Udara segar di pagi hari mulai menusuk hidung, sinar mentari memaksa masuk melalui celah jendela yang hanya terbuka sedikit.
Gorden kamar yang tinggi itu di sibakkan ke arah samping, seseorang mulai terusik dari tidur lelap nya akibat paparan sinar matahari mengenai tepat di bagian wajah nya.
"Enghhh Mam aku masih ngantuk" ucap nya meracau
Sasha, gadis itu masih terlelap dalam tidurnya bersama Michi yang berada tepat di sebelahnya. Malam tadi seusai acara Michi tak mau pulang, ia ingin tidur bersama adik nya ini.
"Bangun sayang, kan mama hari ini harus berangkat lagi"
"Hiks hiks, Mam mau tinggalin Sasha lagi hiks" tangis nya pecah dengan mata yang masih tertutup
Michi yang berada di sebelahnya pun harus terbangun, dengan sigap ia langsung memeluk Sasha dari samping, Freya yang melihat itu di buat tersenyum.
"Aku pernah seperti ini sama Yori dulu" batin Freya
"Tapi...? Apa bisa aku maafin Yori" batin Freya
"Kenapa Acha nangis"
Michi bangkit dari tidur nya, ia mengangkat tubuh Sasha agar tidak menangis sambil tiduran. Gadis itu enggan menatap wajah sang mama.
"Hiks Mam mau tinggalin aku lagi hiks" Freya menghembuskan nafasnya panjang, dia duduk di sebelah Sasha, gadis itu masih enggan untuk melirik
"Sayang kan mama har-"
"Huaaaa gak mau Mam, gak mau Mam pergi hiks, perasaan aku gak enak kalau Mam pergi hiks"
"POKONYA MAM GAK BOLEH PERGI" Freya tersentak saat Sasha berbicara dengan nada tinggi
"Ada apa sebenarnya ini, kenapa tiba-tiba Sasha kaya gini" batin Freya
Freya memberi kode pada Michi agar melepas pelukannya, setelah mendapatkan celah Freya langsung memeluk erat Sasha, bisa ia rasakan tubuh anak nya yang bergetar cukup hebat akibat menangis.
"Sayang ini Mama, kamu kenapa tiba-tiba begini plis jangan bikin Mama khawatir"
"Hiks hiks gak tau M-Mam, a-aku punya firasat gak enak a-aja"
Freya tak lagi bertanya ataupun mengeluarkan sepatah kata, ia malah menarik Michi untuk ikut ke dalam pelukannya.
"Kenapa Sasha tiba-tiba banget kaya begini, apa dia-"
"Gak, gak boleh pokonya gak boleh sampe Sasha ketemu sama laki-laki bajingan itu" batin Freya
"Tante jangan pergi yah, kasian Acha" seru Michi
"Iya sayang, Tante gak bakalan pergi"
Tak lama handphone milik Freya berdering, "sayang boleh ambilin handphone Tante" titah nya pada Michi karena benda pipih itu letak nya di atas nakas
"Boleh Tante" Michi beranjak dan mengambil handphone milik Freya
"Hallo sayang, kamu udah siap" seketika senyum Freya mengembang mendengar ucapan Ranzee dari sebrang sana
"Aku udah siap, tapi Sasha tiba-tiba aja nangis kejer"
"Loh kenapa" tanya nya panik
"Gak tau, dia maksa aku supaya gak pergi"
"Yaudah Mas sekarang ke situ yah"
"Iya M-mas"
"Aaaaaa ko gugup gitu sih sayang manggil Mas nya"
"Iya Mas, aku tunggu yah"
Beralih pada sisi Ranzee yang tengah melompat kegirangan, hingga teguran dari Mama Frieska pun ia hiraukan
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONAL ASSISTANT
Teen FictionFreyana seorang single parent dengan satu anak gadis nya. Dia bekerja di sebuah perusahaan milik CEO muda bernama Ranzee, laki-laki yang terus di paksa untuk segera menikah oleh sang mama. Akan kah cinta mereka di pertemukan, kita cari jawabannya da...