Bab 22. Usaha Amir Untuk Fitiara

3.4K 189 9
                                    

Amir melajukan mobilnya lebih cepat dari biasanya mengingat Fitiara akan berangkat kurang dari satu jam lagi.

Memasuki pelataran parkiran kantor. Ia memarkirkan kendaraannya asal-asalan, lalu bergegas meninggalkan mobilnya berlari memasuki gedung kantor bersusah payah akan tubuhnya yang berisi.

"Bos ada di ruangannya?" tanyanya pada resepsionis.

"Ada pak"

Kembali Amir meneruskan langkahnya dengan berlari cepat ke arah lift yang terbuka. Ia bahkan tak tenang berlama-lama di dalam lift tersebut. Sebenarnya ia bisa saja menjelaskan melalui panggilan telepon beserta mengirim buktinya, tapi rasanya tak puas jika ia tak menunjukkannya secara langsung.

Bip

Segera ia berlari ke ruangan utama hingga terengah-engah.

"Loh pak Amir" terkejutnya Leni begitupun pegawai yang lain melihat kehadiran manager pabrik ada di kantor.

"Bos ada di dalam?" tanya Amir

"A-ada pak"

Tanpa bertanya lagi ataupun mengetuk pintu, Amir segera membuka daun pintu lebar-lebar dan mendapati yang ia cari berdiri di depan dinding kaca, menatap pemandangan kota dengan bersedekap dada.

"Bos!" panggil Amir sembari berjalan kearah meja.

"Pak Amir, ada apa pak?" Abram pun terkejut melihat kedatangan tiba-tiba manager pabrik nya. "Silahkan duduk pak, ini di minum dulu" ia bahkan menyodorkan segelas air putih yang baru di bawakan untuknya. Tanpa berpikir panjang Amir menenggaknya hingga habis, sangat kelelahan berlari.

Tak ingin membuang waktu lagi, Amir mengeluarkan ponselnya yang terdapat rekaman dari Redi tadi.

"Apa ini pak?" tanya Abram bingung

"Ini kebenaran kejadian di pabrik waktu itu" sergah Amir terengah-engah. Abram menggeleng tak ingin membahas apapun mengenai kejadian waktu itu, hanya membuat kekecewaannya pada seseorang yang ia cintai kembali terungkit.

"Sudah pak, saya tidak ingin membahas apapun lagi perihal hal itu ataupun Fitiara"

"Jika bos benar tidak menaruh hati lagi pada keponakan saya itu hak bos, tapi sebagai seorang paman saya tidak bisa membiarkan seseorang memandang keponakan saya sebagai pelaku sedangkan dia tidak sepenuhnya salah. Dan jika bos masih perduli dengannya, tolong lihat sebentar rekaman ini,. Rekaman ini membuktikan seseorang yang bos cintai masih pantas untuk bos cintai"

Amir meninggalkan ruangan tersebut tanpa membawa serta ponselnya yang ia tinggalkan di atas meja. Ia menyerahkan semua nya pada bos nya, ia telah melakukan sebisanya untuk kebahagiaan keponakannya. Semua ada di tangan Abram.

Cukup lama bergelut dengan dirinya sendiri, Abram meraih ponsel yang Amir tinggalkan di atas mejanya, ia menekan play pada video tersebut dan di suguhkan video Fitiara dan Lisa cekcok.

~Kira-kira pak Abram masih mau bersama mu jika tahu rahasia mu~

Ucap Lisa kala itu. Di mana Fitiara bertanya apa maksudnya.

~Saya tahu Fitiara, saya tahu rahasia yang tidak pak Abram tahu, saya mendengar dengan jelas percakapan mu dengan mamah mu kemarin malam~

~Mbak memata-matai saya!?~

~Iya, dengan begitu saya bisa tahu rahasia terbesarmu, yang membuat mu tidak ingin menikah, dan pastinya bos Abram tidak tahun kan? Karena jika dia tahu, dia pasti akan meninggalkan mu, karena akan percuma mencintai seseorang seperti mu~

Abram tahu apa yang Lisa bahas, ia telah tahu keadaan Fitiara, dan baginya itu tak akan memudarkan cintanya pada Fitiara apa lagi sampai meninggalkan wanita itu.

Lalu di video itu di perlihatkan Lisa merogoh saku celananya memperlihatkan sebuah flashdisk, yang Abram yakini itu flashdisk miliknya yang hilang.

~Semua percakapanmu dengan mamah mu ada di sini, bayangkan saja jika ini sampai ke tangan bos Abram,. Kau pasti akan di buang olehnya~

Abram menyandarkan tubuhnya, kini ia telah tahu, dan sekali lagi ia tak menyangka Lisa menjadikan ketakutan Fitiara untuk menghancurkan flashdisk tersebut, dan membebankan kesalahan padanya, padahal wanita itu tak tahu jika flashdisk yang Lisa perlihatkan itu bukanlah flashdisk berisik percakapan diri nya dengan mamahnya, melainkan berisikan data-data penting.

Ia sedih melihat Fitiara sekuat tenaga merebut flashdisk tersebut dari tangan Lisa, karena tak ingin benda itu sampai ke tangannya, padahal dirinya telah tahu rahasia yang wanita itu takut kan.

DUK!

Ia menggeplak meja dengan keras saking marahnya pada Lisa, juga pada dirinya sendiri yang percaya begitu saja dengan rencana licik Lisa. Segera ia meninggalkan ruangan nya menyusul Amir.

"Di mana pak Amir?" tanya nya pada Leni

"Sudah pulang bos"

Abram meneruskan langkahnya berlari lebih cepat menuju lift untuk segera turun ke lantai bawah. Ia bahkan tak tenang di dalam lift mengingat Fitiara akan pergi sore ini. Berkali-kali ia merutuki dirinya sendiri, menyesal telah membentak bahkan mengusir Fitiara dari hidup nya.

Bip

Kembali ia mengambil langkah seribu menyusul Amir yang digarapnya masih berada di parkiran.

"Pak Amir...." panggil nya seraya berlari menghampiri Amir yang untungnya masih berada di lahan parkiran.

Ayah dari Risti itu sengaja menunggu, ia yakin bos nya pasti akan menyusul, karena ia tahu bos nya sangat mencintai Fitiara, tentu ia tak akan melewatkan bukti yang ada di hadapannya.

"Saya ingin bertemu dengan Fitiara pak" pinta Abram.

"Tapi Fitiara akan kembali"

Amir sengaja mempermainkan sedikit emosi pria itu.

"Ayo buruan pak, pasti masih ada waktu"

Abram tak bisa menahan diri lagi, lebih tepat nya ia takut. Tak ingin berbasa-basi lagi Abram masuk kedalam mobil milik Amir lebih dulu, bahkan ia menduduki kursi pengemudi.

"Pak Amir ayo! Saya tidak mau kehilangan Fitiara!" pekik Abram tak sungkan lagi menunjukkan perasaannya.

Segera Amir ikut masuk kedalam mobil, memasang sabuk pengamannya dengan baik. Ia yakin perjalanan akan sangat cepat di kemudikan oleh rasa takut dan bersalah.

Di Kejar Cinta Bos PamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang