Jari-jari tangan Felycia bergerak dengan sangat lihai menuliskan untaian kalimat demi kalimat di atas berlembar-lembar HVS yang disediakan oleh panitia lomba menulis sastra. Peserta lomba diberikan pilihan antara menulis sastra klasik atau menulis sastra modern. Felycia sendiri jauh lebih tertarik menulis sastra modern. Bukan saja karena dirinya lebih mahir di sastra modern, tapi juga karena memang dirinya selama satu bulan mendalami dan memahami tentang sastra modern.
"Apa tema yang kamu pilih, Felycia?", tanya pengawas yang tengah berkeliling ruangan. Dan tepat saat sampai di meja Felycia, pengawas tersebut cukup tertarik begitu membaca sekilas judul karangan salah satu peserta lomba yang tak lain adalah Felycia.
"Saya memilih tema pendidikan yang dipadukan dengan kisah percintaan di kalangan remaja.", jawab Felycia sambil menoleh dan menampilkan senyumannya kepada pengawas yang kelihatannya baru berkepala tiga.
"Siip, lanjutkan.", ucap pengawas tersebut lagi yang dari name tagnya bertuliskan nama Ahmad Apriansyah. Felycia menganggukkan kepalanya sebagai respon sambil tersenyum."Lo tim yang nulis judul di awal?", tanya salah seorang peserta yang duduk di samping mejanya. Jarak antara satu meja dengan meja lain memang hanya berjarak beberapa centi saja, menjadikan dapat dengan sangat jelas melihat ke peserta lain.
"Hah? Lo ngomong ke gue?", tanya Felycia yang samar-samar mendengar suara seseorang. Jika sudah merangkai kata-kata, maka dirinya akan ikut larut ke dalam tulisan yang dia rangkai."Yang deket gue kan cuma lo, masa iya gue ngomong sama tembok.", jawab Keisya---peserta lomba yang memang duduk di paling pinggir, dekat dengan tembok.
"Oh kirain. Gue emang selalu nulis judul di awal.", ucap Felycia menjawab pertanyaan rekan lombanya."Gue duluan. Kalau lo udah, gue tunggu di kantin, kita ngobrol-ngobrol lebih banyak.", lanjut Felycia sambil beranjak dari duduknya. Berjalan menuju ke depan ruangan untuk mengumpulkan 5 lembar HVS yang sudah berisikan kalimat yang dirangkai menjadi sebuah cerpen. Keisya mengacungkan jempol menanggapi ucapan teman barunya tersebut.
"Menulis cerpen sebanyak lima lembar HVS dengan waktu 120 menit? Waktu yang dimanfaatkan dengan sangat baik Felycia.", ucap petugas di depan. Felycia mengangguk sambil tersenyum manis.
"Terimakasih pak.", jawab Felycia. Setelah dipersilahkan meninggalkan ruangan, Felycia segera saja ke luar tak lupa melambaikan tangannya kepada Keisya yang juga melakukan hal yang sama di mejanya dengan pulpen yang masih ada di genggamannya."Keisya, selesaikan dengan segera dan kamu bisa ke luar seperti Felycia.", ucap pengawas yang berdiri di sampingnya. Keisya yang tak mengetahui jika di sampingnya ada pengawas pun berjingkrak kaget.
"Eh iya pak, ini tinggal revisi.", jawab Keisya yang diangguki oleh pengawas dua yang bername tag Fawwaz Abraham.Felycia ke luar dari ruangan MS-1, ruangan tempat dirinya selama 2 jam melaksanakan lomba yang sudah sebulan dirinya simulasikan di sekolah. Felycia melihat ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan gurunya yang entah di mana menunggunya.
"Felycia!", panggil seseorang membuat Felycia yang tengah celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang pun langsung menoleh ke sumber suara. Terlihat Rofi melambaikan tangannya membuat Felycia yang memang tengah mencari keberadaan gurunya tersebut langsung menghampiri keberadaan Rofi dengan langkah setengah berlari.
"Lancar?", tanya Rofi saat Felycia sudah ada di hadapannya.
"Alhamdulillah lancar. Siap-siap kabulin satu permintaan.", jawab Felycia yang kembali mengungkit perihal permintaannya.
"Permintaan mulu. Permintaan apa? Jadi istri saya?", Felycia yang tengah menenggak air mineral miliknya yang tersisa setengah langsung tersedak begitu mendengar pertanyaan dari gurunya tersebut.Sambil meredakan tenggorokannya yang terasa sakit akibat tersedak, Felycia menatap datar gurunya yang malah menatap dirinya sambil tertawa renyah.
"Bercanda doang.", ucap Rofi tanpa rasa bersalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teacherzone
Teen Fiction"Jilat ludah sendiri" sepertinya memang benar adanya. Terbukti dengan kisah yang dialami oleh remaja bernama Felycia Agneza Pandjaitan yang sudah berkata lantang tak akan mungkin jatuh cinta kepada Rofi Andriawan yang merupakan guru baru pengampu ma...