Bab 55. Pembatalan Pernikahan

2.8K 180 8
                                    

Keadaan rumah mewah Abram kini sunyi tanpa Abimana dan Lucas. Mereka telah kembali melakukan tanggung jawab sebagai direktur utama di perusahaan yang mereka kelola. Tinggal Abram bersama anak bungsu dan menantunya, juga Derry yang selalu bisa menghibur dengan tingkah lucunya.

"Daddy ke kantor yah"

Perkataan Abram di tanggapi anggukkan kedua anak perempuannya. Abram merasa anak dan menantunya seolah menolak pembicaraan dengannya. Abram berjongkok di hadapan Derry, mengusap puncak kepala cucunya itu.

"Derry mau ikut opa ke kantor nak?"

Derry menggeleng.

"Kenapa? Nanti opa beliin permen mau"

Lagi Derry menggeleng. "Oma bilang tidak boleh makan pelmen, nanti cakit gigi"

Sontak Abram menjadi teringat dengan Fitiara. Tampaknya bukan hanya dirinya dan anaknya yang telah tertanam ingatan akan Fitiara, bahkan cucunya demikian.

"Opa, oma mana?"

Kening Abram bertaut, juga matanya berkaca-kaca, ingatannya akan Fitiara makin jadi karena pertanyaan sang cucu.

"Oma dirumahnya"

"Kapan pulang?"

Abram menghela nafas kasar.

"Nanti akan pulang kok"

"Jangan mengatakan kebohongan pada cucu Daddy" sela Alina membuat Abram berdiri menatap anaknya. "Alina dan Lucas tidak pernah mengatakan kebohongan setiap kali Derry bertanya. Mau itu dia pahami atau tidak, kami tidak pernah menjawab pertanyaannya dengan kebohongan" sambungnya membuat Abram merasa bersalah.

"Kalau daddy tidak bisa menjawab pertanyaannya katakan saja tidak tahu, jangan membuatnya berharap oma nya pulang jika itu tidak akan pernah"

Alina yang kesal membawa Derry pergi dari sana. Di susul Shizuni berdiri memberi hormat pada ayah mertuanya lalu mengekori Alina.

Langkah kaki Abram gamang berjalan kearah mobilnya, pikirannya di serang ketidak pastian akan keinginannya. Dia sendiri tak sepenuhnya yakin ingin berpisah dari Fitiara, tapi dia tak tahu sampai kapan dia bisa bersabar menerima kenyataan istrinya menginginkan pria lain.

Yang tak Abram ketahui, saat kepergiannya waktu itu Fitiara hanya memfokuskan diri hanya pada Abram suaminya. Setiap harinya dia memaksa pikirannya untuk mengingat tentang Abram, tapi justru rasa sakit yang timbul karena memaksakan. Fitiara berpasrah diri akan menunggu Abram kembali entah sampai kapan.

Selama kepergian Abram waktu itu, Fitiara hanya mengurung diri mengingat kebersamaan yang tersisa di ingatan, saat Abram tak putus asa mendekatinya.

"Hahhh" Fitiara menghela nafas berat menatap cincin kawin yang melingkar di jari manisnya. Hanya itu kenangan dari Abram yang di miliki.

Dan Abram telah tiba di kantor, tapi  percakapan yang terjadi sebentar di kediamannya membuatnya tak ingin melakukan apapun untuk saat ini. Dia hanya ingin merasakan tenang dan damai di pelukan Fitiara.

"Bos, sudah sampai" suara sang sopir membuyarkan ingatan yang lagi-lagi tertuju pada Fitiara. Abram pun turun dari mobil melakukan tujuan awal ke kantor, yah itu bekerja.

"Pagi bos" sapa Leni, lagi Abram hanya membalas anggukkan dan berlalu ke ruangannya, lalu membuang dirinya ke kursi terdiam memandang lurus-lurus tak melakukan apapun. Dan saat dia memutar kursinya menghadap pada meja, ada tiket pesawat tujuan Jakarta Sulawesi Selatan di atasnya, seperti keinginannya yang ingin ke provinsi tersebut untuk sebuah pembatalan pernikahan. Tapi melihat tiket pesawat yang datang entah dari mana itu, dia meragu hingga menelan ludahnya kasar.

Di Kejar Cinta Bos PamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang