Bab 16. Perasaan Abram

3.9K 193 7
                                    

Kehadiran Fitiara di pabrik tersebut menarik perhatian banyak lawan jenis nya, dari yang muda hingga yang tua sekalipun. Dari yang lajang hingga yang telah memiliki pasangan.

"Kenalkan, ini Fitiara keponakan saya, dia akan bekerja di sini sebagai asisten saya" seru Amir di depan para karyawan lain.

"Nama keponakannya siapa pak? Cantik sekali" tanya salah seorang pegawai pria di anggukan yang lain. Fitiara masih sama dengan senyum manisnya bersikap ramah.

"Namanya Fitiara" terang Amir membuat semua orang diam lalu saling senggol dan saling lirik. Bagaimana tidak, sebelum kepindahan Fitiara kabar tentang nya telah beredar lebih dulu mengatakan ia berpacaran dengan bos mereka.

Setelah perkenalan tersebut, Fitiara memulai pekerjaan pertama nya. Dan untungnya juga setelah perkenalan itu tak ada yang berani mendekati nya. Bukan hanya karena ia keponakan dari manager pabrik, tapi karena ia di anggap kekasih dari bos mereka.

"Selamat siang bos" sapa beberapa karyawan pada Abram yang datang tiba-tiba melihat keadaan pabrik atau mungkin untuk bertemu dengan Fitiara. Segeranya Fitiara menoleh dan mengukir senyum melihat kehadiran bos nya.

Dari jauh Abram melempar senyum pada Fitiara, lega juga bahagia kembali bisa melihat wanita itu lagi.
Keduanya mengikis jarak saling menghampiri.

"Selamat pagi bos" sapa Fitiara terdengar manis di telinga Abram yang bahkan belum ke kantor malah lebih dulu ke pabrik bertujuan mengobati rindunya pada Fitiara.

"Pagi Fitiara"

Suara bariton disertai senyum yang menarik kerutan di pinggir matanya membuat Fitiara tersenyum bertambah manis bisa melihat pria itu lagi.

Dan di sekitar mereka, para karyawan pabrik memerhatikan dan meyakini gosip yang beredar jika keduanya memang sepasang kekasih. Tatapan yang mereka bagi sudah cukup menjelaskan mereka saling menyukai.

"Sepertinya kamu suka yah di sini" ujar Abram

"Sama kok bos waktu di kantor"

"Tapi di sini auramu berbeda, kamu lebih lepas dan tampak nyaman di sini"

"Mungkin karena di sini ada taman di samping pabrik hehe..."

Abram tertawa seraya mengusap puncak kepala Fitiara, menjadikan itu kedua kalinya ia menyentuh wanita yang telah berhari-hari ini membuatnya kebingungan akan perasaannya sendiri.

"Tidak... Sepertinya saya mencintai wanita ini" batin Abram menatap bingung wanita di hadapannya.

"Kenapa?... Kenapa jantung ini berdegup kencang sekali di sentuh oleh pak Abram, mengapa setelah selama ini saya baru merasakan perasaan seperti ini?" batin Fitiara, ia pun tak kalah bingungnya, tak menyadari jika perasaan mereka saling tertuju, saling menyukai satu sama lain, bahkan mungkin saling mencintai.

Keduanya tak menyadari jika kedekatan mereka itu tak di tempat yang tepat apa lagi di situasi yang pas. Yakni berada ditengah-tengah pabrik, menjadikan mereka tontonan semua karyawan yang ada.

"Bos.." sapaan lantang dari Amir membuyarkan tatapan keduanya. "Kenapa tidak memberi tahu dulu jika ingin ke sini bos" sambung Amir

"Kebetulan lewat.. Oh iya bagaimana keadaan pabrik?"

"Seperti yang bos lihat, baik-baik saja,. Oh iya Fit, gantikan paman sebentar yah nak, paman ingin berbicara dengan bos dulu"

Fitiara mengangguk menerima kertas yang pamannya berikan, ia pergi meninggalkan mereka berdua, tapi sesekali ia menoleh ke belakang pada Abram yang tak luput dari memandangi nya pula. Saat itu Amir memerhatikan keduanya, sangat kentara jika insan beda usia itu saling menyukai, dan ini harus ia bahasa lebih dalam.

Di Kejar Cinta Bos PamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang