Bab 30: Bayaran
"Kakek jangan bicara yang aneh-aneh. Aku dan Istriku masih muda, dan saat ini kami berdua masih sibuk tentang Karir kami, dan kami sudah sepakat untuk menunda punya anak."
Di tengah aku yang merasa malu sendiri dengan tidak jelas, Andrian terlihat tenang seolah sudah menyiapkan jawabannya dari lama.
Ya, tidak heran sih, harusnya memang seperti itu.
Karena ini hanya pernikahan kontrak sementara, tentu saja anak tidak mungkin, lagi pula hubungan kami tidak sampai seperti itu.
Malam itu tidak lebih dari sebuah kesalahan.
Ketika memikirkan hal-hal itu tiba-tiba perasaanku terasa tidak nyaman namun aku mencoba untuk tetap tenang.
"Benar apa yang di katakan Suamiku, Kakek."
Aku mencoba mendukung kata-kata Andrian dan tersenyum.
"Kalian ini, jika ditunda terlalu lama nanti Aku jadi tidak bisa melihat cicitku, Aku ini sudah tua."
Aku mendengar keluhan Kakek Andrian, namun hanya bisa memasang senyuman.
"Kakek pasti akan memiliki umur yang panjang."
"Kamu ini bisa saja."
Setelah beberapa pembicaraan santai, kamipun segera menuju ke ruang makan dan benar saja di sana sudah ada keluarga yang lain. Termasuk Paman dan Tante Mariana, Vincent dan beberapa orang yang tidak terduga, yaitu Pak Jonathan yang saat ini sedang berbicara dengan asik bersama dengan saudaranya.
Melihat Kakek Andrian tidak berkomentar banyak, sepertinya Pak Jhonatan sudah sering ikut makan acara keluarga seperti ini. Apakah dia memang sedekat itu dengan Kakek Andrian?
"Selamat Malam, Tuan Haikal."
"Hmm."
Pak Jhonatan menyapa Kakek dengan ramah, namun sepertinya balasannya cukup dingin.
"Ayah, jangan seperti itu pada Adik Iparku. Aku tahu Ayah masih marah soal masalah Proyek sebelumnya, jadi dia kan kesini untuk minta maaf, dan berencana untuk membicarakan soal proyek barunya pada Ayah."
Tante Mariana terlihat membela adik Iparnya itu dengan tegas.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan atau diskusikan denganku Bukankah soal proyek yang sedang dia lakukan itu tanggung jawab Andrian? Suruh dia berbicara dengan Andrian bukan denganku, apapun keputusan Andrian aku akan setuju."
Sekilas aku menatap Pak Jhonatan sangat tidak suka dengan kata-kata Kakek Andrian sepertinya dia memang benci Andrian, apalagi setelah pertentangan dalam rapat sebelumnya soal perusahaan yang akan mereka pakai.
"Tidak apa-apa, Kak Mariana biar aku saja yang berbicara pada Tuan Haikal."
Dia tersenyum pada Kakak Iparnya, lalu segera melanjutkan kata-katanya,
"Pak Haikal, hanya saja sempat terjadi sedikit ketidak samaan pendapatku dan Andrian, jadi saya di sini hanya ingin meminta beberapa pendapat anda."
"Ini bukan waktunya untuk membahas pekerjaan ini adalah saatnya makan malam keluarga. Kamu Jangan menggangguku dengan urusan tidak penting. Aku disini manu menikmati makan malam bersama Cucu menantuku, aku tidak ingin membahas pekerjaan."
"Tapi Tuan..."
"Cukup Jonathan! Kamu terlalu banyak bicara, apakah kamu tidak menghormati keputusanku dengan menunjuk Andrian sebagai penanggungjawab makanya kamu perlu mencari pendapatku lagi?"
"Bukan seperti itu."
"Kalau begitu diamlah dan jangan bahas masalah pekerjaan."
Lalu setelah berkata dengan dingin, Kakek Andrian segera menatap kearahku dan tersenyum lembut,
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully
Storie d'amoreDuniaku terasa jungkir balik dalam semalam, sejak keluargaku bangkrut dan ayahku meninggal. Kami di usir dari rumah, harus tinggal di sebuah kontrakan kecil, dan masih harus membayar hutang-hutangnya tersisa. Teman-temanku di sekolah yang dulu dekat...