Bab 33. Lamaran Sekaligus Tunangan

3.1K 175 10
                                    

Fitiara, Abram, dan Amir sekeluarga kini di dalam pesawat, berada di kursi kelas bisnis menuju kota kelahiran Fitiara.

"Kira-kira orang tuamu akan syok tidak yah jika melihat saya?" tanya Abram di samping Fitiara.

"Kenapa harus syok?"

"Yah, kan... Saya ini sudah tua"

Fitiara terkekeh. "Orang tua saya sudah pernah lihat foto pak Abram kok"

Abram menoleh terkejut, seingatnya mereka belum pernah berfoto bersama,. Fitiara juga tak pernah mengajaknya foto bersama.

"Foto apa?"

"Waktu saya bawakan makan siang waktu itu, saya diam-diam foto pak Abram dari samping,. Pas teleponan sama orang tua saya, yah saya kirim foto pak Abram,. terus saya bilang pacar saya"

"Terus apa tanggapan orang tua mu?"

Fitiara mengulum senyum, lucu jika mengingat tanggapan kedua orang tuanya. Ia masih ingat saat itu mamahnya mengatakan..

"Kalau mamak, bapak sama pak Abram jalan bertiga, orang-orang mungkin berpikir kami teman, atau mungkin orang-orang bilang kalau bukan adek nya bapak mu, adek nya mamak" ibu dari Fitiara seraya tertawa mengatakan hal itu.

"Mungkin bapak panggilnya bukan sini nak, tapi sini dek hahaha" imbuh ayah dari Fitiara juga ikut bercanda.

"Aaa... Mak, pak, pak Abram itu pacar anak ta ini"

Fitiara menunjuk dirinya memasang wajah cemberut, merajuk kekasihnya di jadikan bahan candaan kedua orang tuanya.

"Iya, iya, mamak sama bapak lihat ji cinta di mata mu, mamak sama bapak bercanda ji nak" ujar ibu Fitiara

"Jadi mamak sama bapak merestui kami kan?"

"Iya nak" sahut papah Fitiara. "Jadi kapan Abram itu datang ketemu bapak sama mamak?"

"Pak Abram maunya secepatnya, tapi saya maunya pak Abram bicara dulu sama anak-anaknya, minta restu mereka"

"Bagus itu, memang seharusnya seperti itu,. Kamu harus kenal dulu dengan anak-anaknya"

"Iye"

Fitiara tersenyum-senyum sendiri jika mengingat percakapannya bersama kedua orang tuanya karena sebuah foto Abram yang ia kirim.

"Hey,! Malah melamun, senyum-senyum sendiri juga" suara Abram membuyarkan lamunan Fitiara. "Apa yang kau pikirkan?"

"Tidak ada?"

"Jangan bilang kamu memikirkan pramugara yang tadi selalu senyum-senyum sama kamu"

Fitiara ingat, ada seorang pramugara yang sering meliriknya seraya tersenyum ketika lewat di sekitarnya.

"Wah, kamu benar memikirkan dia yah" tuduh Abram. Tanpa membela diri Fitiara memukul lengan berotot kekasihnya itu.

"Jangan cari masalah, kita di pesawat ini buat ke kota saya bertemu papah mamah saya, jangan aneh-aneh deh pikirannya,!" kesal Fitiara akan pikiran Abram yang tak masuk akal baginya.

"Habis kamu...

"Iya cinta saya habis di pak Abram" potong Fitiara membuat Abram tersenyum sumringah, mengerutkan hidungnya gemas.

"Tapi jujur yah pak, pas ketemu dengan anak dan menantu pak Abram waktu itu, sebenarnya saya takut" papar Fitiara

"Kenapa?"

"Saya takut anak-anak pak Abram akan bertanya tentang pendidikan saya, maka mereka mungkin akan berubah pikiran jika tahu calon ibu sambung mereka hanya tamatan SMP"

Di Kejar Cinta Bos PamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang