Bab 16: Cerita Masalalu

722 21 0
                                    

"Apa maksud Kakek?"

Andrian adalah orang pertama yang berani bertanya langsung kepada Kakeknya, mungkin karena dia sangat bingung dengan sikap Kakeknya yang berubah drastis itu.

"Kakek, Bagaimana bisa kakek setuju dengan Istri Andrian itu? Tidakkah Kakek tahu, asal usul wanita tidak jelas itu? Dia hanya membuat malu nama baik keluarga kita!!"

Vincent jelas sekali segera menunjukkan kemarahan dan ketidaksenangannya dengan langsung.

"Ayah, Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kamu pikirkan untuk tiba-tiba setuju dengan Pernikahan Andrian yang tidak jelas itu, jelas-jelas Istri Andrian itu sangat tidak selevel dengan keluarga kita!!"

Bahkan Tantenya Andrian menunjukkan ketidaksenangannya.

Aku sendiri juga tentu saja terkejut, namun aku hanya bisa diam sambil menatap penasaran kearah Kakek Andrian.

Sekarang tatapan mata semua orang menuju ke arah sosok pria tua itu. Aku melihat kakek Andrian terlihat mulai menghela nafas.

Dan sekarang tatapannya malah menuju ke arahku.

Tepat ketika tatapan mata kami bertemu aku segera menundukkan kepalaku.

Tugasku hanya diam dan tidak membuat masalah.

"Liliana Clarissa Erlangga."

Mendengar nama lengkapku tiba-tiba dipanggil aku secara reflek, menjawab,

"Iya, Kakek?"

Opsss, aku bahkan keceplosan memanggil Kakek Andrian sebagai Kakek, harusnya sebagai Tuan Besar Bratajaya.

Apakah sekarang dia marah?

Namun berbeda dengan pikiran, Kakek Andrian malah terlihat mulai tertawa riang.

"Kamu pasti benar-benar Cucu, Mario Erlangga, kamu benar-benar memiliki keberanian yang tinggi sama seperti Kakekmu."

Mendengar nama yang familiar itu dipanggil aku jelas saja terkejut dan segera mengangkat kepalaku menatap penasaran kearah Kakek Andrian.

"Bagaimana anda tahu Kakekku?"

Namun bukannya memberikan jawaban, Kakek Andrian malah berkata hal-hal yang membuatku semakin bingung.

"Liliana, mungkin itu adalah takdir Bagaimana kamu bisa menikah dengan Cucuku Andrian."

Orang-orang yang ada di meja terlihat ingin menyerah pembicaraan namun tidak berani terutama melihat ekspresi serius di wajah Kakek Andrian, yang jelas akan marah jika ucapannya sampai diganggu.

"Maksud Kakek?"

"Kakekmu, Mario Erlangga adalah teman lamaku. Dia salah satu orang yang pernah menolongku di masa-masa sulit, aku memiliki banyak hutang budi padanya. Sayangnya, kami sempat putus kontak karena kesibukan masing-masing hingga, aku dengar kabar kematiannya yang tiba-tiba."

Ada nada sedih ketika Kakek Andrian mengatakannya. Namun sepertinya itu bukan akhir dari cerita Kakek Andrian.

"Aku pikir itu adalah akhir hubungan kami, dan aku tidak akan pernah bisa balas budi padanya. Aku benar-benar tidak akan pernah menyangka suatu hari tiba dimana aku bertemu dengan cucu perempuannya. Terlebih kamu menikah dengan Cucuku, aku sangat senang sekali, jadi tentu saja aku menyetujui pernikahan kalian. Ini seperti takdir, caraku bisa membalas budi pada Kakekmu."

Lalu setelah mengatakan itu, tatapan Kakek Andrian menatap kearah cucunya itu dan berkata,

"Andrian, kamu tidak perlu memusingkan masalah posisi di perusahaan. Walaupun awalnya Pernikahanmu dengan Jesicca bisa menstabilkan posisimu di perusahaan namun itu bukan segalanya. Aku sudah pernah menegaskan dari awal, bahwa yang paling penting adalah kemampuan, jika ingin menjadi Pewarisku."

Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang