Entah mengapa berlama-lama di dalam ruangan yang sama tanpa pembahasan membuat Fitiara merasa gugup, dan lagi jantungnya berdegup kencang sekali karena seorang pria bernama Abram.
"Nak...
"Pak Abram...Panggilan dari Parman membuat Fitiara memiliki alasan untuk segera meninggalkan tempat.
"Ayo pak, kita di panggil" katanya di anggukan Abram, dia membiarkan Fitiara jalan lebih dulu.
"Iye pak" sahut Fitiara lalu keheranan melihat paman serta bibi dan sepupunya telah berpakaian lengkap dengan masing-masing koper di tangan mereka.
"Sudah mau pulang?" tanyanya sedih, hingga keningnya bertaut.
"Iya nak, kamu baik-baik yah di sini" sahut Dhian
"Yah padahal saya baru mau mengajak jalan-jalan, soalnya mamak sama bapak malas pergi, kak Mirna sibuk mengurus Hanif dan Halif" gerutu Fitiara hingga bibirya cemberut.
"Ada pak Abram kok, kamu minta tolong sama beliau saja pasti di bantu" kata Amir, Fitiara menoleh pada Abram.
"Pak Abram masih tinggal?" tanyanya
"Sepertinya tuan rumah ingin saya juga pulang" canda Abram membuat semua orang tertawa.
"Ti-tidak pak, saya senang pak Abram ada di sini" sergah Fitiara menggerakkan kedua tangannya.
Setelah semua orang tertawa, kini semuanya diam mendengar Fitiara mengakui senang satu atap dengan Abram, menjadikan pria itu memiliki banyak kesempatan untuk memulai pendekatan.
Semua anggota keluarga mengantar Amir sekeluarga ke tepi jalan. Mobil yang akan mereka tumpangi pun telah tiba. Mereka berpelukan sebelum berpisah dan mungkin cukup lama lagi untuk bertemu. Saat itu Amir memeluk bos nya, membisikan kalimat menyemangati.
Daaaah...
Lambaian tangan mengiringi mobil yang bergerak pergi, dan saat itu sebuah kejadian terlintas di ingatan Fitiara, dia merasa pernah melakukan hal yang sama.
"Ada apa nak?" tanya Rosana melihat Fitiara mendesis perih menyentuh kepalanya.
"Kenapa kok kayak pernah ki begini?"
Pertanyaan Fitiara membuat ke empat orang yang ada di sana tersenyum. Mereka tahu ingatan apa yang muncul itu. Ingatan saat anak dan menantu Abram kembali ke ibu kota, mereka juga menemani seperti itu, bahkan melambaikan tangan seperti yang mereka lakukan barusan.
"Sudah ayo masuk" Rosana membawa anaknya kedalam rumah. Semuanya kembali ke kamar masing-masing, begitupun Abram yang berada di kamar tamu.
Fitiara yang berada di kamarnya mulai memikirkan cara agar bisa bertemu dengan kekasihnya tanpa di ketahui kedua orang tua dan kakaknya. Tapi jika dia pergi seorang diri pasti tak di ijinkan jika mengingat dirinya baru keluar dari rumah sakit.
Dia pun mendatangi kamar di mana Abram beristirahat, ingin menagih janji pria itu. Ragu-ragu dia mendekat ke kamar tamu.
Tok! Tok! Tok!
Fitiara menjadi gugup akan bertemu dengan Abram lagi, dan entah mengapa dia menjadi malu jika berdua dengan pria itu.
Cklet..
Senyum lembut Abram berikan melihat kehadiran Fitiara. Suatu perkembangan baginya karena sang wanita sendiri yang menemuinya.
"Kenapa Fit?"
"Pak Abram lagi istirahat?"
"Tidak, kenapa?"
"Mmm... Boleh minta tolong?" Abram mengangguk, tentu dia bisa melakukan hal itu. "Saya mau ke rumah teman, bisa di antar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kejar Cinta Bos Paman
RomanceLamaran ku tinggalkan, jodoh ku dapat. Kiasan itu mungkin cocok untuk Fitiara Kirana yang pergi dari rumah nya karena menolak di jodohkan dengan seseorang yang tak ia sukai. Ibu kota Indonesia menjadi tujuannya, karena di sana ada paman serta bibiny...