Suara notifikasi dari handphonenya yang selalu dia simpan di atas nakas membuat remaja berusia 18 tahun yang masih nampak betah bergulung di bawah kehangatan selimut menjadi sedikit terusik. Masih dengan mata yang terpejam namun berusaha membukanya dengan perlahan, sebelah tangannya meraba atas nakas dan mencari benda yang telah menimbulkan suara dentingan tersebut.
Berhasil mendapatkan benda tersebut, Felycia menggeser tubuhnya ke belakang dan menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Sebelah tangannya dia pakai untuk mengucek matanya yang masih terasa berat, menyesuaikan cahaya mentari yang sudah menyorot melewati lubang ventilasi kamarnya.
Guru Nyebelin!!!
sudah bangun? siap-siap, jam 8 kita ke butik
Felycia mengucek kembali matanya, memastikan jika apa yang dirinya lihat bukan mimpi. Untuk apa gurunya tersebut pagi-pagi mengiriminya pesan dan mengajaknya ke butik?
Tak berselang lama, kembali terdengar dentingan notifikasi bertepatan dengan munculnya satu pesan yang masuk dari kontak yang sama, yang menjawab kebingungan Felycia.
Guru Nyebelin!!!
sudah bangun? siap-siap, jam 8 kita ke butik
mama saya udah nyiapin baju buat graduate kamu, dan alangkah kecewanya dia kalau kamu gak datang. saya jemput jam 07.30.
hmm
Setelah mengetikkan balasan kepada Rofi, dengan malas Felycia turun dari kasur king sizenya. Kakinya yang tak terbalut oleh apapun bersentuhan langsung dengan marmer kamarnya yang dingin menjadikan Felycia langsung membayangkan betapa dinginnya jika air mengenai kulitnya. Membayangkannya membuat Felycia mengusap lengannya yang mendadak kedinginan dan langsung kembali meloncat ke atas kasur.
Felycia kembali mendudukkan dirinya di atas kasur seolah malas menyambut akhir pekan kali ini. Sedetik kemudian, dirinya berdecak dan dengan kembali menuruni kasurnya. Merapikan tempat tidurnya yang acak-acakkan karena dirinya tidur bagaikan helikopter yang bertempur. Felycia lantas melangkah dengan penuh malas menuju ke kamar mandi untuk melakukan ritual paginya. Sepertinya, akhir pekan kali ini tidak bisa dirinya isi dengan bermalas-malasan di kamar saja.
"Mau ke mana?", tanya Zereline yang kebetulan ke luar dari kamarnya bertepatan dengan Felycia yang juga ke luar dari kamarnya.
"Kepo, lo sendiri mau ke mana?", Felycia tak berniat menjawab pertanyaan kakaknya dan malah balik bertanya yang membuat Zereline mendengus kesal di tempatnya.
"Ngedate lah, apalagi.", jawab Zereline lantas berjalan mendahului Felycia yang nampak masih betah berdiri di ambang pintu kamarnya dengan mulut yang terbuka sedikit saking tercengangnya dengan jawaban yang diberikan oleh sang kakak.
"Sama siapa? Di mana? Kok lo gak cerita sih kalau lo punya pacar.", setelah sadar, Felycia langsung berjalan mengikuti sang kakak, menyamakan langkahnya dengan Zereline yang kini sudah mulai menuruni anak tangga.
"Kepoo.", jawab Zereline menirukan jawaban yang Felycia berikan beberapa detik yang lalu dengan diakhiri oleh juluran lidah tanda mengejek."Ih lo mah gitu sama adek sendiri juga.", kesal Felycia yang jiwa keponya sudah menggebu-gebu. Sementara itu, Zereline malah terus mengejek Felycia tanpa mau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh adiknya tersebut.
*****
"Ayo masuk.", ajak Rofi. Sekarang ini, keduanya sudah sampai di butik Lista Fashion yang merupakan butik keluarga Rofi. Felycia mengikuti langkah Rofi yang mengajaknya ke suatu ruangan yang jika dilihat-lihat sepertinya ruangan khusus atau bisa disebut VIP yang ada di butik tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacherzone
Ficção Adolescente"Jilat ludah sendiri" sepertinya memang benar adanya ya? Terbukti dengan kisah yang dialami remaja bernama Felycia Agneza Pandjaitan yang sudah berkata tak akan mungkin jatuh cinta pada Rofi Andriawan yang merupakan guru baru Bahasa Indonesia di sek...