Bab 11: Penawaran

709 20 0
                                    

"Nona, Ibu anda harus segera di Operasi, atau penyakitnya akan bertambah parah."

Mendengar kata-kata dokter, membuat aku menjadi semakin cemas.

"Sa--Saya akan mengusahakan secepatnya."

"Ya, sebaiknya anda tidak bisa menunda-nunda lagi."

Pagi itu, setelah mendengar kabar buruk tentang kondisi Mama yang semakin memburuk itu, akhirnya keputusanku sudah bulat.

Aku memang tidak memiliki pilihan selain meminjam uang dari Perusahaan itu. Dan lagi, ini sudah tidak bisa ditunda lagi karena kondisi Mama yang semakin buruk.

Jadi, hari ini setelah dari rumah sakit aku segera buru-buru menuju ke perusahaan rentenir tempat keluargaku berhutang. Sejujurnya, ini adalah keputusan yang sangat berat mengingat sebentar lagi hutang-hutang Keluargaku hampir lunas.

Tinggal menunggu sekitar kurang dari setahun lagi, hanya menahan beberapa bulan lagi dan semuanya selesai.

Namun sekarang harus menambah hutang lagi, dan ini juga bukan nominal yang kecil.

"Ah, padahal aku pikir, setelah ini aku akan mendapatkan kebebasanku... Dan akhirnya bisa melanjutkan Kuliah..."

Yah, walaupun ini sudah sangat terlambat hampir lima tahun, namun aku masih memiliki sedikit mimpi yang tersisa untuk memperbaiki hidupku.

Namun seolah takdir berkata lain, dan disinilah aku sekarang, berada di depan kantor rentenir, tempat yang benci Aku datangi.

"Ada perlu apa disini?"

Ketika aku masuk kedalam, aku segera disambut dengan ekspresi tidak ramah oleh resepsionisnya. Yah, aku tahu tempat ini memang tidak pernah ramah.

"Saya ingin bertemu dengan Pak Toni."

"Apakah anda sudah membuat janji?"

"Belum."

"Kalau begitu, anda perlu menunggu. Saat ini, beliau sedang ada tamu penting."

Tamu penting katanya?

Apakah ada seseorang lainnya yang akan meminjam uang disini?

Ini sepertinya hal-hal yang jelas, tempat seperti ini tempat dimana orang-orang putus asa yang tidak memiliki uang datang untuk mencari peruntungan.

Dan sekarang yang bisa aku lakukan adalah menunggu di lobby. Cukup membosankan untuk menunggu disana, jadi aku memutuskan untuk memainkan ponselku mana tahu ada sebuah pesan di sana yang sangat menyebalkan dari Andrian.

Tidak bisa apa dia membiarkanku cuti dengan tenang?

'Hey, besok kamu jangan lupa datang pagi dan siapkan makanan untuk Acara Rapat. Ini rapat penting, jadi jangan mengecewakan, awas saja kalau sampai berantakan.'

Apa dia bilang?

Untuk persiapan rapat besok?

Kenapa baru bilang sekarang?

Harusnya kan dia bisa bilang jauh-jauh hari sehingga aku bisa mempersiapkannya dengan baik.

Kacau memang, dia pasti sengaja baru memberitahuku sekarang agar aku panik.

Rasanya ingin aku memakai orang yang mengirim pesan itu namun yang bisa aku lakukan pada akhirnya hanya mengirimkan balasan persetujuan.

Tepat saat aku sibuk dengan ponselku, aku melihat beberapa keributan yang ada di depan meja resepsionis.

Disana, berdiri seorang gadis dengan tampilan modis, mengenakan kacamata hitamnya, dan di belakangnya ada beberapa pria berjas hitam yang terlihat seperti pengawal. Ada juga seseorang yang mengenakan pakaian jas coklat yang membawa dokumen..

Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang