9.Satu permintaan

5 2 0
                                    

Hari ini tepat hari Senin, Felycia sudah bersiap di depan aula SMA Wiyata bersama kelima rekan lombanya. Ya, hari ini adalah Hari-H pelaksanaan mata lomba Bahasa Indonesia yang terbagi menjadi beberapa cabang lomba. Padahal waktu masih menunjukkan pukul 06.30, tapi karena akan diadakan briefing terlebih dahulu menjadikan peserta lomba harus kumpul sepagi ini di sekolah untuk  diberi pengarahan sebelum ke tempat perlombaan.

"Lo gak sama Pak Rofi?", tanya Fazrin---salah satu rekan lombanya yang mengikuti cabang lomba cipta baca puisi. Merasa ada yang mengajak bicara kepada dirinya, menjadikan atensi Felycia yang semula fokus pada buku di genggamannya pun teralihkan.
"Gak.", jawab singkat Felycia. Netranya kembali fokus menatap deretan huruf yang dirangkai menjadi kalimat dan paragraf di tiap lembaran buku yang bisa dirinya jadikan sebagai referensi untuk lomba nanti.

"Felycia Agneza Pandjaitan! Apakah kamu mendengarkan?", terdengar suara bariton seseorang dari depan membuat Felycia langsung menutup bukunya sekaligus sehingga menimbulkan suara. Felycia berdehem sekilas menetralkan kekagetan sekaligus kegugupannya.
"Saya mendengarkan pak.", jawab Felycia kepada seseorang yang tadi memanggilnya dengan suara tegas.

"Lo ada masalah ya sama Pak Rofi?", tanya Dwipa yang kebetulan berdiri di sebelahnya. Felycia menghela nafas lelah, ini kenapa semuanya tiba-tiba menanyakan Rofi kepadanya? Felycia berdecak kesal sebelum membuka mulut untuk menjawab.
"Ck, kita gak ada masalah apa-apa, kenapa sih emangnya?", bisik Felycia dengan nada kesal. Berusaha memelankan suaranya takut-takut dirinya kena omel lagi untuk yang kedua kalinya.

"Kalian... berantem?", tanya Dwipa lagi yang membuat Felycia langsung menoleh dengan raut wajah kesal.
"Berantem kenapa sih? Emang kita kenapa?", tanya Felycia sambil kedua matanya tetap fokus menatap Rofi yang tengah menjelaskan di depan.

"Kali aja, biasanya kan kalian suka bareng-bareng mulu kayak couple.", jawab Dwipa yang sukses membuat Felycia mendelik tak terima.
"Matamu! Gue sama Pak Rofi selalu bareng karena emang dia pembimbing gue, lo gak usah ngadi-ngadi.", ucap Felycia meluruskan. Jangan sampai rumor palsu yang dikatakan oleh rekan lombanya tersebut memang sudah tersebar.

Sekitar setengah jam sesi pengarahan yang disampaikan oleh Rofi dan juga Pak Sofyan selaku perwakilan guru Bahasa Indonesia yang akan mengantar para peserta.

"Fazrin, Aksel, Dwipa, Melva, dan Gentari sama Pak Sofyan pake mobil Pak Sofyan. Felycia sama saya.", mendengar itu sukses saja membuat Felycia hampir tersedak ludahnya sendiri.

"Dwipa aja pak yang sama bapak, lagian kasian kan penuh di mobilnya. Saya bawa mobil kok, jadi saya sendiri aja ke lokasinya.", usul Felycia yang memang malas harus berangkat berdua saja dengan Rofi.

"Kok jadi gue?!", bisik Dwipa sambil matanya tetap fokus ke depan supaya tidak menimbulkan kecurigaan. Felycia merespon ucapan Dwipa dengan sikutan di perutnya tanda supaya rekannya tersebut mengiyakan saja apa yang dirinya katakan. Hal itu membuat Dwipa memutar otaknya demi melancarkan rencana Felycia.

"Eh iya pak, saya kalau desak-desakan suka mual.", ucap Dwipa yang membuat Felycia bersorak senang karena ternyata rekannya tersebut bisa diajak kerja sama.

"Mana kunci mobil kamu?", tanya Rofi sambil menengadahkan tangannya di hadapan Felycia. Tentu saja hal tersebut membuat kedua alis Felycia mengerut karena tak paham.

"Begini saja. Fazrin, Gentari, sama Pak Sofyan pake mobil Pak Sofyan. Dwipa dan Melva sama Aksel pake mobil saya. Kamu sama saya pake mobil kamu.", penjelasan dari Rofi membuat Felycia melongo tak percaya di tempatnya. Dirinya yang sudah bersorak senang karena Dwipa mendukung rencananya seketika langsung berubah menjadi lesu.

"Kenapa gak Aksel aja yang sama bapak. Biar Dwipa sama Melva bareng saya?", tawar Felycia masih keukeuh mencari cara supaya tak semobil berdua dengan Rofi. Tanpa menjawab, Rofi menyerahkan handphonenya yang sedang berada di room chat dengan Aksara yang tak lain adalah ayahnya. Sontak saja kelima rekan lombanya pun ikut mengerubunginya dan membaca isi pesan yang ditunjukkan oleh Rofi.

TeacherzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang