Bab 8: Bodoh
Ketika Andrian mulai menatapku, aku menjadi terdiam. Tatapan matanya yang dalam campuran dari berbagai macam emosi entah kenapa tidak bisa membuatku berpaling.
Tidak!
Namun bukan berati aku akan diam saja ketika dia semakin mendekat.
"Andrian? Tolong lepaskan aku tahu kamu akan menyesal besok...."
Aku masih mencoba mendorongnya menjauh untuk melepaskan diri dari cengkramannya.
Walaupun aku tahu Andrian membenciku, namun tidakannya sekarang terasa salah terutama karena Andrian mabuk.
Tidak ada hal yang baik berbicara dengan orang yang sedang mabuk.
Sampai tiba-tiba aku merasakan air mata perlahan menetes dari atasku.
"Ini semua salahmu... Ibuku dia jadi seperti itu..."
"Padahal aku tidak pernah melecehkanmu...."
"Seandainya saja dulu kamu tidak pernah menuduhku secara tidak adil, pasti Ibuku sekarang masih ada...."
Emosi yang aku rasakan dari sorot mata Andrian menjadi semakin dalam beramal dengan air mata yang menetes.
Aku yang melihatnya menangis seperti ini membuat hatiku terasa hancur.
"Namun jika berpikir seandainya... Seandainya saja aku tidak pernah menyukaimu...."
Mendengar kata-kata itu, seolah seluruh tenagaku mulai tersedot, bersama dengan bibirnya yang kembali menyentuh bibirku.
"Sayangnya, tidak ada seandainya.... Sekarang aku akan melakukan apapun yang aku mau.... Untuk balas dendamku....."
Rasa bersalah semakin menghantuiku, membuat tenagaku tiba-tiba saja menghilang.
Dosa di masa lalu yang tidak akan pernah termaafkan....
Ketika aku berhenti melawan, gerakan Andrian menjadi lebih agresif.
Tatapan matanya padaku, seperti sorot serigala yang kelaparan, yang sangat marah namun juga menginginkanku.
Aku takut harus bagaimana, namun terbawa suasana.
Akhirnya malam itu menjadi sebuah malam yang pajang, sekaligus malam yang tidak terlupakan untukku...
Awalnya itu terasa sangat buruk ketika Andrian memperlakukanku dengan kasar.
Namun lama-kelamaan suaranya yang berbisik merdu di telingaku membuatku tenggelam...
Dan tanpa sadar, kami melakukan hal-hal yang mungkin akan kami sesali keesokan harinya...
****
Ketika kembali membuka mataku di pagi hari, aku merasakan nyeri di seluruh tubuhku, seolah hanya menggerakkan jari saja sangat menyakitkan, terutama di bagian tertentu yang saat ini masih terasa nyeri.
Namun bukan itu saja, pagi ini aku disambut pemandangan yang sangat tidak terduga.
Aku merasakan sebuah tangan hangat yang memelukku dengan erat.
Sebuah wajah yang familiar berada disampingku, bersama dengan tempat tidur yang terasa familiar.
Pelukan hangat yang aku rasakan ini kembali mengingatkanku pada kenyataan yang terjadi.
Bahwa selama bukanlah sebuah mimpi.
"Aku dan Andrian benar-benar melakukannya...."
Memikirkannya, wajahku menjadi memerah terlalu malu untuk mengingat kejadian tadi malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully
RomanceDuniaku terasa jungkir balik dalam semalam, sejak keluargaku bangkrut dan ayahku meninggal. Kami di usir dari rumah, harus tinggal di sebuah kontrakan kecil, dan masih harus membayar hutang-hutangnya tersisa. Teman-temanku di sekolah yang dulu dekat...