Waktu sudah menunjukkan jam pulang tapi Ranzee masih harus di sibukan dengan beberapa berkas yang harus dia periksa dan harus ia tanda tangani.
"Freya kayanya kita harus lembur, gapapa kan" tanya Ranzee pada Freya yang kini sudah duduk di hadapan Ranzee dengan tangan gawai nya memegang balpoin.
"Tidak apa-apa pak, ini kan memang tanggung jawab saya" tutur wanita itu dengan senyum manis nya
"Gak, kan saya yang harus tanggung jawab"
"Hah" tanya Freya, dia tak mengerti dengan apa yang Ranzee katakan
"E-enggak, mending kamu bikinin saya kopi dulu" ujar nya tanpa berani melihat
"Kenapa gue bisa gagal fokus kalo liat dia senyum" batin nya.
"Sehari dua kali kopi" tanya Freya, Ranzee mendongak lalu mengangguk
"Bukanya ga baik buat lambung" tegurannya sedikit menggunakan nada ketus
"Lambung saya kuat Freyana" sengah Ranzee dengan wajah yang memelas
Freya menghembuskan nafas nya di iringi dengan dirinya yang berdiri dari kursi, belum terlalu jauh ia berjalan tubuh nya kembali berbalik pada sang bos.
"Pak Ranzee Gulanya saya kurangin satu sendok"
"Gak bisa gitu dong, dua sendok kan sudah pas takaran nya, dan satu lagi panggil Pak Zee aja, biar ga terlalu panjang" protes nya
"Ni orang batu banget, udah kena diabetes baru tau rasa" batin Freya kesal
Dengan langkah yang sedikit kesal Freya tetap berjalan ke arah pantry untuk membuatkan Ranzee kopi.
Setibanya di pantry Freya melakukan seperti biasanya, namun ia tetap pada pendiriannya untuk memberikan satu sendok saja gula pada kopi Ranzee, dan sisa gula nya ia simpan di tempat yang aman agar tidak di ketahui oleh bos nya itu.
Kopi sudah siap, dia pun membuat segelas susu hangat untuk dirinya sendiri. Dengan nampan berisikan dua cangkir Freyana berjalan perlahan kembali ke kursinya.
"Silahkan di minum pak kopi nya" ujar Freya sembari meletakkan cangkir di sebelah tangan kanan Ranzee
Ranzee mengangguk, ia langsung menyabet cangkir yang baru saja di simpan itu, perlahan dirinya meniup ke arah kopi
Sruttttt
"Kamu kasih berapa gulanya" tanya Ranzee setelah satu seruput kopi masuk ke dalam indra perasa nya
"Mampus gue, tapi gakpapa demi kebaikan dia juga" batin Freya sedikit panik
"Saya kasih satu sendok pak, itupun satu sendok kurang karena persediaan gulanya habis"
Ranzee mencari celah kebohongan dalam mimik wajah sang asisten, namun nihil dia tak menemukan sisi negatif nya.
"Yasudah besok saya suruh OB untuk belanja, tapi kopinya masih tetep manis ko" ujar nya tanpa mengalihkan pandangannya nya pada Freya
"Dia lagi godain gue kah" batin Freya
Jujur saja dirinya harus kuat-kuat menahan senyum saat tak sengaja menangkap sorot mata Ranzee mengarah padanya sembari tadi berucap Manis pada kopinya.
"Najis banget, bisa-bisanya dia godain gue"
"Kenapa kamu Freya" tanya Ranzee
Freya menggelengkan kepalanya, lantas ia kembali duduk di hadapan Ranzee. Keduanya kembali melanjutkan pekerjaan yang cukup menumpuk itu
Sesekali tangan Ranzee meraih cangkir yang berisikan kopi itu untuk kembali di seruput, tak ayal Freya yang sama hal nya dengan Ranzee, tegukan demi tegukan yang masuk ke dalam tenggorokan mengalirkan susu putih hangat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONAL ASSISTANT
Teen FictionFreyana seorang single parent dengan satu anak gadis nya. Dia bekerja di sebuah perusahaan milik CEO muda bernama Ranzee, laki-laki yang terus di paksa untuk segera menikah oleh sang mama. Akan kah cinta mereka di pertemukan, kita cari jawabannya da...