Fara pulang ke apartemennya dengan kepala penuh dengan pikiran yang berputar-putar. Kehadiran Adam telah membangkitkan kembali banyak emosi yang sudah lama terkubur. Dia duduk di kursi kamarnya, memandangi ponselnya yang tergeletak di atas meja.
"Hmm, mungkin aku harus bicara dengan Rama," gumam Fara pelan.
Tanpa ragu, Fara mengambil ponselnya dan menelpon Rama. Tidak lama kemudian, suara hangat Rama terdengar di ujung telepon.
"Halo, Fara. Ada apa?"
Fara merasa sedikit lega mendengar suara Rama. "Halo, Rama. Maaf mengganggumu, tetapi aku ingin berbicara tentang sesuatu."
Rama mendengarkan dengan penuh perhatian. "Tentu, Fara. Apa yang terjadi?"
Fara menghela napas. "Kemarin aku bertemu dengan Adam di kebun raya. Dia ingin berbicara, dan aku merasa terganggu."
Rama tetap tenang. "Bagaimana perasaanmu sekarang?"
Fara merenung sejenak sebelum menjawab, "Aku bingung, Rama. Aku sudah memilihmu, tetapi kehadiran Adam membuatku merasa terombang-ambing."
Rama tersenyum lembut. "Fara, kita semua memiliki masa lalu. Yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya. Aku percaya padamu, dan aku di sini untukmu."
Fara merasa terharu mendengar kata-kata Rama. "Terima kasih, Rama. Aku benar-benar beruntung memilikimu."
Rama tersenyum. "Kita akan melewati ini bersama-sama, Fara. Apakah kamu ingin bertemu?"
Fara mengangguk, meskipun Rama tidak bisa melihatnya melalui telepon. "Ya, mungkin itu ide yang baik. Aku butuh dukunganmu."
Setelah mengakhiri panggilan dengan Rama, Fara merasa sedikit lega. Dia tahu dia tidak sendirian dalam pertarungan batin ini. Namun, dia juga tahu bahwa dia harus menyelesaikan masalah ini sendiri.
Malam itu, Fara menulis dalam buku hariannya lagi. Dia mencoba mengurai perasaan yang rumit di dalam dirinya, mencari kejelasan dan kedamaian.
"Rama adalah pilihan yang tepat," tulis Fara dengan tegas. "Aku harus fokus pada masa depan kami bersama."
Namun, meskipun Fara mencoba meyakinkan dirinya sendiri, kehadiran Adam tetap mengganggunya. Dia bertanya-tanya apakah dia bisa benar-benar membebaskan dirinya dari masa lalunya.
Keesokan harinya, Fara dan Rama bertemu di kafe favorit mereka di Bogor. Mereka duduk di sudut yang tenang, berbicara tentang segala hal.
Rama memegang tangan Fara dengan lembut. "Fara, aku ingin kau tahu bahwa aku di sini untukmu. Kita bisa menghadapi masalah ini bersama-sama."
Fara tersenyum, merasa beruntung memiliki seseorang seperti Rama di sisinya. "Terima kasih, Rama. Aku merasa lebih baik setelah berbicara denganmu."
Rama tersenyum hangat. "Aku senang bisa membantumu, Fara. Kita akan melewati ini bersama-sama, satu langkah pada satu waktu."
Fara merasa lega mendengar dukungan Rama. Meskipun pertarungan batinnya masih berlangsung, dia tahu bahwa dia tidak sendirian.
TO BE CONTINUED
DON'T FORGET TO VOTE & FOLLOW!!
![](https://img.wattpad.com/cover/368316913-288-k21551.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kamu dan Bogor (TERBIT✅️)
RomantizmDalam keindahan Kebun Raya Bogor, Fara, seorang perancang taman yang bersemangat, bertemu dengan Rama, seorang pria mistlerius yang juga terpesona oleh keajaiban alam. Di tengah-tengah dedaunan hijau dan kicauan burung, kisah cinta pun mulai tumbuh...