Bab 44

817 32 8
                                    

Bab 44: Ngidam

"Huh? Liliana kenapa kamu disini? Tumben."

Aku tidak mengira kebetulan bertemu dengan Kak Arion saat aku beli Bubur Ayam. Namun wajar juga karena penjual bubur ayam ini memang dekat dengan rumah kontrakan Kak Arion.

"Iya, Kak. Kebetulan saja aku sedang ingin Bubur Ayam."

"Wah, jangan bilang kamu sedang ngidam?"

Mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu aku merasa sedikit malu.

"Stttt.... Kakak jangan keras-keras."

"Ya ampun, ini memang masih masa ngidam ya."

"Hahaha, ya begitulah Kak. Kadang tiba-tiba saja Aku menginginkan hal-hal yang aneh."

"Aneh apa? Ini juga cuman Bubur Ayam kan."

"Tapi harus Bubur Ayam yang ada di sini, bukan Bubur Ayam yang lain. Apa Kakak tidak tahu betapa susahnya aku ketika ada di luar negeri dan tiba-tiba saja menginginkan Bubur Ayam disini?"

"Pffff.... Aku benar-benar tidak bisa membayangkannya pasti kerepotan."

"Jangan meledekku seperti itu."

"Begini saja, lain kali Jika kamu tiba-tiba ngidam yang aneh-aneh, kamu bisa memberitahuku mungkin saja aku bisa membantumu."

Mendengar tawaran yang tiba-tiba itu aku tersenyum.

"Tapi, aku tidak ingin terlalu merepotkan."

"Merepotkan? Tapi kan kamu selama ini memang sudah merepotkan ku, apa perlu sungkan segala?"

"Astaga, Kakak kenapa begitu jujur begitu? Tapi jika itu mau Kakak, aku akan merepotkan mu lebih banyak di masa depan."

Sangat beruntung kenal Kak Arion, dia selalu baik padaku, mungkin ini rasanya memiliki seorang Kakak?

Aku selalu ingin memiliki Kakak, sayangnya aku hanya memiliki seorang adik. Namun adikku juga begitu lucu, mungkin karena mumpung di sini aku akan mampir ke rumah.

Dengan itu, setelah selesai makan Bubur Ayam, aku di antar Kak Arion sampai ke Rumah Kontrakan, walaupun jaraknya tidak begitu jauh namun kata dia tidak baik jalan sendirian ketika sedang hamil.

"Terimakasih atas bantuannya, Kak Arion."

"Sama-sama, aku sepertinya harus pergi, jadi tidak bisa mampir menyapa Tante, karena harus ke tempat kerja."

"Tidak apa-apa nanti akan aku sampaikan salam Kakak pada mereka."

Aku melambaikan tanganku pada Kak Arion, dan sekarang mulai menatap rumah kontrakan Mama. Aku cukup gugup ketika kembali kesini.

Sudah lebih dari dua bulan aku pergi walaupun sempat mengirim kabar, namun pasti mereka akan sangat terkejut melihat penampilan baruku jadi wajar saja aku gugup.

Ketika aku akan mengetuk pintu, ternyata pintunya sudah dibuka lebih dulu. Seorang pemuda mengenakan seragam sekolah keluar dari rumah itu.

"Huh.... Ka--Kamu...."

Aku melihat wajah terkejut Hazel ketika menatap wajahku. Apakah memang penampilanku berubah drastis itu hingga dia sangat kaget?

"Hazel, ini Kakak, Kenapa kamu sangat terkejut seperti itu?"

Namun bukannya menjawab, Hazel malah segera memelukku.

"Ini benar-benar Kak Liliana?"

"Memangnya siapa lagi kalau bukan aku?"

"Kakak benar-benar sudah melakukan operasi plastik?"

"Benar, dan semuanya berjalan dengan lancar."

Mendengar kata-kataku itu pelukan yang diarahkan padaku menjadi semakin erat dan aku mulai merasakan air mata yang mulai menetes di pundakku.

Menikahi Pria Yang Pernah Aku Bully Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang