27 ⚠️🤬

10.2K 802 178
                                    

Sebelum membaca, Jangan lupa Vote Bintang dan Komentar!

Kenapa vote bintangnya menurun banget ya beberapa episode ya?! Padahal gua updatenya rajin.

Kalau gini trs, gua unpublish aja cerita ini. Ini bukan sekedar omongan doang. Para follower lama gua pasti tau, gua tipe orang yg suka unpublish cerita. Meskipun view dan vote bintangnya sebanyak ini, gua bisa unpublish cerita ini. Buat apa mempertahankan cerita ini kalau banyak silent reader.

Jika kalian gak ingin gua unpublish ceritanya, Syaratnya dari episode 19 sampai episode 26 harus beri vote bintangnya. Ini bagi yang merasa belum beri vote bintang sama sekali.

Lebih bagus lagi kalau kalian beri vote bintang utk semua episode ya, bagi yang belum beri vote bintang sama sekali.

Kalau yang sudah beri, gak perlu melakukannya.

Seperti biasa episode 27 : 200 vote bintang dan 200 Komentar.

Jangan Silent Reader !!!!

Maaf gua terlalu cerewet dan terlalu ngemis sama effort tapi alasan utama gua bisa semangat nulis cerita ini, dari antusias para pembaca, kalian semua.

***

Selama di perjalanan, Deon memikirkan ucapan Aldi tentang dia memblokir nomornya, Deon menoleh sekilas ke arah Leon yang sedang fokus mengemudi.

"Aku sudah berjanji padanya kalau aku gak boleh memikirkan Aldi, dan menjadikan Leon prioritas utamaku. Untuk saat ini aku gak boleh memikirkan Aldi jika Leon bersamaku. Nanti saja ketika aku pulang, aku menghubungi Aldi. " pikir Deon dalam hati.

"Kamu memikirkan apa? " tanya Leon tiba-tiba sambil memegang bahu Deon.

Badan Deon terlonjak kaget saat mendengar suara Leon dan memegang bahunya secara tiba-tiba, karena selama dalam perjalanan, suasana di mobil sangat hening.

Dan Deon gak sadar jika mereka berhenti di lampu merah.

"Ah itu aku memikirkan rasa ditato di leher seperti apa, sama aku khawatir sama jarum tato. Dan juga aku memikirkan resiko ditato seperti infeksi kulit, HIV. " ucap Deon berbohong.

Deon sengaja berbohong, karena dia takut Leon marah padanya, kalau sebenarnya dia memikirkan Aldi. Bahkan Deon mencoba gesture dan bicaranya senatural mungkin agar dia gak ketauan berbohong.

Leon menelisik gesture badan dan cara bicara Deon. Dia fokus mencari tau apakah Deon berbohong padanya atau tidak.

Deon merasa tatapan Leon seperti mengintrogasi padanya seolah-olah dia melakukan kejahatan yang sangat berat.

Saat Leon fokus ingin mengetahui pacarnya berbohong atau tidak, pikiran fokusnya buyar seketika saat ada suara klakson mobil yang menyuruh Leon melajukan mobilnya, Leon melihat lampu berubah menjadi hijau.

Leon mendecakkan lidahnya kesal, kemudian dia melajukan mobilnya secara kencang.

Deon merasa beruntung berkat klakson mobil itu, fokus Leon hilang seketika, dan kebohongannya gak ketauan oleh Leon. Tapi rasa lega itu berubah menjadi rasa takut, karena Leon melajukan mobil secara cepat.

"Leon pelankan mobilnya. " ucap Deon merasa takut dan was-was, dia takut jika mereka mengalami kecelakaan karena Leon mengemudi mobil secara kencang.

"Gara-gara klakson mobil sialan itu yang buat aku seperti ini. Padahal aku ingin mengetahui apakah kamu berbohong padaku atau tidak. Dasar brengsek!!! " umpat Leon kesal sambil memukul setir mobil.

Deon terpaku melihat hal ini, dia sangat takut melihat Leon emosi sambil mengemudi mobil.

"Sayang tenangkan dirimu. Sekarang kita berada di dalam mobil. Aku khawatir jika kamu mengemudi mobil seperti ini, akan terjadi kecelakaan. "

"Hahahaha biarkan saja, kita mati bersama. " ucap Leon sambil tertawa.

Meskipun Leon tertawa, tapi Deon melihat ekspresi tertawa Leon sangat menyeramkan apalagi hal seperti ini tidak lucu karena menyangkut nyawa.

Badan Deon gemetar takut. Dia gak mau mati secepat ini, masih banyak hal yang dia ingin lakukan. Dia ingin melihat Ibunya sembuh, membahagiakan keluarga tante, bermain dengan Aldi, dan menghabiskan waktu dengan Leon, orang yang dia cintai.

"TEPIKAN MOBILNYA. " teriak Deon marah. Leon menulikan pendengarannya dan dia masih saja mengemudi mobil dengan cepat.

Dengan cepat Deon mengambil alih kemudi, sempat terjadi keributan di antara mereka karena mereka berebut mengambil alih kemudi. Hampir saja mereka menabrak mobil yang di dekat mereka. Deon pun mengerem mobil dengan waktu yang tepat saat mereka sudah di tepi jalan yang sepi.

Nafas Deon terengah-engah begitupula Leon. Deon memegang kerah baju Leon sehingga Leon menatapnya.

"APA KAMU SUDAH GILA?! KAMU MEMBUAT KITA HAMPIR MATI!!!! " teriak Deon marah.

"IYA AKU SUDAH GILA KARENA KAMU. GARA-GARA KLAKSON MOBIL SIALAN ITU, AKU GAK TAU KAMU BERBOHONG PADAKU ATAU TIDAK. BISA SAJA KAMU BERBOHONG PADAKU KARENA MEMIKIRKAN SAHABAT SIALANMU!!!" balas Leon marah.

Dengan pelan Deon melepaskan pegangannya pada kerah baju Leon. Deon berpikir jika dia berkata jujur pada Leon yang marah seperti ini, dia takut emosi marah Leon semakin menjadi apalagi saat ini mereka berada di jalan raya.

Lebih baik dia berbohong.
Deon memeluk badan Leon. "Aku berkata jujur padamu, aku gak memikirkan Aldi sama sekali. Aku sudah janji padamu kalau kamu prioritas utamaku. Aku memikirkanmu selamanya, Leon. " ucap Deon menenangkan Leon sambil mengelus rambut cokelat Leon.

"Beneran? "

"Iya sayang. "

Leon mengeratkan pelukannya setelah itu dia melepaskan pelukannya dan mencium bibir Deon. Leon gak menyadari saat mereka berdua berciuman, Deon memikirkan hal lain.

"Belum sehari jadian tapi aku sudah merasa capek saat berpacaran dengan Leon. " batin Deon dalam hati

***

BERSAMBUNG

Kamis, 16 Mei 2024

{BL, Dark Romance} Stalker × Psychopath🔞⚠️END✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang