Pagi ini seperti pagi biasanya setiap penghuni rumah akan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Di dapur terdapat asisten rumah tangga yang sedang memasak, di kamar lantai dua terdapat seorang gadis cantik sedang mengikat dasinya di depan cermin. Sedangkan di kamar lainnya yang ada di lantai dasar terdapat sepasang suami istri sedang bercermin dengan setelan kemeja.
Mereka adalah Nuhasya Aleena dan Aleon Mahardika. Diusia yang sudah menginjak kepala empat ini mereka tetap bekerja dengan giat. Hasya bekerja sebagai dokter gigi di rumah sakit swasta sedangkan Aleon bekerja sebagai manajer di suatu perusahaan minyak terbesar di Indonesia.
Meski keduanya sibuk bekerja, tetapi mereka tidak pernah mengabaikan anak mereka yang saat ini sudah berada di tingkat 2 sekolah menengah pertama. Mereka selalu menyempatkan untuk mengisi hari-hari Azizi Lavinka agar tidak kesepian. Mereka juga selalu bergantian untuk mengantar jemput Azizi ke sekolah ataupun sekadar bermain diluar.
Namun, biasanya untuk pergi sekolah selalu Hasya yang mengantar karena sekolah Azizi dan rumah sakitnya satu kawasan. Jikalau Aleon tidak bisa menjemput sementara Hasya masih ada pasien, maka Azizi akan ikut pulang bersama Lily, teman dekatnya yang rumahnya satu area dengannya.
Usia hanyalah angka sebab wajah Hasya maupun Aleon tidak keriput dan terbilang awet muda. Bahkan semakin tua usia mereka, semakin terpancar aura kecantikan serta ketampanan mereka.
"Kayaknya aku pulangnya sore, tapi nanti aku kabarin lagi deh yaa."ujar Aleon seraya mengambil ransel berisi laptop dan keperluan lainnya.
"Iyaa, nanti Azizi biar sama aku aja."balas Hasya seraya menyerahkan jas biru dongker untuk Aleon.
Tok tok tok
"Bunda!"
Hasya yang akan membuka pintu menatap kearah Aleon yang ada di sebelahnya dengan satu alis yang terangkat. "Anak kamu pagi-pagi udah teriak aja."gumam Hasya yang membuat Aleon tertawa kecil.
"Bunda kok ngga bawain aku bekal? Bunda udah enggak sayang aku lagi?"
Hasya mengulum bibirnya mendengar drama yang selalu Azizi buat. Iya, Azizi adalah anak paling drama yang Hasya ketahui. Selalu saja manja dan banyak tingkahnya. Namun, hal ini bukan suatu keburukan bagi Hasya dan Aleon. Justru ini adalah hiburan bagi mereka.
Hasya mengusap lembut kepala Azizi dengan satu tangan lagi mencubit dengan gemas pipi gembul anaknya. Sedangkan Aleon memilih untuk menuju ruang makan.
"Siapa bilang gak buatin Zi bekal? Ada kok di dapur Bunda buatin."jawab Hasya dengan suara super lembutnya yang dari dulu tidak pernah berubah.
"Bukan Bunda yang buatin, itu Mba Ine yang buat."rengek Azizi seraya menggandeng lengan Hasya untuk menuju ruang makan. Hasya merangkul Azizi yang tingginya sudah sebahunya, "Itu Bunda yang buat ih kamu engga percayaan banget sih."
Azizi gadis berambut sebahu itu menatap sinis kearah Hasya yang kini sedang duduk di sampingnya.
"Biasanya Bunda ada di dapur, tapi tadi aku perhatiin dari lantai atas Bunda sama sekali enggak ke dapur. Bunda kok berani bohong sama aku?"
Aleon yang mendengar keributan kecil ini hanya tertawa kecil di sela kunyahannya menyantap buah.
"Emang bohong Bunda, jangan percaya Bunda. Percaya Bunda sama aja percaya kalo gajah bisa terbang."celetuk Aleon yang mendapat tatapan tajam dari Hasya.
"Bener, Bunda sekarang udah berubah. Udah enggak mau masakin aku bekal."rajuk Azizi seraya memasukkan potongan buah apel ke mulutnya.
Hasya yang dipojokkan seperti ini hanya tersenyum tipis, "Terserah deh, masih pagi jangan bikin emosi."ujar Hasya membuka tabletnya untuk mengecek pekerjaannya di hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan di 2045
RomanceHasya seorang dokter gigi yang memiliki keluarga kecil semanis coklat dan selembut sutra ternyata harus menghadapi mahasiswi yang ingin merebut suaminya. Baginya ini bukan persaingan tetapi pembasmian. Ternyata tidak selamanya kehidupan itu selalu m...