Setelah pertemuan dadakan itu, Abram lebih banyak diam menuju pulang ke rumah. Dia masih terbayang Fitiara berkata lembut pada seorang pria di hadapannya, bahkan bercerita hubungan mereka. Kata-kata manis sang wanita lontarkan pada pria lain berlarian di kepala Abram yang rasanya akan meledak setiap kali terngiang.
"Pak.. Pak Abram.. Pak Abram"
"I-iya, kenapa?"
"Pak Abram kok melamun sambil menyetir, bahaya pak?"
"Maaf, saya ngantuk"
Dahi Fitiara mengerut merasa pria itu berbohong. Dia juga bingung setelah bertemu dengan Andri, Abram menjadi lebih pendiam tak seperti biasa dia yang selalu memulai percakapan.
Keheningan berlanjut hingga tiba di rumah. Setibanya Abram segera ke kamar tamu, tak bisa lebih lama lagi terlihat baik-baik saja. Dan Fitiara yang bahkan masih berada di depan pintu bertambah bingung melihat tingkah pria itu. Karena khawatir dia menyusulnya.
Tok! Tok! Tok!
Tak ada sahutan, bahkan Fitiara mengulang masih sama tak ada sahutan, dia pun bertambah risau dengan pria paruh baya di dalam sana. Pelan-pelan dia membuka pintu mendapati Abram duduk di tepian tempat tidur. Dia masuk dan mendekat pelan-pelan di hadapan Abram.
"Pak"
Abram mengangkat pandangan tak menyadari kehadiran Fitiara telah ada di hadapannya.
"Pak Abram kenapa?"
Abram menundukkan pandangan dan menggeleng kecil.
"Saya merindukan istri saya" katanya pilu, Fitiara yang mendengar menjadi iba, dia mengusap rambut Abram karena kasihan. Dan tak di sangka Abram mendekapnya tiba-tiba.
Fitiara termangu heran dengan aksi pria itu. Cepat-cepat dia menoleh kearah pintu takut anggota keluarganya melihat dan berpikir yang tidak-tidak nantinya.
Saat ingin menyadarkan Abram, tangannya yang mengarah ke kepala pria itu terhenti merasakan pelukan Abram kian erat seperti seseorang yang rindu.
Meski dia belum kenal lama dengan Abram, tapi jika mengingat kebaikannya yang telah membantu bertemu dengan kekasihnya, Fitiara akan menganggap sikap Abram padanya sebagai bentuk balas budi. Dia diam membiarkan Abram terus mendekapnya, membiarkan pria itu tenang dengan sendirinya.
Tapi kian lama perasaan aneh mulai menyergap bersamaan dengan sergapan kedua tangan Abram. Entah mengapa Fitiara merasa erat pelukan itu, hangatnya pelukan itu, juga beban yang bersandar padanya, seolah dia pernah merasakan itu sebelumnya. Dan jika memang demikian maka siapa?.
Tangan Fitiara mengarah ke kepala Abram yang nampak nyaman bersandar padanya. Dia Mengusap rambut Abram lembut berharap pria itu lebih tenang.
Saat rasa nyaman yang kian menggelayuti keduanya, Abram menarik kepala menengadah menatap Fitiara sendu, besar rasa rindu yang tersirat di kedua bola matanya.
Dan seolah tatapan itu pernah beradu dengan netranya, Fitiara tak merasa risih atupun menarik tatapan. Dia mengusap lembut wajah dewasa Abram, menyentuh setiap bagian di wajahnya yang menimbulkan tanda tanya tentang siapa pria itu baginya?
Keduanya hanyut dalam tatapan yang kian menenggelamkan, membawa perasaan keduanya terombang-ambing dalam ketidak tahuan akan kedepannya.
Apa wanita itu akan mengingat pernikahan dan suaminya? Dan apa salah jika saat ini wanita itu merasakan getaran berbeda dengan pria di hadapannya? Getaran yang seharusnya dia rasakan dari seseorang yang dia anggap kekasih.
"Sa-saya permisi"
Fitiara yang gugup juga bingung ingin segera meninggalkan tempat, tapi sebelum melangkah keluar, Abram menyusul merapatkan daun pintu. Fitiara keheranan, apa maksud Abram tak membiarkannya pergi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kejar Cinta Bos Paman
RomanceLamaran ku tinggalkan, jodoh ku dapat. Kiasan itu mungkin cocok untuk Fitiara Kirana yang pergi dari rumah nya karena menolak di jodohkan dengan seseorang yang tak ia sukai. Ibu kota Indonesia menjadi tujuannya, karena di sana ada paman serta bibiny...