Bab 29: Berpura-pura
'Cepat pulang dan jangan berkeliaran sembarangan. Mau berapa lama lagi kamu bolos bekerja? Kamu pikir kamu di bayar hanya untuk bolos kerja?'
Itu adalah pesan satu-satunya yang aku terima dari Andrian setelah beberapa hari aku pergi dari rumah. Aku memang tidak mengharapkan apapun seperti Andrian menjemputku atau mencoba membujukku pulang.
Namun respon yang dia miliki terlalu dingin, dia bahkan tidak minta maaf sedikitpun padaku.
Dan jika melihat dari cara dia mengirimkan pesan, sepertinya dia berniat untuk melupakan kejadian malam itu.
Jika memang itu yang dia mau, aku juga akan melupakannya, walaupun itu tidak mungkin. Setidaknya, aku akan berpura-pura juga tidak terjadi apapun malam itu.
Setelah menimbang-nimbang lama, akhirnya aku memutuskannya.
"Pesan dari siapa itu, kok kamu kelihatan serius banget?"
Suara Kak Arion membuyarkanku dari lamunanku. Kali ini, karena aku memiliki cukup uang, aku sengaja mentraktir Kak Arion.
"Dari Bos ku."
"Ah, Bos mu yang galak itu?"
"Benar, begitulah. Dia masih saja menyebalkan seperti biasanya."
"Apakah sekarang dia memanggilmu agar kembali kerja?"
"Begitulah."
"Jadi kamu akan kembali ke Rumah Bosmu itu?"
"Tidak ada pilihan lain, kecuali akan membuatnya lebih marah lagi."
"Jika memang bosmu Itu menyebalkan Kenapa kamu tidak cari pekerjaan lain?"
Aku juga ingin cari pekerjaan lain, namun apa boleh buat, aku sudah tidak bisa melakukannya terutama karena sekarang Andrian adalah Bosku sekaligus Suamiku, walaupun Suami hanya di atas kertas, namun kami memiliki perjanjian panjang.
"Gajinya besar."
"Ahahahaha.... Memang cukup sulit jika sudah masalah gaji."
"Benar kan? Sekarang, hanya ada beberapa pilihan dalam bekerja, antara bos ramah gaji susah, atau bos Galak gaji besar."
Kami mulai berada lagi sambil membicarakan soal Andrian. Walaupun aku tidak bisa mengeluh atau bercerita semuanya, namun setidaknya aku merasa lega bisa membicarakan beberapa keluhan di hatiku pada Kak Arion.
"Jadi kamu berniat pergi kapan?"
"Malam ini."
"Begitu cepat?"
"Bos ku tidak sabaran."
"Mau aku mengantarmu?"
"Tidak usah repot-repot, Kak."
"Aku tidak pernah report kok."
Walaupun itu tawaran yang tulus, aku terpaksa menolaknya karena tidak ingin ada masalah dengan Andrian, terlebih Aku tidak ingin Kak Arion tahu di mana Aku bekerja.
Jadi malam itu, setelah memesan taksi aku kembali ke Rumah Andrian.
Tentu saja tidak ada yang berubah selama kepergianku, rumah itu masih sepi seperti biasanya seolah tidak ada penghuninya.
"Sepertinya Andrian belum pulang."
Walaupun rumah ini aku tinggal pergi namun semuanya tetap rapi dan bersih, sepertinya ada pelayan yang membereskannya.
Kalau begitu, kenapa Andrian repot-repot menyuruhku selalu bersih-bersih segala sih setiap hari?
Dasar menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully
Lãng mạnDuniaku terasa jungkir balik dalam semalam, sejak keluargaku bangkrut dan ayahku meninggal. Kami di usir dari rumah, harus tinggal di sebuah kontrakan kecil, dan masih harus membayar hutang-hutangnya tersisa. Teman-temanku di sekolah yang dulu dekat...