Resepsi yang di tunggu-tunggu yang sempat tertunda lama kini terlaksana. Kedua pasutri yang telah bersiap dengan pakaian pengantin modern nan mewah memasuki gedung resepsi.
Tepuk tangan dan siulan mengiringi langkah mereka mengarah ke singgasananya.
Kedua insan itu duduk menghadap tamu-tamu yang sulit untuk di hitung. Riuh musik mengiringi acara yang berlangsung bahagia.
Satu persatu tamu naik ke pelaminan menyalami pasangan pengantin. Abram memperkenalkan satu persatu nama beserta jabatan tamu-tamunya pada Fitiara. Meski tak mungkin untuk di ingat sekaligus, tapi Fitiara tetap bersikap ramah, akan berusaha menghapal wajah mereka jika tak sengaja bertemu nanti.
Setelah tamu-tamu dari teman maupun rekan bisnis dari Abram usai, kini para karyawan kantor maupun pabrik yang naik keatas pelaminan. Sebagian telah Fitiara ingat saat berkunjung ke kantor.
Acara berlangsung dengan meriah, semua tamu-tamu berbaur memeriahkan pesta. Mereka mengisi waktu dengan menyanyi juga berdansa. Bahkan dari pihak Abram telah menyiapkan berbagai ragam acara untuk memastikan acara itu berlangsung menyenangkan. Di isi dengan berbagai game dengan sebuah hadiah. Bahkan semua tamu berpartisipasi, para pegawai maupun para bos ikut memeriahkan acara tersebut yang berlangsung hingga pukul 11 malam.
Di jam itu tamu-tamu telah berkurang, menyisakan para keluarga dekat saja yang berbincang-bincang saling mengenal lebih dekat lagi.
"Bagaimana kalau daddy sama mommy istirahat saja, pasti capek kan dari tadi duduk berdiri" ujar Alina di anggukan yang lain.
"Tidak apa-apa kami tinggal?" tanya Abram
"Tidak apa-apa dad, ada kami di sini" sahut Abimana
"Tidak apa-apa bos, kalian duluan saja" tandas Amir
Abram menoleh pada Fitiara yang tersenyum tak masalah.
"Kalau begitu kami istirahat dulu pak, buk" pamit Abram pada kedua mertuanya.
"Iya, iya silahkan"
"Sebaiknya langsung istirahat juga" timpalnya lagi
"Iya"
Kedua pasutri itupun meninggalkan tempat dengan bergandengan tangan ke arah mobil yang telah siap untuk mengantar mereka. Tapi karena hanya ingin berdua saja, Abram menolak jasa sopir.
"Ngantuk yah?" tanya Abram melihat Fitiara menguap.
"Iya"
"Jadi, malam pertama kita bagaimana dong?"
Fitiara tertawa lepas. "Malam pertama apa, mas kan sudah dapat berkali-kali"
"Yah kan kita sudah resepsi lagi, berarti malam pertama lagi dong"
"Hahaha... Iya"
Begitu memarkirkan kendaraan, Abram membopong Fitiara kearah lift, bahkan di dalam lift pun dia tak menurunkan sang wanita dari gendongannya.
"Tidak capek?" tanya Fitiara mengalungkan kedua tangannya ke leher Abram.
"Tidak, mas merasa berat badan kamu turun"
"Sengaja, biar langsing untuk resepsi kita"
"Kamu mau langsing bagaimana lagi, yang kemarin sudah langsing kok, jangan di turunkan lagi. Yang harus kamu lakukan sekarang itu jaga kesehatan biar cepat hamil"
"Aamiin. Kalau itu sih tergantung dari mas nya"
Abram mengerutkan hidung menatap Fitiara di gendongan nya yang seakan menantang dirinya.
"Jangan tantang mas sayang, kamu tidak ingat saja malam pertama kita air mata kamu sempat jatuh"
Fitiara menatap dinding lift berpikir keras untuk mengingat kejadian itu, tapi dia tak bisa mengingat apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kejar Cinta Bos Paman
RomanceLamaran ku tinggalkan, jodoh ku dapat. Kiasan itu mungkin cocok untuk Fitiara Kirana yang pergi dari rumah nya karena menolak di jodohkan dengan seseorang yang tak ia sukai. Ibu kota Indonesia menjadi tujuannya, karena di sana ada paman serta bibiny...