Semalaman beristirahat membuat keadaan Fitiara kini telah membaik. Ia bangun dan mendapati sebuah bungkusan di atas nakas.
"Pak Abram mengirim obat untuk kakak tadi malam" seru Risti keluar dari dalam kamar mandi. "Juga beberapa buah-buahan, jus, dan bubur ada di kulkas" tambahnya, membuat Fitiara heran.
"Hah! Kapan?"
"Tadi malam. Pak Abram menghubungi kakak, tapi karena kakak tidak dengar saya yang angkat"
"Terus"
"Pak Abram tanya keadaan kakak,. Yah saya bilang kakak kecapaian sekali, juga magh kakak kambuh. Oh iya sebelum pak Abram menelpon, beliau mengirim dua pesan"
Segera Fitiara meraih ponselnya di atas nakas, mengecek pesan yang Risti maksud.
"Bagaimana keadaanmu?"
Isi pesan pertama dari Abram.
"Bisa besok pagi kamu datang cepat ke kantor, saya butuh bantuan kamu"
Pesan kedua darinya. Segera Fitiara turun dari tempat tidur berpindah kedalam kamar mandi membersihkan dirinya secepat mungkin. Jika Abram memintanya datang awal, maka ia akan datang pukul 7 pagi dari jam 8 OB biasanya datang.
"Loh Fit, sudah mau berangkat nak? Ini bahkan belum jam 7 loh" seru Dhian terkejut melihat Fitiara telah siap dengan pakaian lengkapnya.
"Iya tante, pak Abram meminta saya datang cepat"
"Kenapa?"
"Tidak tahu, dia tidak bilang kenapa,. Oh iya tante kata Risti pak Abram mengirim makanan untuk saya yah tadi malam?" wajah Fitiara ceria mengatakan hal tersebut.
"Iya, tante simpan di dalam kulkas agar tidak basi"
Fitiara segera ke arah lemari pendingin mencari bubur, buah dan jus yang Abram kirimkan untuk nya tadi malam.
"Sebaiknya bubur itu tidak usah di makan Fit, nanti sudah basi. Tante buat nasi goreng, kamu makan ini saja"
Dhian meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan Fitiara, memperlakukan ia seperti anaknya sendiri.
Meski tak bisa menikmati bubur yang di bawakan oleh Abram, tapi ia tetap menikmati beberapa potong buah yang di kirim olehnya beserta jus. Setelahnya Fitiara pamit berangkat lebih dulu dengan mengendarai sebuah ojek online yang telah ia pesan.
Tepat jam 06:45 pagi ia tiba di depan gedung kantor Emdi. Di sana hanya ada keamanan.
"Mbak Fit kok cepat sekali datangnya?" tanya keamanan
"Di minta sama bos"
Kedua keamanan yang berjaga itu saling lirik meyakini gosip yang beredar, jika Fitiara si OB baru memang memiliki hubungan dengan bos mereka.
"Saya masuk yah pak" pamit Fitiara ramah, menjadi OB pertama tiba di kantor. Ia berganti pakaian terlebih dahulu. Sembari menunggu kedatangan bos Emdi ia melakukan tugasnya sebagai seorang OB.
Tepat sejam ia bergerak kesana kemari OB lainnya dan para pegawai berdatangan. Mereka pun heran melihat Fitiara datang lebih awal, bahkan lantai atas telah di bersihkan olehnya.
Dan sejam kemudian owner Emdi pun tiba, ia menuju ke ruangannya. Melihat hal itu Fitiara pun menyusul.
Tok! Tok! Tok!
Baru saja menanggalkan jas yang ia kenakan, Abram telah kedatangan tamu.
"Masuk" titahnya dan segera berdiri mengukir senyum melihat tamunya itu Fitiara. "Silahkan duduk fit"
Sesaat pintu tertutup, beberapa pegawai mendekat ke arah pintu untuk menguping.
"Maaf bos, ada apa yah bos meminta saya datang pagi-pagi? Tapi bos malah tidak ada?"
Abram ingat, ia sengaja meminta Fitiara datang pagi-pagi supaya ia tak sempat bertemu dengan pria kemarin. Tapi mendengar Fitiara sedang tak enak badan tadi malam, ia membatalkan hal itu tanpa mengirim pesan lainnya. Ia justru tak apa jika Fitiara tak ke kantor hari ini, tapi wanita itu tenyata melakukan pesan yang ia kirim.
"Maaf saya lupa"
Sahutan Abram membuat Fitiara tergemap. Ia datang awal bahkan sangat awal, dan membersihkan hampir semua ruangan sembari menunggu nya karena ia takut ada hal penting, tapi bos nya itu malah mengatakan ia lupa.
Fitiara geram merasa di permainkan, sedari kemarin ia juga merasa Abram memperlakukan dirinya seenaknya, memerintahkannya bak hanya dirinya OB yang ada, membebankan pekerjaan yang seharusnya bukan dirinya yang melakukan, bahkan tak membiarkannya makan, juga membuat ia dan temannya tak jadi bertemu.
Kedua tangan Fitiara mengepal di kedua sisi saking kesalnya, menatap Abram marah yang menceracau menyebutkan daftar pekerjaan yang harus ia lakukan, dan di pastikan ia tak akan bisa beristirahat meski dirinya kelelahan sekalipun.
"Bagaimana Fit, bisa kan?" tanya Abram menatap wanita yang berdiri di hadapannya dengan penuh harap, yang intinya ia ingin menyibukkan wanita itu sehingga ia tak memiliki waktu untuk bertemu dengan pria kemarin. Lalu ia mengerjap bingung melihat mata Fitiara berkaca-kaca, sesekali rahangnya mengetat terlihat jelas ia marah dan sedih menjadi satu.
"Saya ingin mengundurkan diri"
Abram terkejut mendengar Fitiara tiba-tiba ingin mengundurkan diri. Ia berdiri dari duduknya mendekati wanita itu.
"Ta-tapi kenapa?"
"Kenapa? Bos sebenarnya pekerjaan saya apa?"
"O-OB"
"Yah, di suruh-suruh kan? Tapi bukan berarti saya ini robot yang tidak kenal lelah,. Bos membebankan tugas pada saya yang mana itu seharusnya bukan tugas saya. Bos mengurung saya di ruangan ini berjam-jam, tidak membiarkan saya makan hingga magh saya kambuh. Lalu sekarang bos tidak bertanya keadaan saya terlebih dahulu sebelum memberi kan rentetan pekerjaan seolah hanya saya OB yang ada, dan seolah saya pegawai kantoran bukan OB,. Lalu itu..."
Fitiara menarik nafas panjang satu kali kemudian melanjutkan.
"Bos lagi mengurung saya di sini di ruangan bos,. Bos yang kemarin saja gosip yang tidak-tidak menyebar mengatakan kita berbuat macam-macam di ruangan ini hingga paman saya marah. Dan jika hal itu terjadi lagi saya takut gosip yang tidak-tidak itu akan sampai ke telinga orang tua saya dan saya di minta pulang dan di jodohkan!"
Abram terpaku hanya matanya yang berkedip-kedip mendengar ceracau kesal wanita di hadapannya. Dan kata terakhir yang Fitiara ucapankan sukses membuatnya di landa kekhawatiran.
Abram menatap Fitiara sedih karena merasa bersalah. Sedangkan Fitiara menatap Abram masih dengan perasaan marah.
"Apa OB juga membutuhkan surat pengunduran diri?"
Pertanyaan Fitiara membuat Abram mulai tak tenang, tampak nya wanita itu bersungguh-sungguh ingin berhenti, bukan karena kesal semata.
"Saya minta maaf, beri saya kesempatan sekali lagi"
Permintaan Abram membuat Fitiara bingung, apa maksudnya bos nya itu meminta di beri kesempatan seolah ingin membuktikan sesuatu, sedangkan pembahasan mereka sebatas atasan dan bawahan.
"Maksud bos?"
Abram menggeleng kecil mengusap wajah nya sempat terbawa perasaan menyangkut pautkan hal pribadi dengan pekerjaan, padahal jelas sekali wanita itu membahas soal pekerjaan.
"Maksud saya.. Saya ingin menunjukkan jika saya bisa memperbaiki kesalahan saya sebagai seorang atasan yang tidak becus"
"Tapi bos, maaf, saya benar-benar tidak sanggup lagi bekerja sebagai OB jika perkejaan nya seperti ini, rasanya saya akan mati kelelahan karena bekerja untuk bertahan hidup"
Keluhan bersungguh-sungguh Fitiara di sertai ekspresi nya yang memelas membuat Abram tersenyum kecil gemas pada wanita itu.
"Saya akan memberi pekerjaan yang lain untuk kamu"
Lalu Abram menghubungi Leni, meminta sekretarisnya itu ke ruangannya segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kejar Cinta Bos Paman
RomanceLamaran ku tinggalkan, jodoh ku dapat. Kiasan itu mungkin cocok untuk Fitiara Kirana yang pergi dari rumah nya karena menolak di jodohkan dengan seseorang yang tak ia sukai. Ibu kota Indonesia menjadi tujuannya, karena di sana ada paman serta bibiny...