Pagi ini terasa berbeda bagi Fitiara, ia tak jadi pulang, juga tak bekerja, iapun jadi bingung harus melakukan apa.
Ia berencana ingin ke pabrik membantu pamannya seperti sebelumnya, tapi Abram tak memintanya melakukan itu. Ingin berjalan-jalan ke kantor pusat Emdi, terlalu kentara seakan-akan ia memamerkan hubungan dengan pemilik kantor tersebut,. Iapun menjadi bingung sendiri.
"Kenapa Fit?" suara Dhian membuat Fitiara mengerjap. Dan Dhian tahu apa yang tengah di rasakan wanita itu. Ia pasti bingung untuk melakukan apa, hingga ia hanya uring-uringan di atas tempat tidur.
"Saya bingung mau ngapain tante"
"Temui pak Abram"
"Malu ah, saya kan bukan OB lagi"
"Memang harus kamu jadi OB untuk mendatangi kantor pak Abram, kamu kan kekasihnya pak Abram, calon istrinya"
"Iya sih, tapi... ah malu"
"Atau begini saja, kamu buatkan makan siang untuknya"
Fitiara berpikir serius cukup lama, rasanya ia malu untuk melakukan itu, mengingat kekasihnya sarjana tata boga.
"Tapi kan saya tidak begitu pintar masak, sedangkan pak Abram sarjana tata boga, nanti masakan saya di koreksi kan malu, terlalu kentara saya bukan calon istri yang baik"
"Coba saja dulu, tante yakin pak Abram pasti akan sangat senang jika kamu melakukan itu"
Setelah berpikir sejenak, Fitiara mengangguk menyetujui, ia pun meninggalkan kamar ke dapur membuat masakan yang ia tahu sembari bersenandung sebuah lagu, lagu yang identik dengan seseorang yang tengah kasmaran, hingga tak terasa beberapa masakan yang ia buat selesai.
"Wow! Katanya kamu tidak yakin untuk masak, terus ini apa?" seru Dhian kagum, bahkan dengan melihat masakan itu saja membuat orang tak sabar untuk segera mencicipi.
"Tidak tahu tante, tiba-tiba saja beberapa resep muncul di kepala saya, yah saya buat,. Lagi pula semua resep ini kesukaan Andri"
Dhian mengerjap terkejut mendengar Fitiara baru saja menyebut nama mantan kekasihnya. Ia ingin memastikan sekali lagi apa Fitiara dengan sadar menyebut nama itu atau tak sengaja.
"Makanan kesukaan siapa?"
Dhian harap-harap cemas jawaban Fitiara.
"Makanan kesukaan Andri, kekasih...
Fitiara tergemap menyebut nama seseorang yang tak seharusnya ia ingat, lalu Fitiara menatap Dhian heran hingga matanya bergerak gelisah tampak seseorang yang bingung.
"Andri" ujarnya, nama itu makin mencuat di ingatannya.
"Tidak, tidak, lupakan apa yang kita bahas, fokus lagi yah dengan masakan yang kamu buat ini. Ingat kamu masak untuk kekasihmu, namanya Abram, Abram ok"
Fitiara mengangguk kembali meneruskan masakannya, tapi wanita itu menjadi gelisah mengingat satu nama yang tiba-tiba mengguncang nya. Sebisanya ia kembali pada kesadarannya, ia kini telah memiliki Abram, seseorang yang ia cintai dan mencintainya pula. Cepat-cepat ia menyelesaikan masakannya.
Setelah bergelut di dapur Fitiara membersihkan diri lalu berpenampilan menarik, tak lupa ia menghubungi Abram terlebih dahulu memberi tahukan jika ia akan datang membawa makan siang. Tentu Abram bahagia mendengarnya.
"Tante saya pergi yah" pamit Fitiara
"Iya, hati-hati"
Kembali kebahagiaan terpancar di wajah Fitiara akan bertemu dengan kekasihnya.
Di dalam taksi bekali-kali ia merapihkan rambutnya, juga memerhatikan riasan wajahnya, tak ingin tampil asal-asalan di hadapan kekasihnya.
Setibanya di depan sebuah gedung kantor menjulang tinggi, ia termangu menatap gedung kantor tersebut di hadapannya. Ia mengenang saat-saat dirinya masih bekerja di kantor tersebut sebagai seorang OB, dan jika tak ada kendala apapun, ia akan menjadi istri dari pemilik gedung tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kejar Cinta Bos Paman
RomanceLamaran ku tinggalkan, jodoh ku dapat. Kiasan itu mungkin cocok untuk Fitiara Kirana yang pergi dari rumah nya karena menolak di jodohkan dengan seseorang yang tak ia sukai. Ibu kota Indonesia menjadi tujuannya, karena di sana ada paman serta bibiny...