"Apa sih yang kamu lakukan dari tadi? Mana berkas yang aku minta?"
Namun melihat wajah ketus itu, aku segera mengurungkan niatku, seperti tidak perlu berlebihan mengucapkan terimakasih pada orang yang menyebalkan ini.
Aku harus lebih fokus menjalankan rencanaku sendiri dan memikirkan hal-hal berikutnya yang harus aku lakukan.
"Ini Pak, berkas-berkasnya."
Pertama-tama aku mencoba mengendalikan emosi yang ada di dalam diriku lalu mulai bertindak sebagai asisten yang baik.
Hal pertama yang aku lakukan, aku akan mencoba mengorak informasi tentang orang itu dari Andrian.
Saat ini rapat belum di mulai karena klien belum datang.
"Aku cukup terkejut dengan kedatangan Pak Andrian. Bukankah hari ini seharusnya Anda masih mengambil cuti?"
Aku mendengar Jhonatan mulai bertanya dengan sopan.
"Aku sudah mengambil cukup lama cuti. Aku tidak bisa meninggalkan tanggung jawabku dari pekerjaan lebih lama lagi."
Andrian juga terlihat menjawab dengan cukup sopan.
"Astaga, Pak Andrian terlalu rajin bukan? Padahal anda baru menikah dua hari lalu, atau karena Pernikahan anda cukup berantakan?"
Aku bisa mendengar sedikit nada menghina disana, jelas dia datang ke acara pernikahan, cukup tau kekacauan apa yang terjadi di sana. Diam-diam aku menatap kearah Andrian lagi yang saat ini masih memasang ekspresi tenang.
"Pernikahanku baik-baik saja, lagipula Kakek sudah setuju, jadi tidak ada masalah lagi."
"Wow, aku cukup terkejut bagaimana Kakek anda sangat berpikiran terbuka menerima Cucu Menantu yang asal usulnya tidak, seperti seseorang."
Orang itu masih tersenyum, namun jelas sekali kata-katanya masih sangat tidak sopan, seperti menyinggung Andrian.
"Pak Jhonatan, bukankah anda terlalu banyak bicara?"
Andrian masih mencoba bersikap sopan setelah di singgung seperti itu.
"Apakah itu menyinggung anda? Saya hanya sedikit khawatir karena Istri anda sepertinya memiliki latar belakang yang sama seperti anda... Ini pasti akan cukup sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan keluarga yang sekarang, bukankah anda dulu begitu?"
"Pak Jhonatan tidak perlu mengkhawatirkannya Istri saya. Semua akan baik-baik saja. Bukankah anda sendiri memiliki hal lain yang lebih harus diperhatikan? Misalnya tentang Proyek terbaru yang anda awasi, saya baru saja mendapatkan laporan ada beberapa masalah, itulah kenapa saya musti repot-repot untuk datang dan mengawasi sendiri kesini dan bertemu klien."
Mendegar itu, aku bisa melihat Pak Jhonatan mulai merubah ekspresinya menjadi wajah kesal.
"Pak Andrian tidak perlu khawatir saya pasti bisa mengatasi masalah ini. Justru saya yang terlalu khawatir pada keadaan Pak Andrian, padahal anda baru saja menikah, tapi sudah mulai kerja, Bagaimana jika anda kelelahan dan terjadi sesuatu? Saya takut Pak Andrian bisa seperti Ibu anda, karena kelelahan dia...."
BRAKKK
Sebelum Pak Jhonatan bisa menyelesaikan kata-katanya, aku bisa melihat Andrian mengebrak meja, seolah sedang memberikan sebuah peringatan.
Tentu, aku sempat terkejut dengan isi pembicaraan itu. Aku memang tahu jika Ibu Andrian sudah meninggal. Namun aku tidak tahu kisah di balik cerita itu, atau bagaimana Andrian kembali ke Keluarga Bratajaya.
Dan kisah bagaimana Ibu Andrian meninggal, sepertinya itu bukan kisah yang ingin Andrian ingat, mengingat Bagaimana reaksinya yang menjadi begitu marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully
RomanceDuniaku terasa jungkir balik dalam semalam, sejak keluargaku bangkrut dan ayahku meninggal. Kami di usir dari rumah, harus tinggal di sebuah kontrakan kecil, dan masih harus membayar hutang-hutangnya tersisa. Teman-temanku di sekolah yang dulu dekat...