Bab 3: Reuni

976 26 0
                                    

"Cih, bagaimana bisa pelayan yang menyajikan makan untuk memiliki wajah yang menjijikan seperti ini? Apakah restoran ini tidak tahu hanya dengan melihat wajahmu saja sudah membuatku kehilangan selera makan!!!"

Bukan Pertama kalinya mendapatkan sebuah penghinaan seperti ini.

Setelah lulus dari SMA, Aku berusaha keras untuk mendapatkan beasiswa agar bisa masuk ke Universitas. Aku berharap tidaknya setelah aku bisa kuliah, kehidupanku akan lekas membaik.

Memang benar, Setelah perjuangan untuk belajar keras akhirnya aku diterima di salah satu universitas bagus dan mendapatkan beasiswa. Namun kadang semua hal tidak terjadi sesuai keinginanku.

Harapan, agar aku bisa melanjutkan kuliah segerakan kandas, itu adalah ketika aku melihat Mama yang tiba-tiba sakit keras karena terlalu banyak bekerja. Adikku bahkan masih kecil dan sebentar lagi akan memasuki usia sekolah.

Hutang yang menumpuk, dan para penagih hutang yang memperlakukan kami semena-mena, membuat aku akhirnya memilih untuk bekerja membantu keluarga dari pada berkuliah. Sejujurnya itu adalah keputusan paling berat dalam hidupku.

Namun keadaan yang memaksaku untuk memilih itu, dan akhirnya aku berencana menunda kuliahku.

Pekerjaan pertama yang aku lakukan hanyalah sebagai seorang penjaga toko serba ada, itupun cukup susah mencari pekerjaan terutama karena luka di wajahku. Sangat beruntung saat itu, aku bisa mendapatkan pekerjaan itu.

Namun, hari-hari menjadi seorang pelayan tidaklah mudah. Terutama ketika harus menghadapi pelanggan yang merasa jijik ketika melihat wajahku. Namun seiringnya waktu berlalu aku mulai terbiasa dengan hinaan yang berasal dari orang-orang.

Dan, aku juga mulia beradaptasi hingga bisa memiliki beberapa pekerjaan lainnya, seperti bekerja di restoran.

"Maaf, Tuan Pelanggan jika salah satu pelayan kami merusak mood anda, kami benar-benar minta maaf."

Sang Manager yang kebetulan melihat ada keributan di restorannya segera keluar dan meminta maaf, sambil menatap marah ke arahku.

"Cih, benar-benar membuat aku tidak selera makan."

"Benar, sayang. Wajah pelayan itu membuatku takut, mari kita pindah tempat saja."

Dengan kepergian dua perangkat itu jelas saja manajer restoran segera menarik belakang dan mulai menamparku.

Rasa tamparan yang aku terima cukup menyakitkan.

"Berapa kali aku bilang kamu itu jangan keluar! Tugasmu itu hanya mencuci piring!!"

Benar, sesuai kata manager itu, tugasku di restoran ini hanya bagian cuci piring. Alasan kenapa tadi aku melayani keluar karena saat ini restoran sedang sangat sibuk dan kekurangan tenaga, belum lagi karena merasa tidak enak karena salah satu temanku meminta tolong menggantikannya sebentar.

Karena sebentar, setidaknya aku merasa akan baik-baik saja dan manajer tidak akan tahu. Dan lagi, aku masih bisa menyembunyikan luka yang ada di sebagian wajahku dengan rambutku. Mana tahu, salah satu pelanggan malah menabrak ku dan membuat wajahku yang terluka menjadi terlihat.

"Maaf, Pak hanya saja tadi Restoran sangat sibuk jadi...."

"Ashhh, diam kamu!!! Seharusnya kamu itu sudah bersyukur diterima kerja di sini namun apa yang kamu lakukan? Malah membuat masalah padaku!!"

"Ma... Maaf Pak..."

"Gajimu akan di potong bulan ini."

"Tidak! Jangan begitu Pak, saya hanya ingin membantu..."

"Cukup tidak ada alasan untukmu!!"

Tentu saja, kejadian ini menarik perhatian para pekerja di dapur, dan salah satunya seseorang yang tadi minta tolong padaku. Dia sangat memohon-mohon untuk minta tolong tadi, dan bilang jika terjadi sesuatu dia akan bertanggung jawab.

Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang