Sejak sambungan telepon diputus sepihak oleh Felycia, entah kenapa perasaan Evany mendadak gelisah. Otaknya berputar memikirkan kemungkinan-kemungkinan negatif yang terjadi kepada sahabatnya. Apalagi Felycia sama sekali tak mengiriminya pesan semenjak aktivitas telponan tadi. Padahal, biasanya Felycia selalu mengiriminya pesan terlepas hanya hal sepele.
Evany terus-menerus berjalan bolak-balik sambil menggigit telunjuknya. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 malam dan besok merupakan hari-H graduation angkatan XII.
"Gue curiga ada yang gak beres.", monolognya. Lantas, dirinya segera berjalan setengah berlari menuju ke walk in closetnya. Memakai sweeter dan kembali ke luar. Matanya meneliti tiapsudut kamarnya, mencari keberadaan kunci mobilnya. Setelah terlihat jika kunci mini coopernya tersebut ada di atas meja belajar, membuat Evany segera saja mengambilnya dan berjalan meninggalkan kamar.
"Mau ke mana non? Ini kan udah malem.", ucap Pak Herdis yang merupakan satpam keluarga Evany.
"Saya ada urusan penting di luar pak, bisa minta tolong bukain lagi gerbangnya?", melihat raut wajah serius yang tercetak di wajah anak majikannya membuat Pak Herdis yang baru saja menutup gerbang sepenuhnya kembali membukanya.Suara deritan besi terdengar dan tak membutuhkan waktu yang lama, gerbang yang menjulang tinggi tersebut kembali terbuka. Sementara itu, merasa jalan ke luar untuk mobilnya sudah ada, Evany segera menancap pedal gas mini coopernya setelah sebelumnya berterimakasih pada Pak Herdis.
Di tengah tangannya yang sibuk memegang kemudi, sebelah tangannya Evany pakai untuk menghubungi kontak seseorang. Tak membutuhkan waktu yang lama, panggilan tersambung diawali oleh suara serak di seberang sana.
"Kenapa Van?"...
Evany menggigit bibirnya bingung. Bagaimana dirinya mengatakan kepada Rofi akan masalah yang Evany pun belum tahu kebenarannya, apakah benar terjadi apa-apa pada Felycia atau hanya sekedar dugaanya semata?
"Sebelumnya maaf ganggu waktu bapak malem-malem. Jadi gini pak, tadi tuh saya teleponan sama Cia, cuma mendadak dia putusin sepihak sambungannya, katanya sih lampu kamarnya mati. Tapi abis itu dia gak ada hubungin apa-apa lagi, sekedar pesan singkat pun gak ada. Saya mendadak gelisah, takut Cia kenapa-napa, makanya saya sekarang lagi di jalan menuju ke rumahnya, buat mastiin dugaan saya itu benar apa nggak."...
"Saya otw sekarang."...
Sambungan terputus bertepatan setelah Rofi mengucapkan kalimat tersebut di seberang sana. Merasa panggilan sudah terputus membuat Evany menyimpan handphonenya ke atas dashboard mobilnya setengah dilempar, tanpa memperdulikan berapa digit harga handphone tersebut.
Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, Evany sudah sampai di depan gerbang utama kediaman sahabatnya. Terlihat ada seseorang yang dari seragamnya seperti satpam berjalan dari pos satpam dan membukakan gerbang untuknya. Mini cooper berwarna silver tersebut kembali bergerak. Evany memarkirkan asal mobilnya dan segera ke luar menuju ke pintu utama kediaman Aksara Family yang bernuansa klasik Eropa tersebut.
Suara bel terdengar membuat Zereline yang tengah berada di dapur karena merasakan lapar pun meninggalkan terlebih dahulu bahan makanan yang akan dirinya masak.
Pintu utama terbuka menampilkan sosok remaja seumuran dengan adiknya yang memakai piyama tidur yang dilapisi oleh sweeter.
"Lho, Evany. Mau ke Felycia ya?", tanya Zereline sambil menampilkan senyuman manisnya membuat Evany yang tengah gelisah pun melakukan hal yang serupa."Eum bukan kak, Vany mau mastiin sesuatu.", jawab Evany yang membuat kedua alis Zereline mengerut tak paham.
"Mastiin?", tanya Zereline tak paham membuat Evany kembali membuka mulutnya untuk menjelaskan awal mula mengapa dirinya berakhir datang ke sini malam-malam begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacherzone
Ficção Adolescente"Jilat ludah sendiri" sepertinya memang benar adanya ya? Terbukti dengan kisah yang dialami remaja bernama Felycia Agneza Pandjaitan yang sudah berkata tak akan mungkin jatuh cinta pada Rofi Andriawan yang merupakan guru baru Bahasa Indonesia di sek...