Bab 9: Sudah Menjadi Masalalu

737 20 0
                                    

"Ini Pak, hadiah yang saya pilihkan sebelumnya."

Ini adalah salah satu rutinitas yang belakangan ini aku lakukan, yaitu memilihkan hadiah untuk tunangan Andrian. Andrian cukup sering pergi ke luar kota, dan dia sering memintaku memilihkan hadiah dan oleh-oleh untuk tunangannya itu.

Kadang, walaupun Andrian tidak pergi kemana-manapun dia masih sering memberikan hadiah kepada tunangannya itu. Dan sepertinya tunangannya itu menyukai hal-hal yang aku pilih.

"Bagus."

Dia menerima kantong belanja itu, selalu memeriksa isinya ada dua buah kotak.

Benar, kali ini Andrian memintaku untuk memilihkan perhiasan untuk tunangannya, tidak hanya satu namun dua.

Memikirkannya, ini sedikit membuatku iri dan kesal.

Sejujurnya, aku merasa sedikit tidak nyaman ketika memilihkan hadiah-hadiah itu. Tidak tahu kenapa, mungkin karena memikirkan Andrian begitu mencintai tunangannya itu.

Tidak seperti kami bahkan pernah memiliki hubungan serius di masalalu, hanya saja ini sedikit membuatku terganggu.

"Ambillah kotak ini."

Kata-kata itu membuatku kaget dan tersadar dari lamunan. Aku melihat sebuah kotak hadiah yang tiba-tiba di sodorkan ke depanku dengan heran.

"Eh? Ini...."

"Anggap saja ini ucapan terimakasih. Aku bukanlah orang yang begitu kejam. Aku akan memberikan penghargaan yang layak pada bawahanku yang melakukan tugasnya dengan baik."

Aku sempat ingin protes dengan kata-kata itu. Jika dia tidak begitu kejam, kenapa selama ini aku masih sering di jahili dengan cara menyebalkan?

Melihat aku masih diam, dia terlihat mengerutkan wajahnya.

"Ambillah, jangan diam saja."

Aku ragu-ragu lalu mengambil kotak yang ada di depanku. Tentu saja aku tahu kotak ini berisi apa. Jelas sebuah gelang mahal yang aku pilih.

"Tapi ini terlalu mahal, apakah tidak berlebihan?"

"Apakah menurutmu aku kekurangan uang?"

Aku buru-buru menggelengkan kepalaku, tentu saja aku tahu Andrian yang sekarang tidak mungkin kekurangan uang. Dan nilai gelang yang ada di tanganku memang tidak begitu seberapa untuk orang seperti dia.

Lagipula tema hadiah kali ini, sesuatu yang cenderung cukup sederhana namun elegan, jadi bukan perhiasan berlian atau sesuatu yang begitu mahal sekali. Namun tetap saja, untuk aku yang sekarang ini masihlah sesuatu yang mahal.

Kira-kira kalau di jual....

Seolah dia membaca pikiranku, dia kembali berkata dengan nada kesal.

"Dan jangan berpikir untuk menjual hadiah ini."

Aku segera menunjukan ekspresi kesal mendengarnya. Sudah aku duga dia sepertinya tidak begitu ikhlas memberikan hadiah mahal padaku jadi kenapa dia memberikan aku hadiah?

"Maaf sebelumnya... Saya hanya masih binggung dengan hadiah yang tiba-tiba."

"Aku sudah bilang ini adalah ucapan terima kasih karena kamu sudah melakukan tugas yang baik. Tunanganku begitu suka dengan hadiah-hadiah yang kamu pilihkan dan membuat hubungan kami menjadi semakin baik."

Mendengar itu, lagi-lagi perasaan tidak nyaman yang aku rasakan kembali. Namun aku mencoba menghilangkan perasaan tidak nyaman itu dan tetap memasang senyuman.

"Ah, jadi begitu. Saya senang jika hubungan kalian berjalan dengan baik."

Aku mencoba memasang senyuman sebisaku sambil menatap wajahnya, namun sekilas aku melihat ekspresi rumit yang terlihat di wajahnya. Dia terdiam selama beberapa saat sampai akhirnya berkata,

Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang