Bab 41: Canggung
"Apakah ada orang?"
"Tidak ada. Aku pikir hanya ada kucing lewat."
"Di tempat seperti ini ada kucing?"
"Ya, kucingnya baru saja lari ketika aku membuka pintu."
"Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya. Ada hal yang lebih penting yang harus kita bahas."
Aku bisa mendengar suara langkah kaki menjauh bersama dengan pintu yang kembali tertutup.
Hampir saja itu membuat jantungku hampir cepat karena hampir saja ketahuan. Dan lagi, posisiku dan Andrian benar-benar tidak begitu bagus, hampir saja membuatku berteriak dan ingin mendorongnya menjauh.
Karena jarak kita yang begitu dekat sampai-sampai aku bisa merasakan hembusan nafasnya.
Namun aku mencoba mengendalikan diriku dan hanya tetap menutup mulutnya. Kehangatan dari bibirnya yang menyentuh tanganku memberikan rasa geli. Aku masih ingat rasa manis yang berasal dari bibir itu ketika menciumku.
"Andrian, diamlah dulu. Seperti yang kamu dengar barusan, di ruangan sebelah ada Pak Jonathan bersama dengan seseorang yang mencurigakan. Sepertinya dia salah satu rekan bisnisnya dan aku sedang mencoba menguping mereka."
Aku berhasil mengendalikan diriku dan untungnya berhasil mengatakan tujuanku di sini. Aku bisa melihat ekspresi terkejut di wajah Andrian. Namun dia juga segera mengangguk mengerti.
Dengan itu, setelah memastikan kami menjaga jarak, kami berdua sama-sama diam dan berniat untuk mendengarkan soal rencana Pak Jonathan.
"Pokoknya kamu harus mendapatkan persetujuan untuk Proyek ini agar Perusahaanku bergabung."
"Jangan kira ini mudah, anak itu sangat keras kepala dan curigaan padaku seperti Ayahnya."
"Hah, kalau begitu kenapa tidak bereskan saja seperti Ayahnya?"
"Apa katamu? Jangan bicara sembarangan disini!! Jika Kakak tahu, kamu berani membahasnya, dia akan marah besar!"
"Pokoknya segera selesaikan masalah ini secepatnya, aku menunggu kabar baik darimu."
"Ya, aku akan mengusahakannya."
Apa tadi yang mereka katakan?
Seolah sepertinya aku baru saja mendengar hal-hal yang tidak seharusnya aku dengar. Aku tidak mengira akan ada nama yang tiba-tiba saja aku dengar.
Ayah Andrian?
Putra Kakek Haikal yang kabarnya meninggal akibat kecelakaan. Juga Calon Pewaris Perusahaan Bratajaya, seorang Pria yang kabarnya menjadi Putra Kesayangan Kakek Haikal.
Kecelakaan itu sudah sangat lama berlalu, dan harusnya kasusnya sudah lama di tutup. Itu kabarnya hanya kecelakaan akibat orang mabuk. Bahkan pelakunya sudah di tangkap.
Namun apa barusan yang aku dengar?
Mereka berdua sepertinya tahu sesuatu tentang kecelakaan itu. Aku benar-benar tidak berani menebak kelanjutannya karena cukup syok.
Diam-diam aku kembali menatap ke arah Andrian, melihat ekspresi terkejut juga di wajahnya.
"Andrian soal Ayahmu...."
Aku merasa tidak enak membicarakan ini dengannya, untuk tiba-tiba saja tahu kenyataan yang mengerikan bahwa mungkin saja kecelakaan yang di alami oleh Ayah Kandungan Andrian adalah sabotase dari seseorang.
"Dia hanyalah Ayah yang tidak pernah aku lihat. Kamu tidak perlu membuat ekspresi seperti itu."
Mendengar penjelasan itu membuat perasaanku entah kenapa tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully
RomanceDuniaku terasa jungkir balik dalam semalam, sejak keluargaku bangkrut dan ayahku meninggal. Kami di usir dari rumah, harus tinggal di sebuah kontrakan kecil, dan masih harus membayar hutang-hutangnya tersisa. Teman-temanku di sekolah yang dulu dekat...