Bab 8. Tak Sesuai Ekspektasi

3.8K 232 9
                                    

Tiba mereka di ruang belakang, Arya mempertemukan Fitiara dengan beberapa OB yang telah mengganti pakaian mereka bersiap untuk bekerja. Semua OB yang ada berdiri berbaris melihat kehadiran Arya HRD.

Fitiara memerhatikan mereka semua yang mengenakan seragam yang sama dengan warna senada, ia  bingung mengapa ia di bawa bertemu dengan mereka.

"Kenalkan ini Fitiara" seru Arya semua OB menatap Fitiara lalu tersenyum pada nya. "Dia OB baru di sini" tambah nya.

Fitiara tergemap tak mengira ia di tempat kan sebagai seorang OB, ia tertunduk sedih yang ia bayangkan tak sesuai ekspektasinya, ia pikir ia mendapatkan tempat yang lebih dari posisi yang di tunjukkan jika mengingat bos perusahaan itu sendiri yang menawari.

Tapi secepatnya ia tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, ia sadar diri, pendidikannya tak pantas untuk duduk di sebuah kursi kantoran, sedangkan posisi OB saja ia seharusnya sudah bersyukur.

"Fitiara" panggil Arya menyadarkannya.

"Iya pak"

Arya memberikan seragam untuk Fitiara kenakan, dan untuk kejelasan pekerjaan akan di jelaskan oleh OB yang lain, lalu Arya pamit meninggalkan mereka.

Fitiara menundukkan pandangan pada seragam yang kini berada di tangannya, entah mengapa ia merasa sedih, ia merasa Abram seolah tak menepati janji, padahal pria itu tak menjanjikan sebuah posisi untuknya, pria itu hanya mengatakan pekerjaan yang cocok, dan Fitiara berpikir mungkin ini lah posisi yang cocok untuknya.

"Mbak Fit, ganti seragamnya di sini,. Dan ini loker untuk mbak" sahut seorang OB senior.

Fitiara meninggalkan tempat nya berdiri berganti pakaian di dalam sebuah ruangan yang telah di siapkan.

Mobil yang membawa owner Abram Bremdi baru saja memasuki pelataran parkiran gedung kantor Emdi di jam 10 siang.

Sopir turun membukakan pintu untuk bos nya. Kaki berbalut celana bahan dengan sepatu kulit memijak tanah, lalu di susul tubuh tinggi tegap nan kekar tertutup kemeja dan jas dengan dasi yang melingkar di lehernya, membuat penampilan seorang Abram Bremdi terlihat berwibawa dan mempesona.

Semua pegawai yang ia lalui memberi hormat mengiringi langkah nya hingga ke dalam lift. Sesaat pintu lift terbuka Abram mengulum senyum membayangkan akan bertemu Fitiara setelah tiga hari tak melihat wanita itu.

Ia tetap bersikap tenang berjalan perlahan menuju ruangannya dan akan bersikap santai melewati meja sekretarisnya, di mana Fitiara juga berada di sana.

"Pagi bos" sapa Leni berdiri dari duduknya.

"Pagi"

Lagi Leni menelisik bos nya, merasa ada yang berbeda dari pria itu sedari kemarin.

"Bos terlihat berbeda dari biasanya" canda Leni masih memerhatikan perubahan apa yang ada di bosnya, lalu matanya melebar menangkap perbedaan itu. "Bos habis potong rambut yah?"

Abram mengangguk, tapi sesekali matanya mengarah pada kursi kosong di samping Leni.

"Asisten sekretaris mu kemana?" tanya Abram tak sabar ingin melihat wajah seseorang yang telah tiga hari tak ia lihat.

"Ke kamar kecil bos"

"Bagaimana kinerjanya?"

Leni lesu jika harus membahas tentang karyawan baru itu, rasanya tak enak ia mengatakan keluhan jika mengingat ucapan Arya yang mengatakan asisten sekretaris itu bos mereka sendiri yang menyiapkan. Ia merasa tak enak jika ia mengadukan kinerja pegawai pilihan bos nya yang lelet dan malas, dan lebih suka bermain ponsel, padahal bos mereka sendiri yang mengatakan hindari menyentuh ponsel di jam kerja.

"Kenapa Leni? Apa kinerja pegawai baru tidak bagus?"

Leni merasa tak ada salahnya ia mengatakan fakta, supaya bos mereka bisa menegur asisten pribadi pilihannya.

"Maaf bos, tapi pegawai baru itu kerjanya lelet juga malas, terutama dia tidak tahu cara yang baik ketika berbicara dengan klien di telpon"

Abram mengerjap tak percaya jika Fitiara seperti itu. Ia mulai berpikir mungkin karena ini pertama kali bagi Fitiara bekerja di kantor sehingga wanita itu kaku tak tahu harus berkata apa. Tapi sikap lelet apa lagi malas Abram merasa Fitiara bukan orang seperti itu.

"Benarkah dia seperti itu?" tanya Abram memastikan

"Iya bos"

Di lain tempat masih di dalam gedung kantor yang sama, wanita yang tengah di bahas tak lain Lisa tengah mem fotocopy sebuah berkas dengan gaya yang bermalas-malasan, bahkan tak hentinya mengomel tak menyukai ketika ia di perintah-perintah oleh Leni, karena baginya jabatan mereka sama, ia juga beranggapan seharusnya pekerjaan di lakukan masing-masing.

"OB" panggil nya pada Fitiara yang berada di sekitar dengan membawa mop dan ember di kedua tangannya.

"Iya mbak" sahut Fitiara

"Mbak, saya ini asisten sekretaris, jadi panggil saya buk" titah Lisa congkak

"Iya buk, ada apa?"

"Kamu tahu menggunakan mesin foto copy?"

"Iya buk"

"Bagus, kamu foto copy ini sampai selesai lalu nanti kamu bawa ke meja sekretaris"

"Baik buk"

Lisa membebankan pekerjaan nya pada Fitiara, padahal sedari tadi wanita itu belum beristirahat, terbukti dari peluh yang menghiasi dahi dan lehernya.

Lisa yang membebankan pekerjaannya pada Fitiara siap kembali ke mejanya. Ia merapihkan pakaiannya yang ketat juga riasan wajahnya yang mencolok melihat owner perusahaan berada di depan meja sekretaris. Ia lalu berjalan cepat menghampiri bos nya itu.

"Siang bos" sapanya. Abram dan Leni menoleh, lalu dahi Abram mengerut bingung melihat wanita yang kemarin bersama Leni ada lagi di kantornya.

Lisa itu mendekat berdiri di hadapan Abram seraya mengulurkan tangan.

"Kenalkan bos saya Lisa"

Abram yang bingung tak menanggapi.

"Kamu siapa? Dan kenapa kamu ada di ruangan ini yang hanya di peruntukan untuk pegawai bukan?"

Leni menatap bos nya bergantian menatap Lisa, ia bingung apa maksud bos nya bersikap seolah-olah tak mengenal Lisa.

"Saya asisten sekretaris buk Leni bos"

Abram keheranan hingga tubuhnya sedikit mundur, jangan di tanya ekspresi nya, guratan di wajahnya kentara karena keheranan.

"Apa maksud kamu!?" pekik Abram membuat semua pegawai yang ada mengedarkan pandangan ke arah meja Leni, mendengar suara bos mereka yang jarang meninggi kan suara meski pada OB sekalipun.

"Permisi buk Lisa, ini berkasnya sudah saya foto copy" sela Fitiara dengan setumpuk kertas di tangannya.

"Fitiara!" pekik Abram heran membuat semua pegawai mengedarkan pandangan pada OB baru. Mereka heran bos mereka mengenal OB baru tersebut.

Abram mendekati Fitiara dengan ekspresi terkejut, tak percaya melihat Fitiara ada di kantor nya dengan seragam OB, kedua keningnya bertaut iba melihat wanita itu berpeluh-peluh tampak sangat kecapean akan pekerjaan yang ia lakukan.

"Kenapa kau...

"Oh terima kasih yah" sela Lisa memotong ucapan Abram. Dan saat Lisa mendekat Fitiara menundukkan pandangan, ia mengetahui suatu hal jika Abram menempatkan dirinya di posisi OB karena Lisa yang juga pegawai baru lebih menarik.

"Permisi bos" pamit Fitiara masih menundukkan pandangan, lalu tangannya di tahan Abram.

"Yugi..! Panggil pak Arya sekarang ke ruangan saya" titah Abram tegas pada salah seorang pegawai pria, segera Yugi itu melakukan perintah. Di mana semua pegawai tegang merasa ada yang tak beres semenjak kedatangan Fitiara dan Lisa.

"Kamu ke ruangan saya sekarang!" titah Abram masih tegas bahkan ketus pada Lisa, ia lebih dulu ke ruangannya dengan menggandeng tangan Fitiara melewati semua pegawai yang memerhatikan, lebih tepatnya memerhatikan tangan bos mereka yang menggandeng tangan seorang OB baru ke ruangannya.

Di Kejar Cinta Bos PamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang