Bab 18: Tantangan

691 24 0
                                    

Aku sempat terkejut melihat ekspresi serius di wajah Andrian ketika dia mengatakan kata-kata itu. Namun aku tahu, bahwa dia hanya membuat lelucon untuk mencoba mempermainkanku agar aku segera turun dari tempat tidurnya.

"Jadi apa yang akan kamu lakukan sekarang? Bukankah kamu bilang tidak akan menyentuhku semalam? Apakah sekarang kamu baru saja berubah pikiran?"

Mendengarku mengatakan itu aku bisa melihat ekspresinya yang berubah, dahinya yang sedikit mengkerut, yang menunjukkan tanda-tanda kesal.

"Kamu benar-benar sangat berani!!"

"Kalau begitu siapkan tempat tidur yang pas untukku!! Aku tidak mau tidur di lantai!!"

Melihat sikap keras kepalaku, dia masih tidak menyerah. Kali ini, tatapannya masih menatap tajam ke arahku lalu aku bisa merasakan wajahnya yang perlahan mendekat ke arahku.

Dari sini, aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang mengenai wajahku. Sejujurnya, jantungku berdebar tidak karuan, namun aku mencoba untuk menahannya Karena aku tahu Ini hanya salah satu permainannya yang lain.

Aku tidak akan kalah!

Mari kita lihat seberapa berani Andrian!!

Jarak kami perlahan-lahan menjadi semakin dekat hingga hanya ada jarak kurang dari setengah centimeter antara bibir kami.

Aku mencoba menahan nafasku untuk menstabilkan emosi bergejolak yang ada di dalam hatiku. Aku masih ingin melihat, seberapa berani Andrian.

Tatapan kami masih bertemu seolah saling mengadu, siapa yang pergi lebih dulu dia yang kalah.

Tapi ketika tatapannya menjadi lebih dekat aku seolah tenggelam dalam tatapan mata itu.

Cup

Eh?

Aku sepintas merasakan sesuatu yang lembut dan hangat di bibirku.

Namun itu hanya sesaat karena Andrian segera bangkit dan berdiri dari posisinya, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Tidur di sofa, sofa itu bisa di lipat-lipat dan dijadikan tempat tidur kamu harus puas dengan itu."

Aku melihat Andrian mengalihkan tatapannya menuju kearah sofa, terlihat tidak ingin melihat wajahku.

Namun aku masih tenggelam dengan kejadian barusan, masih terlalu terpukau dengan apa yang baru saja terjadi.

Andrian barusan...

Dia menciumku?

Dia menciumku?

Walaupun hanya beberapa detik, bibir kami sempat bertemu, yah ini memang tidak bisa di sebut dengan sebuah ciuman tapi tetap saja...

Perasaan sekilas ketika bibirnya menyentuhku masih terasa, rasa hangat dan lembut yang membuat wajahku memerah ketika memikirkannya.

Gila!!!

Aku benar-benar jadi gila!

Atau Andrian yang jadi gila?

Tidak!

Dia kan memang gila!

Dan setelah mengatakan hal-hal itu, Andrian juga segera pergi dari kamarnya ini, seolah melarikan diri setelah baru saja melihat hantu.

"Dasar kurang ajar!!"

Sayangnya, Andrian sudah melarikan diri terlalu jauh dan tidak bisa mendengarkan kata-kata keluhan.

Aku sendiri mencoba menenangkan diriku di kamar tidur itu.

Namun sekali lagi, ini tempat tidur Andrian...

Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang