"Lo pasti aneh kan kenapa gue tahu? Bahkan, mungkin lo gak percaya.", ucap Felycia. Sekarang, dirinya dan juga Isyana tengah ada di sebuah restoran ternama Kota Bandung. Sebenarnya, bukan tanpa alasan keduanya berpindah tempat. Alasan pertama karena Felycia tak mau ada yang mendengar, sedang alasan keduanya karena dirinya lapar. Hal itulah yang menjadikan keduanya datang ke restoran tersebut dan berada di private room yang disewa oleh Felycia. Sultan mah bebas.
Felycia memasukkan suapan terakhirnya diakhiri dengan menenggak habis air mineral yang dia pesan. Sementara itu, Isyana yang tak mood makan hanya memesan minuman saja.
"Jadi, sebenernya... ", Felycia mulai menceritakan semuanya yang dia tahu tentang rencana Isyana dan juga seseorang yang awalnya Felycia kira baik.
*Flashback on
Siang itu cuaca cukup cerah namun mentari nampaknya terlalu bersemangat menyorotkan sinarnya, menjadikan suasana gerah. Felycia bangkit dari duduknya menimbulkan suara geretan kaki kursi yang beradu dengan lantai.
"Bu, saya izin ke belakang dulu.", ucapnya yang diangguki oleh Bu Marwah selalu guru mata pelajaran kewirausahaan.
Felycia mencuci mukanya, berharap bisa mengurangi rasa gerah yang mendera. Sambil mengeringkan wajahnya dengan tisu, Felycia menatap pantulan wajahnya di cermin besar yang ada hampir di setiap toilet SMS Wiyata. Angannya kembali menduga-duga perihal Genta. Entah kenapa, hati Felycia selalu mengatakan jika Genta tak sebaik yang dirinya kira. Mengedikkan bahunya acuh, Felycia ke luar dari toilet setelah membuang tisu ke tempat sampah.
Langkah awalnya yang akan kembali ke kelas karena takut kena omel guru sepuhnya tak jadi tatkala matanya melihat siluet dua orang yang nampak tak asing di indera penglihatannya. Walaupun yang Felycia lihat hanya punggungnya, tapi Felycia dapat menebak siapa orang tersebut, dua orang yang dirinya kenali. Tanpa pikir panjang, Felycia melangkah lebar mengikuti langkah dua orang tersebut yang ternyata menuju ke taman belakang sekolah.
Felycia berjalan mengendap-endap bak maling sambil merendahkan tubuhnya menuju ke belakang pohon ceri yang cukup besar yang mampu menghalanginya dari pandangan dia orang di depan sana. Walaupun Felycia tak pernah takut dengan apapun dan lagipula kedua orang tersebut adalah orang yang dirinya kenal juga temannya, bulu kuduknya tetap saja berdiri saat melihat aura gelap yang dipancarkan oleh Genta.
"Gue gak salah? Mereka saling kenal?", monolog pelan Felycia. Felycia diam, merapatkan bibirnya sekaligus badannya pada pohon ceri berharap keberadaannya tak diketahui oleh dua orang di depan sana. Kedua telinganya dia bukakan untuk menguping pembicaraan keduanya. Sebenarnya, apa yang dirinya lakukan ini memang salah karena menguping pembicaraan orang. Tapi, dirinya hanya takut terjadi hal yang tidak-tidak apalagi dua orang di depan sana berbeda gender.
Telinga Felycia mulai menangkap suatu percakapan yang diawali oleh Isyana yang mengumpat kesal.
"Sialan lo bangsat!", umpat Isyana tepat di depan wajah Genta.
"Apa mau lo?", tanya Isyana tanpa melihat wajah Genta."Lo harus bisa bikin Felycia benci sama guru itu!", perintah Genta yang sukses mendapatkan dengusan kesal dari Isyana.
Begitu mendengar suara Genta yang membawa-bawa namanya membuat Felycia semakin menajamkan indera pendengarannya. Bulu kuduknya sedikit meremang karena dugaannya yang mengatakan jika Genta tak sebaik yang dikira ternyata benar."Kan gue udah bilang, gue gak butuh rencana sialan yang lo susun itu!", teedengar Isyana menolak mentah-mentah. Beberapa detik terjadi hening sebelum suara Genta kembali memecah keheningan.
"Gue udah transfer ke rekening lo.", ucap Genta yang membuat Felycia yang menguping mengernyitkan kedua alisnya tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacherzone
Ficção Adolescente"Jilat ludah sendiri" sepertinya memang benar adanya ya? Terbukti dengan kisah yang dialami remaja bernama Felycia Agneza Pandjaitan yang sudah berkata tak akan mungkin jatuh cinta pada Rofi Andriawan yang merupakan guru baru Bahasa Indonesia di sek...