Freya memasuki ruangan nya dengan senyum yang masih mengembang, ucapan Ranzee tadi cukup membuat dirinya tenang, bahkan melayang
"Memang nya salah jika saya jatuh cinta dengan dia"
Perkataan itu sedikit bersarang di ingatan nya. Freya menyimpan tas di kursinya dan mulai menyalakan layar monitor di hadapannya.
Freya mulai bekerja seperti biasanya, seperti mengecek beberapa berkas penting yang harus dia bawa ke hadapan Ranzee.
Hingga waktu menunjukkan pukul 09:45 ada orang yang mengetuk pintunya, ia tahu siapa pelakunya
Tok
Tok
Tok
"Kenapa" tanya Freya tanpa menoleh
"Kamu lagi ngerjain apa itu" tanya Ranzee, pria itu hanya memunculkan wajah di balik pintu
"Ada beberapa berkas yang harus anda cek setelah ini, dan nanti siang kita ada pertemuan dengan pak Rama" tutur Freya
"Untuk membahas tentang apa" tanya Ranzee, seketika Freya mengkerut kan kening nya dan menoleh ke arah Ranzee
"Anda lupa" tanya Freya
"Yang saya ingat cuman ka-"
"Ekhem"
"Ck i-iya saya lupa, memang nya apalagi yang harus kita bahas dengan beliau" tanya Ranzee yang semakin mendekati Freya
"Stop di situ aja, atau enggak kita ngobrol di ruangan anda pak" tolak Freya saat Ranzee akan mendekati nya
"Tidak ada yang bisa memerintah saya di sini, dan tidak ada yang bisa memarahi saya di sini. Kamu tenang aja, kejadian kemarin dan tadi pagi saya pastikan tidak akan terulang lagi"
Penuturan panjang lebar dari Ranzee mampu membangkitkan kembali senyum Freya, namun tetap saja ia harus lebih hati-hati pikir nya.
"S-saya hanya tidak mau terjadi kesalah pahaman saja pak" cicit Freya, pandangan nya kembali fokus pada layar laptop
"Kenapa anda membela saya sampai segitu nya" tanya Freya
"Frey plis, kita kaya biasa nya aja. Aku gak mau kalau ngobrol sampai kaku kaya begini"
"Saya hanya t-tidak ma-"
"Freya" wanita itu menghembuskan nafasnya panjang, hentakan kata yang Ranzee ucapkan itu mampu membuat dirinya menjadi lebih tenang
"Mau kopi" tanya Freya, mata Ranzee berbinar dan langsung menganggukkan kepalanya
"Tunggu aja di ruangan kamu" Ranzee berbalik badan dan berjalan kembali ke ruangan nya.
Di pantry, Freya terlihat cukup kesulitan mengambil gula yang letak nya cukup tinggi, padahal sebelumnya dia juga yang menyimpan gula itu, tetapi kenapa sekarang sedikit lebih tinggi pikir nya.
"Ihh kenapa jadi tinggi begini sih" kesal nya karena gula itu belum juga bisa ia gapai
Freya mengedarkan pandangannya menatap setiap sudut ruangan ini, semoga saja ada benda yang bisa ia gunakan sebagai pijakan.
"Untung ada ini" sebuah kursi yang berukuran sangat kecil ia taruh tak jauh dari lemari tinggi itu.
Tangan nya sampai dan sudah berhasil meraih gula itu, namun keseimbangan nya mulai goyah akibat hanya satu kaki yang ia gunakan sebagai pijakan
"Aaaaaa" Sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya, Freya bersyukur karena tidak terjatuh
Namun kini jantung nya berdegup sangat kencang saat melihat pemilik tangan itu, mungkin seseorang yang tengah memeluk nya itu bisa merasakan detak jantung nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONAL ASSISTANT
Teen FictionFreyana seorang single parent dengan satu anak gadis nya. Dia bekerja di sebuah perusahaan milik CEO muda bernama Ranzee, laki-laki yang terus di paksa untuk segera menikah oleh sang mama. Akan kah cinta mereka di pertemukan, kita cari jawabannya da...