CHAPTER. 44

2.3K 298 85
                                    

Malam hari tiba, samar-samar cahaya bulan mampu menerangi daratan yang cukup gelap. Malam ini sepertinya menjadi malam yang sangat bahagia bagi pria yang bernama Ranzee itu, contoh nya seperti sekarang ini, Ranzee tengah bersantai di balkon.

Di tangan nya ia memegang gawai yang terus menyala, pria itu sedang memutar video hasil take sore tadi. Dalam video itu menampilkan dirinya sedang bermain kejar-kejaran dengan sang istri saat di pantai.

"Hahahaha~ Mas udah aku cape"

"Giliran kamu sayang, kan kamu udah kena"

"Yaudah, apa boleh buat. Sini kamu, kamu gak akan bisa lari dari aku"

Senyuman nya sama sekali tak luntur, wajah berseri milik nya tercetak jelas dalam pantulan layar handphone. Lihat lah pria itu, pria yang mengucap kalimat, nikah itu gak penting. Sekarang dia menjadi orang yang paling bucin dengan istri nya.

"Kalo ada gue gak nurunin ego sendiri, mungkin saat ini gue kasih melajang" monolog nya

Srutttt

Ahhhh~

"Emang paling cocok malam yang tenang begini di temenin sama kopi item"

Ranzee ini nyari penyakit saja, padahal tadi sore sebelum pulang ia mampir ke kedai kopi, tapi sekarang malah ngopi lagi. Kesempatan, karena Freya sudah terlelap dalam mimpi nya.

"Ekhem"

Seketika buluk kuduk Ranzee berdiri, ia tahu siapa pemilik suara yang baru saja berdehem, ia meneguk salivanya kuat, sepertinya malam yang tenang itu kini berubah mencekam.

"Bini gue bukanya udah tidur kan tadi" batin nya

Perlahan dan dengan mata yang tertutup Ranzee mulai menoleh, siluet orang yang ia takuti pun sudah mulai terlihat sedikit demi sedikit, saat kepalanya sudah menoleh sempurna, ia benar-benar di buat tak bisa berkutik.

"Ngopi lagi" ucap nya tanpa ekspresi

"Ehehe sayang, ko bangun sih. Kamu dingin yah karena pintunya gak aku tutup"

Ranzee bangkit dari kursi dengan tertatih, ia hendak memegang tangan sang istri namun langsung mendapatkan penolakan.

"Ma-maaf" Ranzee menundukkan kepala dengan tangan yang di lipat di bawah perut nya

Sejenak Freya menghembuskan nafasnya panjang, sebenarnya ia tak perlu marah. Tapi Freya juga tidak ingin terjadi apa-apa pada suaminya, kalau kebanyakan ngopi.

"Udah berapa kali aku bilangin, gak denger juga!. Aku begini karena khawatir sama kesehatan kamu Mas"

"Kamu hargai aku sebagai istri kamu gak sih!"

"M-maaf sayang, eumm... T-tadi tangan a-aku gatel banget liat kopi" ujar nya dengan kepala yang masih menunduk, Ranzee seakan tak berani menatap wajah istri nya.

"Terserah kamu deh" Freya hendak pergi namun tangan nya di tahan oleh Ranzee

"Sayang maafin Mas, pliss"

"Mas janji ini yang terakhir, plis ma-maafin Mas yah"

"Lepas" ketus Freya, seakan tuli Ranzee malah menarik istrinya untuk masuk ke dalam pelukannya

Awal nya Freya menolak, berusaha memberontak. Namun Ranzee tetap mendekap tubuh mungil istri nya itu.

"Hiks, m-maafin Mas sayang, plisss. Jangan marah hiks, janji ko i-ini yang terkahir" Freya kaget, tentu saja. Ia tak menyangka kalau suaminya akan menangis

"Mau di maafin" tanya Freya, Ranzee sedikit menjauh kan badan nya, dengan air mata yang masih mengucur ia menganggukkan kepalanya

"Maau sayang, maafin aku" wajah nya mendongak, menatap harap ke arah sang istri

PERSONAL ASSISTANT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang