Melihat dia mulai memanggil namaku, aku segera mundur kebelakang, dan buru-buru kembali menutupi wajahku dengan rambutku. Aku tidak mengira dia langsung mengenaliku, terutama karena wajahku banyak berubah, terutama akibat luka yang ada di sana.
"Maaf, Bapak sepertinya salah orang."
Aku mulai menunduk dan mencoba menutupi wajahku sebisaku, agar bisa mengelak, dan perlahan mundur ke belakang mencoba menjaga jarak antara kami.
Namun yang paling membuatku terkejut ketika aku hendak mundur, pria yang ada di hadapanku itu menarik tanganku sekali lagi, dan tidak melepaskannya.
"Tidak. Kamu Liliana!! Tapi bagaimana bisa...."
Kali ini, dia kembali menyingkirkan rambut yang menutupi wajahku, dan segera memegang ujung daguku, memastikan wajahku.
Aku ingin mundur dan menjauh namun tenagaku tidak sebanding dengannya. Dia memegang tanganku sangat erat dan memegang wajahku begitu erat.
Aku sangat malu.
Kenapa harus di tempat ini, dan dalam posisi paling menyedihkan ini....
Namun, saat ini tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku bahkan tidak bisa melarikan diri dari posisi ini.
Sekarang wajah kami cukup dekat, aku tidak bisa menghindari tatapan matanya yang terlihat sangat syok ketika melihatku. Aku cukup mengerti kenapa dia terlihat sangat terkejut.
Berbeda dengan teman-teman SMA ku yang lainnya, yang sempat melihat keadaanku yang menyedihkan setelah kebangkrutan keluargaku. Ketika dia pindah sekolah, saat itu aku masih seorang nona muda kaya raya.
"Liliana Clarissa Erlangga!! Cepat katakan kenapa kamu bisa di sini! Dan kenapa dengan wajahmu?"
Mendengar suaranya, yang penuh dengan nada kemarahan itu, aku hanya bisa mengigit bibirku karena rasa cemas. Bagaimana aku bisa mengatakan alasannya?
Hal-hal yang begitu jelas seperti keluargaku jatuh miskin dan sekarang aku menjadi office girl.
"Itu bukan urusanmu!! Sekarang lepaskan aku!!"
Biasanya aku tidak pernah melawan dan hanya diam saja ketika diberlakukan seperti ini, hanya saja ketika berada di hadapannya, seluruh tubuhku menolak untuk menerimanya, menerima keadaanku yang sekarang.
Mungkin aku juga takut akan mendapatkan penghinaan juga darinya. Jadi aku berusaha merontak untuk melepaskan diri dari genggaman tangannya.
"Kamu pikir kamu bisa lepas dariku, hah?"
"Kita tidak memiliki hubungan apapun!!"
Aku masih mencoba untuk melepaskan genggaman tangannya namun begitu dia mendengar kata-kataku, aku melihat dengan jelas bagaimana perubahan ekspresinya menjadi semakin marah. Dia segera mendorongku ke dinding di belakang kursinya, mengunciku disana, memastikan aku tidak bisa bergerak.
"Tidak memiliki hubungan apapun kamu bilang? Setelah apa yang kamu lakukan padaku? Setelah kamu menghancurkan hidupku?"
Mendengar itu aku hanya bisa menumbuk mungkin karena merasa malu pada perbuatanku di masalalu. Kesalahan yang sangat fatal yang telah aku perbuat untuknya.
"Kenapa diam saja? Mudah bukan untukmu melupakan segalanya bukan? Sedangkan, aku yang harus menanggung semuanya!!"
Aku jelas saja merasakan tatapan matanya yang penuh dengan kesedihan dan keputusasaan.
Sejujurnya, aku juga tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah hari itu. Sejak beasiswa miliknya di cabut karena aku. Dia memang sempat masih melanjutkan sekolahnya setelah beasiswanya di cabut, namun suatu hari dia tiba-tiba saja tidak lagi datang ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully
Roman d'amourDuniaku terasa jungkir balik dalam semalam, sejak keluargaku bangkrut dan ayahku meninggal. Kami di usir dari rumah, harus tinggal di sebuah kontrakan kecil, dan masih harus membayar hutang-hutangnya tersisa. Teman-temanku di sekolah yang dulu dekat...