wanita itu malu hingga merendah diri bagi Abram seharusnya tak perlu, karena ia ingin mengenal Fitiara lebih dekat, dan akan bagus lagi jika mereka bisa memiliki kedekatan khusus. Itu harap Abram.

"Fitiara,. Wanita itu sangat lugu untuk usianya yang sudah dewasa" gumam Abram lagi mengukir senyum mengingat sikap wanita yang tengah ia pikirkan.

"Mikirin apa hayo" celoteh Risti pada kakak sepupunya yang tersenyum-senyum menatap langit-langit kamar nya yang tak ada apapun di atas selain lampu.

"Tidak ada" kilah Fitiara, segera ia menghilangkan senyuman dari wajahnya.

"Hayo, mikirin pak Abram kan?" Risti makin jadi membuat Fitiara mengerjap segera menoleh pada sepupu nya.

"Tidak"

"Udah lah, tidak apa-apa kok kak, toh pak Abram duda bukan suami orang, jadi tidak apa-apa kalau kalian dekat"

"Ih apaan sih, kakak tidak lagi mikirin u.n.c.l.e Abram itu tahu" masih ia berkilah

"Uncle, uncle,. Siapa yang tahu nanti jadi Abang"

Fitiara menggelitiki adik sepupunya yang terus saja bercanda padanya seolah menjodoh-jodohkan dirinya dengan Abram.

Cklet..

Mereka menoleh ke arah pintu mendengar daun pintu di buka.

"Bukannya tidur malah berantem" ujar Dhian

"Kak Fit mah yang mulai hanya karena Risti bahas pak Abram" adu Risti membuat Dhian mendekat ikut bergabung di atas tempat tidur.

"Cerita dong pendapat kamu tentang pak Abram itu"

Dahi Fitiara mengerut bingung, ia tak tahu harus mengatakan apa perihal Abram, karena mereka baru kenal, tak banyak yang ia ketahui dari pria itu.

"Tidak tahu, saya kan baru kenal sama pak Abram"

"Tante dengar kamu di tawari kerja yah?"

Fitiara ingat ia belum membahas pada paman dan bibinya mengenai Abram yang menawarkan pekerjaan, ia juga akan memberi tahukan pada kedua orang tuanya jika ia akan tinggal menetap untuk bekerja.

"Oh iya saya mau bahas soal itu, tapi om Amir juga harus tahu"

"Om di sini" sahut Amir yang sebenarnya menguping pembicaraan mereka. Sekali lagi ia ingin memastikan keamanan keponakannya itu. Ia pun ikut bergabung duduk di atas tempat tidur yang sama.

"Ada apa nak?" tanya beliau

"Pak Abram menawari saya pekerjaan" papar Fitiara

"Kamu terima?"

Fitiara menjawab dengan anggukkan.

"Kerja apa?" tanya Dhian

"Belum tahu juga, mungkin sesuai pendidikan saya"

"Tapi,. Pendidikan terakhir di pabrik bahkan tamatan SMA" ujar Amir membuat Fitiara lesu, ia tak tahu pekerjaan apa yang di tawarkan Abram padanya jika mengingat pendidikan yang ia miliki. Tapi meski begitu ia berharap pekerjaan yang layak dan sesuai untuk nya.

"Saya yakin pak Abram pasti akan memberi pekerjaan yang sesuai untuk kakak, secara pak Abram sendiri yang menawari kakak, bisa saja itu di kantor kan,. Bisa saja jadi asisten pribadi" sela Risti membuat kedua orang tuanya manggut-manggut menyetujui ucapan anak mereka jika mengingat owner perusahaan itu tampaknya tertarik pada Fitiara.

Dan Fitiara tersenyum bahagia penuh harap akan pekerjaan yang sepupunya maksud, maka itu akan menjadi pertama kali baginya merasakan posisi pekerjaan yang hanya bisa di tempati oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi.

"Kalau begitu hubungi orang tua mu, minta ijin sama mereka untuk kamu tinggal menetap di sini. Nanti om juga akan meyakinkan mereka"

"Iya, tante juga akan membantu meyakinkan orang tuamu" sela Dhian

Fitiara pamit ke balkon belakang untuk menghubungi kedua orang tuanya, membahas soal keinginannya menetap dan bekerja di ibu kota. Tapi sebelum ia menghubungi orang tua nya, ibunya menghubungi nya lebih dulu.

"Kebetulan" gumam nya segera mengangkat panggilan dari ibunya.

"Assalamualaikum mak"

"Waalaikumsalam, bagaimana keadaan mu nak?"

"Alhamdulillah baik mak,. Mamak sama bapak bagaimana?"

Sang ibu justru diam.

"Ada apa mak? Ndak apa-apa jaki?"

"Ndak nak, hanya itu... Bapakmu masuk rumah sakit"

"Hah! Kenapa bisa?"

"Bapak mu kecelakaan kemarin"

Fitiara menutup mulutnya syok mendengar kabar buruk yang tak ibunya beri tahukan.

"Kenapa baru ki kasi tau ka"

"Bapak mu ndak mau nak bikin ki khawatir"

"Khawatir ka pun wajar mak, Pulang ka besok"

"Ndak apa-apa ji nak..

"Ndak apa-apa bagaimana, Ndak bisa ka juga tenang di sini kalau keadaan bapak begitu,. Pulang ka besok"

"Iye nak, hati-hati ki"

"Iye mak"

Fitiara kembali masuk kedalam rumah untuk memberi tahukan keadaan sang ayah pada paman dan bibinya. Dan merekapun terkejut mendengar kabar itu, hingga Amir sempat marah pada kakaknya karena menyembunyikan keadaan kakak iparnya.

Kedua pasutri itu pun segera mencari tiket dadakan untuk pulang ke kota kelahiran Fitiara dengan di temani Dhian.

Di Kejar Cinta Bos PamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang