Fitiara tak mengerti mengapa akhir-akhir ini banyak sekali ingatan yang timbul di kepalanya. Ingatan yang dia sendiripun tak tahu kapan itu terjadi, atau lebih tepatnya mengapa itu bisa terjadi.
Tapi satu hal yang bisa dia simpulkan, jika Abram bukan hanya sekedar bos baginya.
"Apa istri yang pak Abram maksud itu aku yah?" gumamnya bertanya-tanya, lalu menggabungkan semua kejadian yang berlaku sesaat dirinya tersadar di rumah sakit. Kehadiran Abram beserta perhatian dan kebaikan yang pria itu berikan sudah cukup menjelaskan jika Abram memiliki perasaan padanya.
Fitiara menatap cincin yang kembali melingkar di jari manisnya berkat Abram. Cincin itu ada karena Abram, dan cincin itu kembali karena Abram pula.
"Jika pak Abram benar suami ku mengapa dia tidak mengatakan apapun? Dan kenapa semua orang tidak mengatakan apapun?"
Tak hanya bingung, tapi Fitiara juga marah pada Abram maupun anggota keluarganya yang lain telah menyembunyikan rahasia sebesar itu darinya.
Cring....!!!
Seketika pikiran Fitiara buyar mencari letak ponselnya berada, dan mendapati Andri memanggil.
Lima abjad tersebut membuang semua pikiran Fitiara tentang Abram. Perasaannya yang tadi bingung bertanya-tanya seketika terlupa mendapat panggilan dari sang kekasih.
"Assalamualaikum Ndri" sahutnya
"Waalaikumsalam.. Ketemu yuk, aku rindu sama kamu"
Fitiara senang bukan kepalang, dia pun merindukan kekasihnya itu. Meksipun kepalanya masih di serang pertanyaan-pertanyaan akan Abram, tapi tak ingin dia hiraukan. Lagi pula yang dia cintai bukan pria itu, tapi Andri.
"Halo"
"Iya halo"
"Bisa kan? Please, saya rindu Fit kita seperti dulu"
"Iya bisa, ketemu di mana"
"Di rumah"
"Baiklah"
Diam-diam Fitiara meninggalkan kamar setelah ojek pesanannya tiba. Dan tak ada seorangpun yang melihatnya pergi.
Tak lama Fitiara pergi, Abram yang telah membersihkan diri hendak menemui Fitiara yang dia yakini memori nya telah sebagian kembali. Perkataan Fitiara yang menegaskan status Abram baginya, membuat sang pria bahagia, usahanya membuahkan hasil.
Dia mendekat ke kamar Fitiara lalu mengetuk. Beberapa detik menuggu daun pintu tak kunjung di bukakan, dia pun menjadi risau. Dia ingin segera masuk untuk memastikan keadaan Fitiara di dalam sana tapi dia mengurungkan niatnya takut wanita itu akan menganggapnya kurang ajar. Dia putuskan ke kamar Mirna meminta bantuannya.
Tok! Tok! Tok!
"Mamahnya Hanif..." panggilnya di depan pintu kamar. Tak lamanya pintu kamar di buka kan.
"Ada apa pak?"
"Tadi saya mengetuk pintu kamar Fitiara tapi dia tidak membuka pintunya, saya takut dia kenapa-kenapa, tolong yah kamu yang masuk ke kamarnya"
Mirna segera ke kamar Fitiara, tanpa mengetuk dia membuka daun pintu lebar-lebar, tapi tak mendapati Fitiara di dalam sana. Mereka pun berpencar mencari di sekitar rumah juga tak ada.
"Coba di telpon" kata Mirna
Segera Abram menghubungi nomor kontak Fitiara, ponselnya justru berdering di dalam kamar di antara bantal.
"Kemana adik saya pak?" Mirna yang khawatir mulai panik hingga menangis. Lalu ingatan Abram tertuju pada Andri. Mengingat mereka kembali bertemu setelah tujuh tahun, Abram yakin Fitiara pasti ada di kediaman Andri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kejar Cinta Bos Paman
RomanceLamaran ku tinggalkan, jodoh ku dapat. Kiasan itu mungkin cocok untuk Fitiara Kirana yang pergi dari rumah nya karena menolak di jodohkan dengan seseorang yang tak ia sukai. Ibu kota Indonesia menjadi tujuannya, karena di sana ada paman serta bibiny...