6.Menjalankan rencana

7 2 0
                                    

Jam dinding yang terpasang di dinding kamar bercat pink tersebut masih menunjukkan pukul 04.00 dini hari. Yang biasanya Felycia masih bergulung dengan selimutnya dan masih berdansa dengan untaian-untaian mimpi. Entah mendapatkan hidayah dari mana, kini, dirinya sudah nampak rapih dengan seragam sekolah yang sudah dilapisi almamater. Bukan hanya itu saja, kamar yang biasanya dirinya tinggalkan masih dalam keadaan seperti kapal pecah, kali ini sudah terlihat rapih dan bersih.

Dirinya memang sengaja bangun sangat awal di pukul 03.00 karena memang akan menjalankan sebuah rencana. Setelah dirasa penampilannya baik dan sempurna, Felycia memasukkan lip balm dan earphone terlebih dahulu ke dalam tasnya sebelum dirinya sampirkan tas tersebut di pundak kirinya.
"Siip, perfect.", monolognya sambil menunjuk kaca yang memantulkan bayangan dirinya.

Felycia ke luar dari kamarnya, menutup pintu kamarnya dengan sepelan mungkin supaya tak menimbulkan suara yang nantinya bisa membangunkan orang-orang rumah dan menggagalkan rencananya.
Sebelum menuruni anak tangga, Felycia lebih dulu menyalakan mobile data ponselnya. Jari tangannya bergerak di atas papan ketik, mengetikkan sesuatu lalu mengirimkan pesan tersebut kepada kontak seseorang.

My Sister!!!

gue otw sekarang
semangat ya actingnya

Tak ada balasan karena memang hanya ceklis satu, itu artinya seseorang yang dikirimi pesan olehnya tidak online dan kemungkinan besar masih ada di alam mimpi. Ya bayangkan saja, pukul 04.00 pagi dirinya sudah rapih dengan seragam? Definisi kepagian ini mah.

Menghiraukan pesan yang belum mendapatkan balasan apa-apa dari kakaknya, Felycia memasukkan benda pipih berlogo apel digigit tersebut ke dalam saku almamaternya. Kakinya yang sudah terbungkus oleh sepatu converse hitam melangkah mengendap-endap menuruni anak tangga, berusaha sebisa mungkin tak menimbulkan suara.

Beruntungnya, mobil kakaknya tersebut ada di paling luar garasinya, karena memang kemarin dirinya sendiri yang memasukkannya. Berhasil mengeluarkan si merah menyala dan memaksa Pak Bram yang masih nampak ngantuk untuk membukakan gerbang, Felycia segera menancap gas meninggalkan kediamannya yang masih nampak sepi.

Sambil tetap fokus pada kemudi, sebelah tangannya menekan icon telepon, melakukan panggilan pada nomor seseorang yang akan menampungnya sampai jam 06.30 dan barulah dirinya ke sekolah.

"Apa?"...
Terdengar suara serak seseorang di seberang sana. Evany terbangun oleh suara sering ponselnya dan ternyata sahabatnya lah yang melakukan panggilan di jam yang sepagi ini.

"Bangun woyy!!! Gue udah di jalan nih."...
Mendengar hal tersebut tentu saja membuat Evany yang semula masih mengantuk seketika langsung segar sekaligus kaget. Seorang Felycia sudap siap sepagi ini?

"What?!!!!"...
"Lo gak usah ke rumah gue dulu, ada bokap gue! Yang ada rencana lo itu bakalan gagal."...
Terdengar decakan dan helaan nafas lolos begitu saja dari mulut Felycia.

Soal rencananya yang akan berganti posisi dengan kakaknya memang diketahui oleh Evany. Semalam, sebelum dirinya tidur, Felycia sempat menghubungi Evany dan menceritakan rencananya. Dibuatlah keputusan, jika Felycia akan bangun awal dan langsung ke rumah Evany dengan menggunakan mobil kakaknya. Hanya saja, sepertinya rencana tersebut gagal karena ayah Evany yang merupakan rekan dekat ayahnya malah ada di rumah.

"Ih, terus gue mesti ke mana?"...

"Cari mesjid aja, lagian Subuh aja belum lo udah ngebet banget pengen sekolah."...

"Gue bukan ngebet anjay, gue menghindari seseorang."...

"Lari dari takdir."...

Malas menanggapi kembali sahabatnya yang malah mengomporinya, Felycia memutus sepihak panggilan. Mobil yang tadinya akan menuju ke rumah sahabatnya, dirinya belokkan ke arah selatan, sepertinya dirinya harus diam di mesjid saja sampai agak siangan dan barulah berangkat ke sekolah.
"Gini nih kalau apa-apa gak izin, gak berkah.", monolognya dengan muka masam.

TeacherzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang