Bab 34. Ketakutan Terbesar Fitiara

2.7K 157 6
                                    

Seminggu kepulangan Abram kembali ke ibu kota, ia kembali datang bersama saudara dan sepupunya dengan di dampingi Amir untuk Mappettu Ada, (yah itu menentukan hari pernikahan, uang belanja, serta mahar)

Setelah Mappettu Ada kediaman Fitiara mulai ramai oleh sanak saudara juga para tetangga yang hadir turut membantu menyiapkan pernikahan yang kurang dari satu bulan lagi.

Semuanya tak sabar menunggu Fitiara melepas masa lajangnya. Tak sedikit juga yang mengetahui kondisinya pasca kecelakaan berucap syukur Fitiara mau membuka hati untuk sebuah pernikahan.

Setelah lamaran waktu itu Fitiara tak di perbolehkan melakukan apapun juga tak di perbolehkan keluar berkendara seorang diri, kemana-mana ia selalu di antar, dan hal itu lumrah di keluarga dan lingkungannya di berlakukan seperti itu. Ia hanya berfokus merawat diri dan kesehatan supaya tetap sehat dan bugar di hari persandingannya nanti.

Cring....!!!

Fitiara meninggalkan tempatnya yang tadi bergabung bersama para tetangga. Ia ke kamar supaya lebih leluasa berbicara dengan calon suaminya.

"Penasaran ku deh sama calon suaminya Fitiara, duda dua anak dengan satu cucu ki bede" bisik-bisik para tetangga

"Iya di, katanya lagi cuma beda 3 tahun ji sama mamak nya Fitiara" tanggap yang lain

"Dari banyaknya lamaran yang na tolak Fitiara, lebih na pilih ki kakek-kakek hihihi..." imbuh yang lainnya

"Biarpun kakek-kakek kalau uang panaik nya 300 juta, belum lagi saya dengar mas kawinnya berupa satu set perhiasan yang pasti berat ini gram nya, kalau begitu saya juga mau deh"

"Biarpun pak Abram itu sudah punya cucu tapi beliau masih kategori paruh baya, rejekinya saja yang cepat punya cucu. Juga pak Abram itu tidak setua yang ibu-ibu bayangkan, yang bangkotan, ubanan, sarungan terus perutnya buncit. Dan yang paling beruntung beliau itu seorang pengusaha sukses, dan beberapa prodak yang ibu-ibu pegang itu milik perusahannya loh" sela Dhian sembari menyuguhkan beberapa cangkir teh.

Ibu-ibu yang ada melongo bergantian memerhatikan prodak yang Dhian maksud.

"Ada foto nya?" tanya salah satu dari mereka

"Maksudnya foto pak Abram dengan Fitiara?"

"Iya, penasaran ki semua"

"Fitiara dengan pak Abram tidak butuh foto bersama untuk di pamer ke sosial media. Pak Abram bukan anak muda labil, dan Fitiara bukan seseorang yang suka pamer"

"Tapi masa tidak ada satu pun"

"Jangan kan foto bersama, pak Abram saja tidak pernah duduk mepet dengan Fitiara"

"Kenapa? Kan mereka pacaran toh"

"Cara pak Abram menunjukkan keseriusannya dengan menjaga Fitiara"

Mereka manggut-manggut paham, mungkin karena rasa aman dan nyaman yang di berikan Abram membuat Fitiara menerimanya tanpa memandang perbedaan usia di antara mereka.

Tap!

Fitiara baru saja merapat kan daun pintu kamarnya, lalu membuang tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Assalamualaikum," serunya

"Waalaikumsalam salam,"

Keduanya tak berbicara lagi hanya saling memandang dan tersenyum-senyum.

"Oh iya sudah di mana?"

Fitiara ingin memastikan posisi calon suaminya apa sudah bertolak ke kotanya atau masih di bandara.

Di Kejar Cinta Bos PamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang