"Ada apa dengan memar di wajahmu itu?"
Mendengar pertanyaan yang tiba-tiba dari Andrian, aku merasa cukup terkejut, tidak mengira dia akan memperhatikan hal-hal kecil ini. Namun aku juga merasa marah jika memikirkan gimana aku mendapatkan namun aku juga merasa marah jika memikirkan Bagaimana aku mendapatkan tamparan di wajahku ini.
Jelas ini gara-gara beberapa orang yang menuduhku sembarangan soal mencoba merayu pria yang ada di depanku ini.
"Maaf, Pak saya hanya jatuh."
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya, ada orang yang memperlakukanku seperti itu, entah menampar atau memukulku dengan berbagai macam alasan. Pada dasarnya, aku tidak ingin terlibat masalah, sehingga hanya bisa mengalah.
Karena jika aku melawan pada akhirnya akulah yang akan terkena imbasnya.
"Cih, dasar bodoh. Lain kali kamu hati-hati. Aku tidak ingin dituduh sebagai seseorang yang melecehkanmu lagi gara-gara luka tidak perlu seperti itu."
Mendengar nada dinginnya itu aku hanya bisa menundukkan kepala. Rupanya dia masih teringat terus kejadian dimasalalu.
"Tidak akan ada yang menuduh Bapak sembarangan."
Mendengar kata-kataku aku melihat dia mulai tertawa sinis.
"Aku tidak ingin mendengar kata-kata semacam itu dari seseorang yang pernah menuduhku sembarangan di depan orang-orang. Dasar munafik."
Aku tidak bisa menepis kata-kata itu, dan hanya bisa melanjutkan pekerjaanku di ruangannya. Melihat aku yang diam saja sepertinya dia menjadi kesal, dan memilih melanjutkan pekerjaannya saja.
"Jangan lupa belikan makan siang untukku dari Restoran ujung jalan, sangat sampai telat."
Lagi-lagi perintah menyebalkan, apakah nanti aku harus bolak-balik lagi dari Restoran karena masalah menu?
Aku tahu dia ingin balas dendam padaku karena merasa kesal akibat kejadian dimasalalu, namun tetap saja itu menyebalkan.
"Baik Pak, saya permisi dulu."
Aku yang benar-benar sudah lelah melihat wajahnya segera keluar dari ruangan itu membawa tong sampah, sekalian mau aku buang.
Sayangnya, hal-hal sial terjadi ketika aku kebetulan bertemu dengan beberapa Office Girl lainnya. Ada seseorang yang sengaja menjegalku hingga aku terjatuh dan menumpahkan sampah di tanganku ke tubuhku.
"Hahaha, rasakan itu dasar wanita murahan."
"Memang, dasar sombong hanya karena sering di panggil Pak Wakil Presdir, jangan kamu berlagak seenaknya."
Tentu, tidak hanya beberapa karyawan yang tidak suka denganku, namun teman sesama Office Girl juga tidak menyukaiku. Ada saja salah satu dari mereka yang menggangguku entah dengan cara seperti ini, ataupun membuat pekerjaanku menjadi semakin banyak.
Padahal aku sudah lelah dengan tingkah Pak Bos menyebalkan itu, namun masih harus berurusan dengan mereka.
Jika bukan karena hutang-hutang ini, aku mungkin sudah memilih keluar dari ini.
Aku memilih diam dan tidak menanggapi mereka lalu mulai membereskan sampah-sampah yang berserakan. Melihat reaksi rombongan itu segera menginjak salah satu sampah yang hendak aku punggut mengenai jariku.
"Awwww..."
Namun, seperti sebelumnya, aku memilih diam, tidak ada gunanya melawan hanya akan menambah masalah dan malah membuat mereka senang melihat reaksiku.
"Cih, dasar membosankan."
Mereka lalu berjalan pergi dengan ekspresi kesal.
Ketika rombongan itu menghilang, Risa yang kebetulan lewat melihatku membereskan sampah datang membantuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully
RomanceDuniaku terasa jungkir balik dalam semalam, sejak keluargaku bangkrut dan ayahku meninggal. Kami di usir dari rumah, harus tinggal di sebuah kontrakan kecil, dan masih harus membayar hutang-hutangnya tersisa. Teman-temanku di sekolah yang dulu dekat...